Di suatu hari paling terpuruk di hidup Dinda, dia bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Wanita tua yang menawarkan banyak bantuan hanya dengan satu syarat.
"Jadilah wanita bayaran."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WB&CEO Bab 34 - Jangan Berhenti
Perjalanan pulang kali ini pun Alden masih saja terus membuat Liora kesal. Alden melewati jalan yang sama seperti saat mereka pergi tadi. Gang sempit yang memiliki banyak lubang.
"Al STOP!!" pekik Liora dan saat itu juga Alden langsung menghentikan laju motornya sesuai permintaan sang kekasih.
saat ini mereka Tengah berada di ujung Gang berhadapan dengan jalan raya.
Tanpa banyak kata Liora langsung turun dari atas motor dan menatap kekasihnya dengan tatapan yang paling tajam. Dia benci sekali diperlakukan kasar seperti ini, tidak diperlakukan dengan baik.
"Tidak perlu mengantarku pulang aku akan melanjutkan perjalanan menggunakan taksi!" ucap Liora dengan suaranya yang tinggi. Padahal selama ini dia selalu menjaga sikapnya saat sedang bersama dengan Alden, biasanya dia selalu bicara dengan suaranya yang lemah lembut. Namun kekesalan yang sudah begitu menumpuk di dalam dadanya membuatnya tak bisa menahan diri lagi.
"Baiklah," jawab Alden singkat, bahkan tanpa menunggu lama lagi dia segera melajukan motornya pergi meninggalkan Liora begitu saja.
"Alden!!" pekik Liora, namun pria yang namanya dia panggil itu sudah pergi jauh di hadapannya.
"ARGHT!!!" Teriak Liora seraya mengacak rambutnya frustasi. Malam yang dia kira akan jadi malam yang paling indah selama hidupnya, ternyata malah jadi malam yang paling buruk.
Liora malah merasa restu nenek Gaida membuat Alden berubah, tidak lagi berusaha merebut cintanya seperti selama ini. Dan mulai menunjukkan siapa dia sebenarnya, seorang pria yang akan jadi benalu di dalam hidupnya.
"Aku harus bagaimana? aku tidak mau jika pernikahan ku tanpa pesta, aku bukan orang miskin yang hanya mampu mendaftarkan pernikahannya saja, tidak, aku tidak mau seperti ini ..."
"Aku mau menikah dengan Alden karena hartanya, bukan Alden yang terus pura-pura miskin ..."
"Arght!!" kesal Liora.
Saat ada sebuah taksi yang lewat, dia langsung melambaikan tangannya.
Menempuh perjalanan beberapa menit dan akhirnya tiba di rumah. Baru satu langkah dia menginjakkan kakinya di dalam rumah Liora langsung berteriak memanggil sang nenek.
"Nenek! NENEK!" pekik Liora, kekesalannya pada Alden masih juga dia rasa hingga kini. Rasanya ingin menghancurkan semua barang.
Gaida yang sedang berada di ruang tengah dan sedari tadi menunggu kepulangan cucu dan calon menantunya pun langsung menghampiri suara panggilan Liora.
Mereka berdua bertemu di bawah tangga. Gaida mengerutkan dahinya saat dia melihat sang cucu yang terlihat marah, padahal harusnya saat ini Liora tersenyum bahagia, apalagi setelah bertemu dengan keluarga besar Carter.
"Apa yang terjadi Lio? Dimana Alden?" tanya Gaida, harusnya saat ini dia melihat Alden yang mengantarkan Liora pulang, bahkan mungkin mereka bisa langsung bicarakan tentang pernikahan mewah yang akan segera digelar.
"Entahlah Nek! aku benci dengan Alden! aku benci keluarga itu!"
"Apa maksudmu?"
Dengan suaranya yang menggebu-gebu akhirnya Liora menceritakan semua yang terjadi malam ini, tentang sambutan keluarga Alden yang tidak begitu antusias, tentang kedua orang tua Alden yang malah meminta mereka untuk tidak mengadakan pesta mewah saat pernikahan nanti, dan hanya mendaftarkan pernikahan di pencatatan sipil saja. juga tentang Alden yang malah meminta Liora untuk menggunakan uangnya sendiri jika ingin mengadakan pesta mewah.
Gaida yang mendengar cerita itu sontak saja terperanggah, bagaimana bisa keluarga kaya raya itu begitu pelit.
