Hasna Aulia Zahrani seorang remaja yang cantik, pintar, ceria dan manja. Ia adalah putri tunggal dari seorang pengusaha sukses dan keluarga harmonis, pada awalnya. Hingga tanpa kesengajaan, orang ketiga masuk kedalam rumah tangga orang tuanya dan mengakibatkan perceraian.
karena merasa di khiantai orang tuanya, maka setelah perceraian orang tuanya, kehidupan Hasna berubah menjadi seorang pemberontak, nakal, pembangkang dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar dalam arena balap liar, clubbing serta perkumpulan remaja bebas lainnya. Walaupun hati kecilnya menolak itu semua.
Masa SMA, ia memilih hidup bersama pengasuhnya sedari kecil. Hingga suatu ketika, ia memutuskan untuk tinggal bersama kakek dan neneknya di kota kelahiran sang Ibu.
Karena merasa khawatir dengan kelakuan Hasna, maka kakek serta neneknya memutuskan untuk menikahkan Hasna dengan Afnan Al-jaris, seorang Businessman yang bergelar Ustaz dan putra bungsu dari sahabat kakeknya yang merupakan seorang Kyai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Clubbing bag -2-
Di area Pondok pesantren milik Kyai Qorry.
Jam menunjukan hampir pukul dua pagi, Afnan sudah terjaga hendak bersiap menunaikan ibadah Sholat Qyamulail di Masjid Ponpes, saat hendak berwudhu, ponsel Afnan berdering. Tertera Nama 'CALON ISTRI'.
"HASNA? Ada apa yah, menelepon dini hari begini?" gumam Afnan.
Afnan-pun menerima telepon tersebut. "Assalamu'alaikum, calon makmum."
"Wa'alaikumsalam calon Imam yang maksa," balas Hasna di ujung telepon sana. Hasna sudah terbiasa mengatakan hal itu dan Afnan akan merasa baik-baik saja mendengarnya, "Ustaz, maaf. Bisakah menolong calon makmum yang kepaksa ini?" tanya Hasna kemudian, masih dalam sambungan teleponnya.
"Selama aku mampu, mau minta tolong apa?" suara Afnan terdengar bertanya kembali.
"Nana ada di Kelab XXX dan terjaring razia narkoba. Tapi Nana tidak dapat menunjukkan tanda pengenal karena lupa membawanya, tolong Ustaz kesini sekarang. Sebagai penjamin Nana, karena selain Ustaz, tidak ada orang lain lagi yang Nana kenal di sini," ujar Hasna to the point.
"Saya segera berangkat saat ini juga. Sherlock alamatnya dan tolong kamu tenang, jangan melakukan hal aneh apapun sebelum Saya datang.". pesan Afnan.
"Baik Ustaz, Terima kasih."
Setelah mengakhiri sambungan teleponnya Afnan bergegas mencuci wajah, berwudhu dan mengganti pakaian. Lalu menuju kamar Ubaydillah yang berada di lantai bawah.
Tok!
Tok!
Tok!
"Ubay, Bay! Sob ... Sob!" Afnan memanggil Ubaydillah dan mengetuk pelan pintu kamar Ubaydillah tanpa bergaduh, ia tidak mau membangunkan yang lainnya karena merasa terganggu olehnya.
Lima menit kemudian Ubaydillah baru muncul dengan wajah mimpinya. "Ada apa A'a Bro? Ana Salat-nya nanti pukul setengah tiga. Hoaam, masih ngantuk nih," ucap Ubaydillah dengan tatapan sayu karena mengantuk.
"Shut, pelan-pelan bicaranya. Hasna sedang membutuhkan pertolongan kita. Ayo antar Ana ke sana," jawab Afnan.
"Memang Hasna kenapa? kemalingan atau kerampokan?" tanya Ubaydillah sembari bersandar di pintu dengan mata setengah terpejam.
"Bukan. Tapi terjaring razia narkoba di Kelab malam," ucap Afnan dengan santainya.
"Hah, apa A'a Bro? Astagfirullah calon istri Anta betulan main di Kelab?" tanya Ubaydillah terkejut.
"Ssst ... pelankan suaranya Sob. Mengapa terkejut? sudah tidak aneh 'kan? memang sudah tahu doi sering ke tempat macam ini. Terus jangan berisik, nanti Abi dan Umi mendengar, sudah ayok ganti baju dulu sana. Ana tunggu di mobil," ucap Afnan setengah berbisik setelah membekap mulut Ubaydillah.
"Ba-baik A'a Bro!" ucap Ubaydillah pelan dan mengangguk.
"keluar pelan-pelan, nanti yang lain terganggu," ucap Afnan lagi sebelum keluar.
"Oke!" tukas Ubaydillah pelan seraya menautkan jari telunjuk dan ibu jarinya hingga membentuk bulatan.
***
Afnan dan Ubaydillah baru saja sampai di Kelab. Hasna sudah mengirimkan lokasi Kelab tersebut nya kepada Afnan, jadi tidak perlu lagi mencari-cari, ia sudah hafal wilayah tersebut.
"A'a Bro, Anta yakin Bro, mau masuk ke tempat beginian?" tanya Ubaydillah.
.
"Ya, lalu bagaimana lagi, terpaksa!" ucap afnan
"Aman gak nih? takut nya besok ada berita, seorang Ustaz tercyduk di Kelab sedang bersama wanita. Ish horor Broo," ucap Ubaydillah dengan bergidik ngeri.
