Terjerat Cinta Satpol PP Arogant

Hari itu hotel “X” sudah ramai dengan tamu undangan dari keluarga mempelai pria dan wanita. Pengantin wanita nampak cantik dan anggun dengan busana rancangan bunda Ajeng. Katrin dan Anita tidak kalah cantik dengan mempelai wanita.

“Kakak cantik banget…, gimana kak perasaan kakak?” tanya Katrin sambil melihat Widya selesai di make up.

“Tentu senanglah dik, kamu dan Anita cepet menyusul ya?” kata Widya sambil memegang tangan Katrin.

“Tentulah kak, tapi aku masih nunggu selesai kuliah dulu,” kata Katrin sambil memandangi Anita.

“Kalau kamu nunggu selesai kuliah, terus giliran aku dan mas Arga kapan?” Anita nampak lemas memandang Katrin.

“Kayaknya kamu kok sudah kebelet ya? Kamu duluan saja!” kata Katrin cuek.

“Apaan sih kamu, pasti bunda Clara menghendaki kak Andi yang duluan,” kata Anita sambil menghela nafasnya.

“Santai saja…, gimana kalau bareng saja?” kata Katrin nyolek Anita.

“Nak ayo segera turun, ijab Kabul mau dilaksanakan sekarang,” kata salah satu kerabat Widya.

Widya turun menuju lantai bawah didampingi oleh Katrin dan Anita. Pengantin maupun pendamping pengantin wanita kelihatan cantik dan Anggun.

Di ruang bawah sudah ada penghulu yang siap untuk menikahkan mereka. Tora nampak gugup sambil menghafalkan ijab Kabul.

“Bro, yang tenang…, ingat jangan sampai salah,” Andi mengusap bahu Tora.

“Kak, itu pengantin dan pendampingnya sudah turun,” kata Arga yang juga mendampingi pengantin pria.

“Alamak…, cantiknya bidadari ku,” Andi menelan salivanya.

“Kak…, mana kuat kita kak, kita ikut nikah sekarang ya?” Arga juga mengomentari bidadarinya.

“Sembarangan…, kita bisa mampus di hukum bunda Clara.” Andi menyenggol bahu Arga.

Tiba-tiba mc menyebutkan kalau acara ijab Kabul akan dilaksanakan. Penghulu memberi wejangan mempelai pria dan wanita dilanjutkan ijab Kabul.

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Widya Saputri binti Hendra Prayoga dengan maskawin nya yang tersebut, tunai,” ucap Tora.

“Gimana, syah…,? ucap penghulu.

“Syah…,” sahut semua orang.

Tora mencium kening Widya, dilanjutkan berdo’a yang dipimpin oleh bapak penghulu.

Setelah acara ijab Kabul, Andi mendekati Katrin. “Dik boleh dong kakak cium kamu?” tanya Andi sambil menggeser tempat duduknya.

“Sembarangan…, kakak itu mesum banget, dikit-dikit cium.” Katrin menyenggol tangan Andi.

Tidak kakak tidak juga adiknya kelakuan mereka sama. “Dik, cium dong?” Arga mendekatkan dirinya mendekati Anita.

“Pletak…, Pletak…, nak jaga sikap kalian.” Bunda Clara memukul kepala mereka dengan kipas yang dia pegang.

“Bunda....” kata Andi dan Arga kompak. Katrin sama Anita cekikikan melihat tingkah mereka.

“Dasar mesum…,” kata Katrin.

“Bunda, ayah dimana kok tidak ikut?” tanya Katrin mengalihkan pembicaraan.

“Ayah bertugas ke Ambon nak, seminggu lagi baru pulang,” kata bunda Clara.

Tak berapa lama tamu Tora berdatangan, Katrin selaku tuan rumah mendampingi bundanya untuk menyambut mereka.

“Dik Katrin, tambah cantik saja?” kata salah satu temen Tora.

“Kakak Rudi gimana kabar? Lama kok gak main kesini!” ucap Katrin ramah.

“Gimana mau main kesini kalau dik Katrin selalu cuekin kakak,” ucap Rudi temen kerja Tora.

“Masa sih kak, aku merasa biasa-biasa saja,” balas Katrin kembali.

“Sayang, ternyata kamu ada di sini ya?” Andi tiba-tiba datang menghampiri mereka.

“Kakak, ini kak Rudi temen kerja kak Tora,” ucap Katrin merasa tidak enak hati.

“Perkenalkan, saya Andi tunangan Katrin,” ucap Andi sambil memeluk Katrin dengan erat.

“Sayang, kamu kenapa?” bisik Katrin di telinga Andi.

