Istri Untuk Tuan Simon

Simon yang mendengar pembicaraan mereka tertawa terbahak bahak dengan ucapan Laura yang menurutnya terlalu polos. Sepertinya Laura memang tidak tahu nominal dalam kartu hitam milik Simon yang dia berikan untuk Laura.

“ Ya ampun, dari mana si bodoh ini datang, kenapa isi kartu itu saja dia tidak sadar?” Simon tertawa begitu puas sampai membuat teman temannya terkejut.

Sadrakh dan Zayn baru tiba di kantor Simon untuk makan siang bersama pria itu dan juga dua teman mereka yang lain.

Tetapi mereka malah mendapati Simon yang sedang asyik menonton rekaman wajah polos Laura melalui anak buah yang dia tempatkan di sisi Laura. Padahal sejak datang ke kantor dia berjanji akan fokus, tapi lagi lagi dia memikirkan Laura.

Zayn melirik ketiga temannya yang dibuat melongo dengan kelakuan absurd Simon yang tak biasa. Dia mengasingkan diri dari mereka dan tertawa sendiri di pojokan sambil menatap wajah laura yang kesal karena di paksa belanja banyak.

“ Wahhh dia benar benar sudah jatuh cinta tapi gak sadar,” celetuk Diego sambil garuk garuk kepala di dekat Zayn si pembersih .

“ Diego, sana kau, ketombemu arhhkkkk...”

“ hehehe... maaf maaf,” celetuk Diego sambil mencium jari jari bekas ketombe miliknya.

“ Bagaimana kita akan menyampaikan hal itu pada tuan Simon? Dia sangat senang, bukannya kabar buruk ini akan mempengaruhi suasana hatinya?” tanya Hendry yang mendapatkan kabar buruk dari New York.

Terjadi pemberontakan di salah satu anak perusahaan dan perebutan kekuasaan antara dua kubu di sana karena kabar kematian tuan kent membuat beberapa pihak mulai menunjukkan sifat asli mereka dan menganggap Simon tak bisa apa apa.

“ Jika tidak kau sampaikan, dia justru akan menggantung mu di alun alun kota, tunggu dia selesai lalu sampaikan padanya,” ucap Sadrakh yang jelas tahu tempramen Simon.

Pemberontakan kali ini memang cukup besar. Lini bisnis di New York salah satu yang terbesar dari cabang bisnis Simon, jika tidak segera ditangani maka bisa mengganggu grup itu dan malah dipakai oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk menjatuhkan Kent Corp.

Hendry mengangguk paham, dia mendekati Simon dan berdiri di depan pria itu.

“ ada apa? “ tanya Simon dnegan nada datar dan tatapan dingin padahal baru saja dia tertawa terbahak bahak.

“ada yang ingin saya laporkan tuan,” ucapnya penuh hormat dan serius.

Simon menatap Hendry , sepertinya ada hal genting yang harus segera dia ketahui. Pria itu berbicara pada Lanang dan Dani,” belikan semua yang terbaik untuk Laura, tidak perlu bilang padanya, carikan saja semua yang terbaik dan jaga dia dengan benar, jika sampai aku melihat dia terluka seujung kuku saja, maka kalian siap menerima hukuman dari ku,” ucap Simon.

“baik tuan,” ucap mereka berdua dengan nada hormat.

Simon memutuskan panggilan teleponnya dan beralih menatap Hendry dengan serius.

" Apa!?" tanya Simon.

Hendry menenggak salivanya, sepertinya Simon terganggu karena ulahnya, tapi ini adalah masalah serius, dia tidak boleh sepele atau Simon akan benar benar mengamuk padanya.

" Terjadi pemberontakan di anak perusahaan yang berada di New York, perebutan posisi CEO yang kosong membuat anak perusahaan terbagi menjadi dua kubu tuan, dan masalah ini berhubungan dengan Keluarga Bernardo!" jelas Handry sambil memberikan data lengkap mengenai pemberontakan itu pada Simon.

Mendengar nama Bernardo berhasil membuat wajah Simon berubah. Tatapannya dingin dan datar.

Bernardo Company merupakan salah satu pesaing mereka dalam dunia Fashion. Meskipun Simon tak bergerak hanya dalam dunia Fashion, tetapi perusahaan yang ada di New York seutuhnya bergerak dalam bidang ini dan bersaing ketat dengan Bernardo perusahaan keluarga Vino Bernardo suami Cintia.

Simon mengeraskan rahangnya, tampaknya orang orang yang belum tahu mengenai kondis Simon mulai menunjukkan taringnya setelah kematian tuan besar Kent.

Tetapi bagi Simon, hal seperti ini justru bagus.

"Baguslah, mereka menunjukkan taring mereka!" ucap Simon sambil duduk bersandar dan menyeringai.

"Siapkan keberangkatan besok pagi, kita lihat wajah para bajingan itu!" titah Simon.

" Baik tuan!" jawab Hendry dengan tegas.

...***...

Sementara itu Laura bersama Lanang dan Dani sedang berkeliling di sekitar Mall besar kedua yang mereka kunjungi.