"Sudahlah, ayok! berdoa saja semoga kita di lindungi dari mata kamera dan pembuat berita," ajak Afnan.
Di dalam Kelab. Hasna terlihat sedang duduk dengan beberapa polisi dan pengunjung lainnya.
"Selamat malam pak! saya wali dari saudari Hasna," ucap Afnan kepada para polisi.
"Selamat malam, baiklah Pak ... mana yang bernama Hasna," polisi memanggil Nama Hasna.
Mendengar namanya di panggil, maka Hasna Berdiri dan berkata "Saya pak!" Namun, ia terkejut melihat Afnan dan Ubaydillah sudah berada di tempat itu.
Hasna lupa, satu jam yang lalu, ia terpaksa menghubungi Afnan, Karena tak ada yang ia kenal di kota ini, selain kakek, neneknya dan saat ini kakek, nenek nya sedang keluar kota.
"Waduh, Ustaz ... aku tak bawa apapun untuk menutupi wajahku, eum ... di tutup pakai apa ya?" celoteh Hasna dalam batinnya. sambil mencari cara untuk menutupi wajahnya.
Namun, Hasna terlambat. Afnan telah mendekati ke arahnya. Afnan dan Ubaydillah melihat Hasna terlebih dahulu, saat ia berdiri dan mengatakan "Saya" pada polisi.
Untuk sesaat Afnan tidak berkedip memandang wajah Hasna, baru kali ini ia melihat wajah asli calon istrinya yang tidak tertutup apapun dari jarak yang dekat.
Mata yang indah, wajah yang cantik, kulit wajah yang putih mulus merona , bentuk wajah menawan mendekati sempurna. Hidung mancung, bibir tipis nan sexy berwarna Cherry, dengan rambut panjang tergerai indah.
(Ini gambaran Author ya untuk Hasnanya ya).
Afnan terkesima untuk sesaat. Di dalam tubuhnya terasa ada hawa panas yang tak biasa. Jantungnya mendadak tidak aman, berdegup lebih cepat. Darahnya berdesir hebat.
Begitupun dengan Ubaydillah yang juga tak jauh dari sekitar mereka. Ia ikut mengamati wajah Hasna lalu ia menoleh kembali mengamati wajah Afnan yang tersenyum tipis karena terkesima melihat Hasna. Ubaydillah mencolek lengan Afnan berusaha menyadarkannya.
"Astaghfirullahal'azim," ucapnya dalam hati, dengan cepat Afnan menetralisir keadaan tubuhnya, setelah ia merasa ada yang mencoleknya. Afnan menguasai diri.
"Mungkin, memang harusnya tak malam ini melihat wajah Hasna, harusnya nanti saat kita betul- betul sudah halal. benar Hasna yang selalu memakai penutup wajah saat ia bertemu denganku. Bukan, bukan karena ia buruk rupa, justru karena ia terlalu cantik. Jadi agar aku, calon Imamnya tidak bersyahwat sekedar pun zinah mata ." ucap Afnan dalam batinnya.
"Baik Nona. Apakah Anda mengenal saudara ini?" tanya salah seorang polisi pada Hasna dan membuyarkan tatapan mereka.
"Iya Pak, dia 'OM' saya!" sahut Hasna cuek, ia pun sedang berusaha menyembunyikan gemuruh di dalam dada sebetulnya melihat ketampanan Afnan dengan wajah khas bangun tidur walaupun ia sudah berpakaian rapi saat ini.
Afnan yang mendengar itu, ia membulatkan matanya, lalu menatap tajam, seolah meminta penjelasan, dari kata 'Om' Hasna tak berani menatap, ia menundukkan wajahnya.
Ubaydillah menutup mulutnya dengan tangan, menahan tawa saat Afnan di akui sebagai Om, oleh Hasna.
"Baik Pak! Nona ini tidak membawa tanda pengenal, jadi harus ada penjamin." ujar Pak polisi.
"Baik Pak! Saya sebagai penjaminnya, bisakah keponakan saya ini, bebas?" tanya Afnan dan ia pun tak mau kalah dari Hasna yang menyebutnya 'Om.
Hasna ingin tertawa mendengar kata Keponakan, namun ia tahan.
"Baik Pak, karena hasil test urine-nya negatif alkohol dan obat-obatan terlarang lainnya, maka keponakan Anda bisa Anda bawa pulang. Tentu setelah Anda menandatangani berkas laporan pada polisi yang ada di depan itu." ucap polisi tersebut menunjuk ke meja lain.
"Baik Pak! terima kasih," ucap Afnan dan setelah, semua berkas selesai di tandatangani, maka Afnan mengajak Hasna pulang.
Setelah keluar dari dalam Kelab.
"Mana kendaraan kamu?" tanya Afnan. Ia berbicara datar tanpa melihat ke arah Hasna, Afnan takut akan pandangan matanya.
"Tidak bawa kendaraan Ustaz," jawab jujur Hasna dan bersikap tenang dengan mengedikan bahunya.
"Lalu, ketika tadi pergi ke sini, kamu naik apa?" nya Afnan Kembali.
"Bareng teman Ustaz. Tapi dia sudah boleh pulang dari tadi, karena orang tuanya bersedia datang," jawab Hasna.
"Teman? teman laki-laki atau perempuan?" tanya Afnan penuh selidik.
"Laki-laki Ustaz!," jawab Hasna jujur dan tanpa beban saat mengatakannya.
"What?!" pekik Afnan dengan membulatkan matanya.
Bersambung ...