Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan El
Apa yang Tari takutkan selama ini ternyata terjadi juga, putranya yang lahir dari sebuah kesalahan harus menanggung semua beban penderitaan .
Dengan hati hancur Tari memalingkan badan dan jongkok memeluk tubuh anak semata wayangnya itu.
" Apa mereka yang bilang begitu Nak " Tanya Tari pelan.
Arka mengangguk kecil
" Sini sayang, dengarkan Mama baik baik. Arka anak Mama, tidak ada anak yang lahir sebagai anak haram sayang "
Arka kecil mendengarkan ucapan Mama nya dengan seksama.
" Tapi Ma, apakah Arka boleh tahu anak haram itu apa. Soalnya bukan hanya satu kali Ibunya Nando mengatakan itu "
Tari mengingat wanita yang tadi mengoceh tidak henti henti.
..." Oh jadi Ibunya teman Arka yang tadi marah marah tidak jelas yang ngomong begitu Nak "...
Arka mengangguk membenarkan
" Apa itu yang membuat Arka memukuli ~
" Bukan Ma, Arka hanya belain Mama tapi Nando nggak Terima dan dia yang dorong Arka. "
" Belain Mama, tapi kenapa sayang " Tanya Tari bingung.
Arka mulai berdiri dan memperagakan apa yang di katakan wanita itu sebelumnya.
" Hei anak nakal, anak haram, anak tidak tahu asal usulnya. Pantas saja punya anak begini, Ibu mu itu orang yang nggak jelas, j**l diri kemana mana. Dasar anak ja*ang "
Tari mengepalkan tangannya dengan kuat, ingin rasanya Ia memberikan pelajaran pada wanita yang katanya berkelas tapi mulutnya comberan.
" Sayang, gini ya Nak. Arka itu bukan anak haram, bukankah Arka punya Mama punya Oma dan juga Arka punya Papa. Anak haram itu adalah anak yang tidak punya Papa Nak, tapi selama ini kan Arka tahu kalau Papanya Arka ada hanya saja saat ini belum bisa bersama kita. Jadi kalau nanti ada yang bilang Arka anak haram nggak usah di dengar ya, mereka tidak tahu bagaimana kita sebenarnya. "
Arka mengangguk angguk mendengar ucapan Tari, setelah berpelukan akhirnya Tari keluar dari ruangan Arka.
Keluar dari ruangan itu Ia langsung masuk ke kamarnya, mengetik beberapa kata melalui pesan singkat dan mengirim nya pada seseorang.
Ia memandang wajahnya di depan meja rias, sekelebat masa lalu mulai muncul bagaikan rool film yang menyesakkan hatinya.
Tubuhnya merosot ke lantai menangis sesegukan, Ia menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Ingin rasanya berteriak namun otak warasnya masih bisa Ia kendalikan.
Maudy berlari kecil ke kamar Tari ketika melihat Putrinya keluar dari kamar Arka dengan menyeka matanya, Ia menebak pasti telah terjadi sesuatu pada anak dan cucunya.
Benar saja, wanita itu begitu terpukul melihat Tari duduk di lantai dengan wajah di topang oleh kedua lututnya. Masih nampak pundaknya berguncang karena menahan tangis.
" Ada apa Nak "
Tari mengangkat wajahnya pelan menatap sang Ibu yang menatapnya sendu.
Bisa di bayangkan bagaimana hancurnya hati seorang Ibu melihat Putri kesayangan nya terpuruk seperti saat ini, mata merah dan air mata yang terus mengalir tiada henti.
" Tenang sayang tenang, ada Mama disini "
Maudy memeluk Tari seperti yang pernah di lakukan dulu ketika Tari mengalami masa masa sulit.
Lama mereka berpelukan dan Maudy mulai menanyakan apa yang terjadi. Tari menceritakan semunya pada Maudy apa yang terjadi, sama seperti Tari. Maudy juga merasa geram dengan wanita itu.
***
Tari sedang duduk di kursi taman, malam ini kebetulan malam bulan purnama. Hal yang selalu Ia lakukan setiap datangnya bulan purnama, Ia akan duduk di kursi taman sambil memandangi ke indahan malam.
