Menikah bukan berarti jodoh sudah bermuara pada tempatnya. Terkadang Tuhan hanya mempertemukan, namun tidak menyatukan.
Senja adalah perempuan korban dari perjodohan kedua orangtuanya, niat hati untuk mengabulkan keinginan orang tuanya, membuat Senja harus menelan pahit sekelumit kisahnya sendiri.
Seperti apa kehidupan Senja setelah menikah????
Akankah ia temukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYSEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyiksaan batin
AWAN
Tepat saat lonceng jam berbunyi yang menunjukkan pukul 4 dini hari, Awan dan Viona tiba di rumah dari perjalanan bisnisnya.
Viona tak membuang waktu, Ia langsung pergi ke kamarnya dan merebahkan diri di kasur, menikmati lembutnya alas kasur mewahnya, setelah pekerjaan yang menyita seluruh waktu beberapa hari terakhir.
Sedangkan Awan, Ia berlalu ke kamarnya dan membersihkan diri sebelum menemui Biru di kamar sebelah.
Ia menenteng beberapa kotak mainan yang Ia beli di Singapore untuk anak laki-lakinya itu, Awan berniat memberi kejutan untuk Biru yang sudah Ia tinggal berhari-hari.
"Tumben gelap," gumamnya terheran melihat kamar Biru yang tidak biasanya mematikan lampu saat tidur.
Ia mengendap-endap berjalan menuju meja belajar dan meletakkan kotak-kotak mainan disana, kemudian berjalan perlahan ke arah ranjang, Ia sibak-kan selimut yang menutupi tubuh anaknya.
"Eemmmmhhhh,"
Deg! Awan sangat terkejut mendapati suara seorang perempuan yang melenguh dan membalikkan badan kemudian mencengkram erat kaki kirinya.
Luckily, Ia menyempatkan diri menyibakkan selimut sebelum merebahkan tubuhnya di kasur, karena yang terlihat setelahnya justru kepala berambut panjang, mungkin perempuan itu terusik saat selimut yang menutupi tubuhnya terbuka.
Senja?! Kenapa dia bisa disini?!
Demi apapun Ia menyesali keputusannya untuk langsung menemui Biru begitu tiba di rumah dan membersihkan diri sebelumnya, ini tidak ada dalam obrolannya bersama Mama semalam.
Mama Utari hanya mengatakan jika biru sudah pulang ke rumah diantar oleh Senja, dan sama sekali tidak menyinggung persoalan perempuan yang saat ini tengah mencengkram erat celananya juga menginap di rumah mereka.
Niatnya yang ingin memberi kejutan untuk Biru, menjadi sesuatu yang mengejutkan untuk dirinya sendiri.
Awan berdiri mematung di samping ranjang, kakinya terkunci oleh tangan Senja dan tidak dapat melangkah mundur. Hampir 15 menit Awan membiarkan tangan Senja bebas memeluk pahanya.
Namun, Hanya karena satu sentuhan tangan pada paha kirinya itu, mendadak membuat dirinya menggila. Dadanya bergemuruh merasakan denyutan kepala, akibat reaksi otak kiri yang begitu cepat menanggapi rangsangan dari sentuhan itu, serta merta meruntuhkan segenap pertahan-an yang sudah Ia pendam bertahun lamanya.
Arrgghhh!! damn it! that's crazy!
Ia tepis pelan tangan Senja, dan berlari kekamar mandi yang berada di kamarnya. Kemudian Ia menuntaskan seorang diri perihal sesuatu dibawah sana yang seakan berteriak dan memberontak karena menginginkan haknya yang telah terkurung sangat lama.
Aahh!! Sial! Sial! Bodohnya!
Awan terus saja merutuki nasib dan memaki kelakuannya sendiri, karena ini adalah kali pertama nya bermain solo setelah bercerai dengan Perempuan yang sudah melahirkan Albiru.
...----------------...
SENJA
Ia mengerjapkan matanya, dan terkejut Biru tak lagi dalam dekapannya, "Bi.." Ia mencari-cari Biru, namun Saat memutar badannya, Ia merasa heran karena ternyata Biru berada dibelakangnya, "Perasaan tadi meluk Biru,"
Betapa Senja tak menyadarinya, jika seonggok daging gempal yang Ia anggap tubuh Biru kemudian memeluknya, adalah suatu penyiksaan batin terhadap seseorang.
Setelah melaksanakan sholat subuh bersama di mushola mini yang terletak dilantai bawah, Saat ini Senja tengah berjibaku di dapur bersama Tante Utari dan Art-nya untuk menyiapkan sarapan.
"Mama... Biru cari-cari, taunya Mama disini!" teriak Biru dari gendongan Awan, yang sudah terlihat lebih segar dan wangi.
Senja mengambil alih Biru dari gendongan Awan karena tangan Biru terus meminta dirinya untuk digendong," Hemmm wanginya, udah nggak bau iler nih! Biru mandi sama siapa?"
"Sama Papa! Biru punya banyak mainan baru Ma! Oleh-oleh dari Papa, nanti kita mainan bareng ya, Ma!"