Kali ini Laura ingin membeli sebuah mesin jahit karena terus menerus dipaksa mengeluarkan banyak uang oleh Lanang dan Dani.

Sungguh kedua orang ini tak habis pikir dengan nyonya mereka. Di mana orang yang diminta menghabiskan uang suaminya tapi malah membeli semua barang barang kebutuhan bertahan hidup.

Jelas di mata Dani, Lanang dan anak buah Simon, Laura bukan perempuan yang gila dengan harta benda dan tidak suka kemewahan yang berlebihan.

Justru mereka salut dengan pemikiran Laura yang begitu sederhana.

Laura mengatakan dia ingin membuka sebuah toko penjual pakaian agar bisa memberikan pakaian pada anak-anak di luaran sana.

Laura termasuk orang yang suka membantu sekalipun dia tidak punya apa-apa.Oleh karena Simon memberinya kebebasan dan tidak mengekang nya, Laura mulai menggunakan pemberian Simon untuk mewujudkan semua hal yang ingin dia lakukan setelah keluar dari rumah keluarga Raymond.

Niat Laura ini jelas sudah tersampaikan pada Simon. Pria itu mengatakan pada Lanang dan Dani agar mengikuti kemauan Laura, tetapi setiap Laura tertarik dengan sebuah barang, pastikan agar mereka membawanya pulang ke rumah.

"Nyonya, apa anda tahu Kedua mall yang kita kunjungi ini milik siapa?" tanya Lanang penasaran.

Laura menatap Lanang sambil menggelengkan kepalanya," Aku tidak tahu, lagi pula untuk apa aku tahu siapa pemiliknya, aku juga tidak akan bertemu dengan dia kan?" balas Laura yang sedang melihat lihat beberapa jenis lain berkualitas baik.

Mendengar jawaban Laura, Lanang dan Dani hanya bisa tertawa kecil. Laura memang sesederhana itu.

..."Dia tidak akan membeli apa pun yang dia suka Karena harganya, oleh karena itu tugas kalian memastikan apa yang Laura sukai terbeli semua!"...

titah Simon jelas tertulis dalam pikiran Lanang dan Dani. Mereka saja heran, bagaimana Simon bisa tahu kalau Laura tidak akan membeli apa pun yang berharga mahal?

Laura menatap semua bahan pakaian yang begitu banyak, matanya berbinar-binar, wajahnya berseri, dia sangat bersemangat menatap toko besar itu. Bahkan memiliki toko seperti itu pun ada dalam daftar keinginannya.

Sejak beranjak Remaja,Laura sangat menyukai dunia Fashion. Setiap hari dia melihat nyonya Tiara dan Cintia yang selalu berpakaian mewah dan menggunakan merek terkenal.

Bahkan cara berpakaian semua orang yang datang ke kediaman Raymond jelas di hapal oleh perempuan itu.

Ketertarikannya pada dunia Fashion dan modelling membuatnya bercita-cita ingin memiliki toko pakaian sendiri .

Ketika dia melihat anak jalanan yang tak punya pakaian, dia ingin memberi mereka pakaian hangat untuk membungkus tubuh mereka.

Dia tumbuh dengan baik di bawah asuhan Pak Mandu, satu satunya yang menyayangi nya di rumah keluarga Raymond.

"Kak, apa yang akan kakak lakukan dengan semua bahan ini?" tanya Dani.

Laura menatap Dani sambil tersenyum," Aku ingin membuatkan pakaian untuk kalian semua, sebagai ucapan terimakasih!" ucap Laura sambil tersenyum manis.

Dani lagi-lagi dibuat terperangah dengan kecantikan Laura, dia menatap Laura dengan tatapan berbinar-binar,"Cantiknya, wahhh seandainya aku laki-laki aku pasti akan merebutnya dari tuan Simon!" batin Dani.

Bahkan Lanang dan para pengawal pun dibuat terkagum-kagum dengan kecantikan Laura.

Setelah dari toko kain, mereka berjalan lagi hingga mata Laura berhenti pada sebuah toko Kemeja pria.

Saat merapikan kamar Simon, dia sadar kemeja suaminya hanya sat warna monoton, bahkan kaos dan pakaian berwarna cerah tak ada di dalam kamar itu.

"Sepertinya Tuan Simon akan cocok memakai salah satu pakaian berwarna itu supaya hidupnya sedikit berwarna heheh..." batin Laura.

Mereka masuk ke toko bermerek itu. Sebuah toko ternama yang berada di bawah naungan perusahaan Simon.

Baru melangkah , kaki Laura berhenti saat melihat tatapan mengintimidasi dari Cintia yang sedang menggandeng tangan Vino di dalam toko itu.

"Ci..Cintia... Vino!??" batin Laura saat melihat dua manusia yang membuat mentalnya sempat drop.

"Ada apa nyonya?" tanya Lanang.

"Wahh itu Lanang, anak si Bernardo bajingan itu!" ucap Dani sambil menatap jijik ke arah Vino dan Cintia.

.

.

.