" Jangan terlalu lama berada di luar apalagi dengan pakaian seperti ini "
Tari terkejut mendengar suara seseorang, Ia menoleh karena suara itu begitu sangat Ia kenali.
" Dokter, untuk apa Dokter kemari " Tanya Tari heran melihat Pria itu ada di rumah nya malam malam begini.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah sikap Pria itu. Ia memberikan jacket untuk Tari dan juga sebuah minuman coklat hangat.
" Makasih, tapi ada perlu apa Dok malam malam begini "
Tari kembali memandang ke langit
" Apa tidak ada yang ingin kamu jelaskan padaku "
Kening Tari berkerut mendengar pertanyaan El yang tiba tiba.
" Apa maksud mu, apa yang harus aku jelaskan "
" Apa aku ada hubungannya dengan masa lalumu "
Lagi lagi pertanyaan El mengejutkan Tari.
" Kamu kenapa, apa kamu salah minum obat. Sudah jangan berbicara konyol "
El tersenyum kecut, meskipun malam hari namun Ia dapat melihat dengan jelas ekspresi wanita di depannya.
" Jangan bohongi aku Tari, aku sudah mendengar semuanya. "
Tari diam tidak memberikan reaksi apa pun sampai El melanjutkan ucapannya.
" Meskipun aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi jujur ada yang aneh ketika pertama kali melihat Arka. Aku seperti melihat diriku di wajah anak itu, senyumnya, dinginnya, cara bicaranya bahkan kesukaannya. "
" Cukup Axell, kamu itu jangan ngelantur. Semakin kamu bicara, aku semakin tidak faham kemana arah pembicaraan mu. Kalau tidak ada yang penting lebih baik kamu pergi dan biarkan aku sendiri " Bentak Tari dengan suara sedikit di tekan.
Ucapan Tari bukan membuat El menjauh, Ia justru semakin penasaran.
"Apa gadis malam itu adalah kamu dan bukan Dia " Tanya El seperti bergumam.
Semua yang di ucapkan El bukan tanpa alasan, setiap saat ada bayangan seorang wanita yang selalu menghantuinya. Namun setiap kali El ingin mengingatnya, kepala nya selalu terasa sakit.
Tari ingin meninggalkan El karena merasa pembicaraan mereka sudah tidak sehat, namun El menahan lengannya.
" Katakan padaku Ri, kalau semua dugaanku ini adalah benar. Katakan kalau Arka adalah ~~
" Cukup El, dia adalah Putraku dan sampai kapan pun dia akan jadi putraku "
El tertawa kecil mendengar ucapan Tari
" Jadi benar aku adalah Pria itu, aku adalah Papanya Arka yang tidak bertanggung jawab itu "
Tari mendengus kesal karena El memegang lengannya begitu erat, hal itu membuat dirinya tidak bisa melepaskan diri.
Kini giliran Tari yang tertawa
" Kamu di diamkan semakin ngelantur saja, dengarkan aku baik baik Axxel. Bagaimana bisa anak ku itu menjadi anak mu sedangkan dulu saja kamu bahkan tidak pernah mengijinkan ku dekat dengan mu, bagaimana caranya seorang anak bisa hadir di antara kita. "
El perlahan melepas gengaman tangan nya, membiarkan Tari pergi meninggalkan nya.
Ucapan Tari terus terngiang di telinganya, Ia berperang dengan hatinya sendiri.
Pikiran nya mulai bimbang dengan ucapan Tari namun tidak dengan hatinya. Ia begitu merasa punya ikatan batin dengan anak laki laki yang selama ini sudah merebut perhatiannya.
" Baiklah Tari, jika kamu tidak ingin mengakuinya sekarang. Hanya satu cara untuk membuktikan semua ini " Gumam El pada dirinya sendiri.
Ia masuk dan berpamitan pulang pada Maudy
\*\*\*\*
😞😞😞
Nyempatin up di tengah aktivitas RL
Yuk shaayy bagi dukungannya ya 🙏
Jangan lupa kalau mampir tinggalkan jejak ya, komen tiap bab nya dan komen rate juga, makasih 🙏
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