Senja meletakan Biru di kursi makan, "Boleh, tapi kita makan dulu ya,"
Tante Utari, Pak Awan dan Biru sudah duduk dimeja makan menikmati nasi goreng hasil masakan Tante Utari dan Senja, Minus Viona yang masih terlelap karena ternyata mereka baru tiba jam 4 dini hari tadi.
"Makan sendiri dong, Bi! Mama kan juga mau makan," Biru mengerucutkan bibirnya, saat ditegur oleh Awan yang melihat dirinya lebih sibuk menyuapi Biru dan mengabaikan sepiring nasi goreng didepannya, Senja hanya mengulas senyum dan masih melanjutkan menyuapi Biru.
"Kamu makanlah, Biru biar aku suapin," ucap Awan yang sudah menyelesaikan sarapannya. Senja pun menuruti perkataan Awan dengan berpindah tempat duduk.
Saat bersamaan, Viona terlihat keluar dari kamar dengan rambut yang masih acak-acakan, "Ada Kak Senja?, datang kapan, Kak?" tanya Viona heran dengan keberadaan Senja sepagi ini dirumahnya.
"Semalam Vi, niatnya cuma mau nganterin Biru, tapi Kata Tante suruh nginep saja," jawan Senja.
"Ohhhh," jawab Viona singkat, "Mama kenapa senyam-senyum sendiri?"
Mama Utari menunjuk kearah Biru, "Lihat deh pipi Biru, perasaan sejak sering sama Senja, sekarang jadi nambah gemuk kan?!" dalih Mama Utari, padahal yang sebenarnya, Ia tersenyum bahagia saat melihat interaksi antara anak, cucunya dan juga Senja. Apalagi setelah mengetahui status Senja sekarang, ada satu harapan besar yang tercipta dipikiran orang tua itu.
"Iya lah, kan Mama Senja pinter ngurusin anak! Ya kan, Bang..." seloroh Viona mencolek pinggang Awan. Yang mendapat godaan sama sekali tak memalingkan muka dari hadapan anaknya.
Selesai sarapan dan membersihkan diri, Senja pun kembali ke rumahnya, meski Awalnya terjadi drama Biru yang menangis karena tidak mau ditinggal, Dan berakhir dengan mengantarkan Senja untuk pulang kerumah.
Lagi-lagi! sesegar apapun Senja, Ia selalu tak dapat mengontrol diri jika mendapat terpaan AC dari mobil. Hal tersebut seakan membelai kepalanya yang membuat Ia selalu mengantuk saat berada di mobil, apalagi jika duduk di bangku depan.
Anehnya,Biru pun sama. Seolah menjadi habit, Anak ini pun selalu tertidur jika mendekap erat tubuh Senja.
Mobil sudah berhenti lumayan lama dihalaman nan asri yang dipenuhi tanaman aneka warna, Namun Awan belum berniat membangunkan perempuan dan anak kecil yang tertidur saling berpelukan.
Ia menatap lekat Senja, ada perasaan aneh saat melihat perempuan itu tertidur,
"Apa yang membuat Biru begitu menyukai perempuan ini?"
"Kenapa Senja mau saja saat kita menitipkan Biru kepadanya?!"
Seperti kata Mama Utari dba Viona, Senja memnag pintar mengurus anak, Terbukti Biru memang terlihat lebih gemuk dan riang semenjak sering bersama Senja.
"Haruskah?....."
Tiba-tiba terbayang ucapan Alan, rekan kerja Senja saat mereka bertemu dengan suami senja di Lift saat itu, tepatnya mantan suami.
"Istri? Siapa? Senja? Perempuan yang sudah kamu sia-siakan! Kamu kdrt dan diselingkuhi?" ucap Alan saat itu.
Awan tersenyum getir, "Sejauh mana laki-laki itu tahu permasalahan rumah tangga Senja?!"
Entah apa yang merasuki Awan, sehinga dengan berani Ia mengankat tangan dan menyentuh Pipi putih bersih Senja, menyibakkan anak rambut yang berayun menutupi wajahnya. Ia tersenyum getir mengingat apa yang sudah Ia lakukan pagi-pagi buta hanya karena pelukan Senja pada pahanya. Sungguh satu sentuhan yang menyiksa batin!
"Cantik...." tanpa sadar pujian itu keluar dari mulutnya.
Dan diantara kesadaran nya yang masih tercecer, Senja begitu terkejut mendengar ucapan Awan yang memuji serta mendapati telapak tangan besarnya tengah mengelus lembut pipinya.
Hah! Apa ini?? aku lagi mimpi kan?
Setuju banget mak, mencintai orang yg Sama dg waktu yg lama dan harus setiap hari tanpa lelah Dan bosan.
Mantap mak pesannya. Angkàt topi untukmu.
Alamak.......mantap banget kata²nya Thor.
"I know... Tapi, jika suatu saat kamu merasa ingin memulai kembali berpetualang, aku ingin kamu tahu, ada aku dan Biru yang siap menemanimu untuk kembali berpetualang, mencari seperti apa rupa kebahagiaan dan membangun tempat untuk kata Pulang,"
Bukan kata dan rayuan gombal tapi juatru kata² oenuh makna ini yg bikin hati aq juga ikut meleyot Bang Awan.