“Ingat, sayang…, kamu hanya milikku,” balas Andi berbisik di telinga Katrin.

“Maaf kak, silakan duduk dan cicipi hidangan yang ada.” Katrin bersikap ramah menghilangkan kecanggungan diantara mereka.

“Terimakasih cantik, kakak akan selalu mengingat kamu,” ucap Rudi tersenyum menggoda Katrin dan melirik Andi.

“Dasar cowok ganjen, suka menggoda kekasih orang lain, awas ya?” gumam Andi dengan muka merah padam menahan amarah.

“Kakak sayang, tambah jelek lo?” goda Katrin.

“Awas ya, aku hukum kamu,” Andi menarik tangan Katrin menuju taman samping hotel.

“Kenapa sih kak, marah-marah, tidak jelas,” ucap Katrin cuek sambil menghempaskan dirinya duduk di bangku taman.

“Kamu tuh sama cowok jangan suka ganjen begitu dik. Ingat kamu itu milikku, hanya milikku.” Andi duduk di sebelah Katrin.

“Kakak keterlaluan, aku itu hanya bersikap ramah sama tamu kak.” Katrin tak kalah sengit.

“Dik…, kamu itu calon istriku dik. Kamu harus nurut apa kata aku.” Andi nampak kesal memandangi wajah Katrin.

“Ingat kak, baru calon kak?” Katrin beranjak berdiri hendak meninggalkan Andi.

“Katrin Sanjaya…, dengarkan kakak, kakak itu sayang dan cinta sama kamu,” ucap Andi menarik lengan Katrin hingga terduduk di pangkuannya.

“Aku tahu…, lalu apa mau kakak,” Katrin memonyongkan bibirnya.

“Kamu harus jaga jarak dengan semua laki-laki,” Andi terus memandang Katrin dengan nafas memburu karena menahan nafsunya.

“Kak aku hanya bersikap ramah sama tamu kak Tora, kakak cemburu ya,” ucap Katrin yang berkaca-kaca menahan air matanya.

“I_ya, aku cemburu dik, apalagi cowok itu kelihatan berusaha narik simpati kamu.” Andi mengusap air mata Katrin.

“Maaf…, aku tidak bermak_sud?” Katrin tidak melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba Andi mengecup bibir Katrin. Mereka nampak menikmati sehingga tidak menyadari kalau Arga sama Anita sudah ada di dekat mereka.

“Kak Andi, Katrin …, kalian itu yah gak tahu tempat,” pekik Anita langsung duduk disampingnya Katrin.

“Dicari bunda Ajeng, untuk foto bersama,” kata Arga dengan muka datarnya.

“Mengganggu kesenangan orang saja.” Andi menonjok bahu Arga.

“Makanya setelah pernikahan Tora, kakak lamar saja mbak Katrin,” kata Arga kesal.

“Resek ya, kamu!” Andi langsung mengandeng Katrin masuk ke dalam hotel. Arga dan Anita mengikuti mereka.

“Nak, sini kita foto keluarga.” Bunda Ajeng menarik tangan Katrin.

Mereka foto berlima, setelah itu ditambah foto bareng Arga dan Anita.

“Arga tolong ambilkan gambar aku sama Katrin,” perintah Andi kepada Arga.

Andi memeluk mesra Katrin dengan berbagai pose seolah mereka melakukan kegiatan foto prewedding.

“Kak, ini pengantinnya yang mana ya?” goda Anita kepada Andi dan Katrin.

“Sini aku foto kamu sama Arga.” Katrin mengambil ponsel yang dipegang Arga.

“Jepret…, jepret…, Arga kamu jangan kaku seperti itu. Ayo peluk Anita dan cium pipinya.” Katrin memberi instruksi selayaknya fotografer.

“Wah, calon menantu bunda, kalian memang cocok satu sama lainnya ya.” Bunda Clara datang tiba-tiba.

“Bunda mari foto bersama kita berlima, nanti kita kirimkan ke ayah.” Katrin melangkahkan kakinya untuk minta tolong pada salah satu kerabatnya.

“Ide bagus sayang…,” ucap bunda Clara berpose memeluk kedua calon menantunya, sedangkan Arga dan Andi berdiri di pinggir kanan dan kiri.

Begitulah acara resepsi pernikahan Tora dan Widya dihebohkan dengan kehadiran mereka. Setelah acara selesai Tora sama Widya meneruskan menginap di hotel, sedangkan semua kerabat pulang ke rumah masing-masing.

🍁🍁🍁🍁Terimakasih para pembaca atas semangat, komentar, like dan votenya.🍁🍁🍁🍁