"Tidak Lio, bagaimana bisa seperti itu? menikah tanpa pesta dan hanya melakukan pendaftaran di catatan sipil sama saja mempermalukan keluarga kita. Memangnya kamu tidak laku sampai harus dinikahi seperti itu? Tidak, nenek tidak mau, nenek akan menemui keluarga mereka dan menuntut hak mu." Balas Gaida pula, tak kalah menggebunya.
Mendengar cerita ini sungguh membuatnya marah, dia justru merasa keluarga Carter telah menghina keluarga mereka.
"Iya Nek, aku tidak mau menikah seperti itu!" ucap Liora, kini dia jadi menangis, tangis karena merasakan kekesalan yang luar biasa.
Saat itu juga Gaida langsung menelpon Alden, mau minta penjelasan secara langsung tentang ini semua.
Jika pria itu ingin menikahi cucunya makan Alden harus siap memberikan yang terbaik untuk Liora.
Liora pun ikut menunggu, hasil sang nenek menelpon Alden.
Tidak lama setelah panggilan itu terhubung Alden langsung menjawabnya.
"Alden! apa-apaan ini, kenapa Liora menangis saat pulang?" cerca Gaida langsung, dia akan buat Alden merasa sangat bersalah karena telah memperlakukan Liora semena-mena.
"Mana aku tau Nek, tanyakan saja pada Liora langsung, memangnya ada apa?"
"Astaga, bagaimana bisa seorang pria mengatakan itu? Liora bilang kalian akan menikah tanpa pesta dan hanya melakukan pencatatan di catatan sipil? apa iya seperti itu."
"Iya Nek, aku dan Liora sudah menyepakati itu."
"Enak saja, tidak bisa! tanpa pesta pernikahan kalian tidak akan pernah terjadi."
"Jangan begitu Nek, aku sangat mencintai Liora. Bagaimana kalau biaya pesta nenek semua yang tanggung. Aku sungguh tidak punya uang."
"Astaga, astaga, astaga," jawab Gaida lirih, dia bahkan langsung menyentuh tengkuknya yang terasa berdenyut, mendengar jawaban Alden itu benar-benar membuat kepalanya pusing.
Bagaimana bisa pernikahan mewah ini jadi dia yang membiayai semuanya, harusnya biaya itu dari pihak laki-laki.
Tak mampu bicara lagi akhirnya Gaida langsung memutuskan panggilan itu. Dia bahkan langsung berpegangan pada Liora, nyaris jatuh karena syok.
"Bagaimana Nek?"
"Tunggu Lio, biarkan nenek berpikir dulu." jawab Gaida lemah.
Namun cukup lama mengambil waktu, tapi Gaids masih belum juga menemukan solusinya.
"Sepertinya nenek harus menemui orang tua Alden secara langsung," gumam Gaida, namun ucapan lirih sang nenek masih mampu Liora dengar dengan jelas.
"Terserah nenek, pokoknya lakukan apapun agar pernikahan ini tetap terjadi dan diadakan dengan pesta mewah!" tuntut Liora.
Dan Gaida hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan.
Sementara itu di tempat lain, Alden langsung memasukkan ponselnya di dalam saku celana saat panggilannya dengan Gaida telah mati.
Dia bertemu dengan Derick di pinggiran jalan kota malam ini.
Derick melaporkan jika dia belum juga bisa menemukan Adinda. Bahkan di kota S tempat sang ibu tinggal pun tidak ditemukan adanya Adinda. Dinda tidak pergi kesana untuk kabur. Kemungkinan besar Dinda masih berada di kota ini. Tapi entah di mana.
Di rumah Liora pun tidak ada, salah satu anak buah Derick sudah berhasil masuk ke rumah mewah itu dan memeriksa semua tempat. Dari gerak gerik Liora dan Gaida, kedua orang itu pun tak sedikitpun membicarakan tentang Dinda.
"Terus cari Rick, jangan berhenti." titah Alden, sedikit lega saat mengetahui jika Dinda tidak berada dalam kuasa Gaida dan Liora.
"Baik Tuan."
Hening. Sampai akhirnya Derick mengajukan sebuah pertanyaan.
"Apa anda akan tetap menikah dengan Nona Liora?"
Alden mengangguk.
"Tanpa pesta dan palsukan semua dokumennya."
"Bagaimana jika kedua orang tua Anda tahu, Tuan Alex dan Nyonya Jia pasti akan sangat marah besar."
"Mereka tidak akan tahu andai kamu tidak buka mulut."
"Baik Tuan," jawab Derick, seraya menundukkan kepalanya sebagai tanda permohonan maaf.