Katherine mencintai Ethan. Melakukan semuanya dengan nama cinta. Sementara Ethan hanya menjeratnya dalam hubungan tanpa nama.
Saat Katherine berusaha lari tali di lehernya semakin mengencang dan mengerat. Ketidak relaan Ethan semakin menjeratnya semakin dalam.
"Kamu hanya milikku, Kath!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duka
"Kau?"
"Kath?" Wajah terkejut bukan hanya ada pada Kath tapi pria di depannya. Sepertinya dia juga tak menyangka jika Kath ada disana.
"Kau disini?" Andreas berdiri dari duduknya untuk menyambut Kath.
Kath tersenyum, "Ya, aku melamar untuk posisi sekretaris."
"Sungguh, aku tak tahu— Maksudku aku tahu aku sedang mencari sekretaris, tapi aku tak tahu itu kau."
Kath mengangguk. "Aku juga terkejut, boleh aku duduk?"
"Tentu, duduklah!" Setelah memastikan Kath duduk Andreas pun kembali duduk di singgasananya.
"Aku di minta memberikan resumeku padamu secara langsung." Kath menyodorkan berkas di tangannya pada Andreas.
Andreas tersenyum. "Aku tidak perlu melihatnya lagi. Aku kira dengan pengalamanmu perusahaanku akan maju dengan cepat. Justru aku yang harus bertanya. Kau tidak masalah bekerja di perusahaan kecil ini? Bahkan mungkin gaji yang akan kau dapat nanti tak seberapa dibanding sebelumnya."
Kath menggeleng cepat. "Tidak. Aku akan sangat menghargai pekerjaanku. Aku tidak memikirkan besarnya gaji. Yang penting aku bisa bertahan hidup. Setidaknya untuk sekarang. Tentu saja untuk nanti kita bisa bicarakan lagi." Kath meringiskan kekehan.
Andreas tertawa. "Baiklah, jika itu tak masalah untukmu. Kau bisa mulai bekerja besok." Andreas mengulurkan tangannya yang langsung di sambut Kath.
"Terimakasih."
"Selamat bergabung Kath." Tiba-tiba suasana menjadi canggung hingga Kath menghela nafasnya.
"Tentang kemarin lalu itu ... aku sungguh minta maaf," ucap Kath dengan merasa bersalah. "Aku tidak bermaksud mempermainkanmu."
Andreas menipiskan bibirnya. "Aku memang sedikit kecewa. Tapi, anggap saja mungkin kita belum berjodoh. Tenang saja aku tidak mencampur adukan urusan pribadi dan pekerjaan."
Kath semakin merasa bersalah. "Kau sangat baik, Andreas. Kau pasti akan mendapatkan wanita yang baik."
Andreas terkekeh. "Terimakasih atas doamu. Tapi kalau boleh berharap aku ingin yang sepertimu."
Kath terdiam sementara Andreas semakin tertawa. "Aku hanya bercanda."
Kath menghela nafasnya, "Baiklah, Tuan Andreas aku akan bekerja dengan baik." Kath tersenyum tulus.
"Senang bisa bekerja sama."
Kath mengangguk lalu berdiri dari duduknya.
"Oh ya, Kath—" Baru saja berbalik berbalik hendak pergi suara Andreas kembali terdengar hingga Kath kembali menoleh. "Aku dengar Nyonya Teresha sedang sakit."
....
Kath baru saja tiba saat melihat Luise berdiri dengan Nathan di pelukannya. "Kau sudah pulang? Bagaimana pekerjaannya?"
Kath tersenyum dan pergi ke arah wastafel untuk mencuci tangan, lalu melepas blazernya sebelum membawa Nathan ke dalam pangkuannya. "Aku sudah mendapatkannya, dan kau tahu pemilik perusahaan tempatku bekerja ternyata Andreas."
"Sungguh?" Kath mengangguk. Dia memang sudah bercerita pada Luise tentang perjodohannya dengan Andreas yang berakhir gagal kemarin. "Lalu, bagaimana reaksinya saat melihatmu?" Luise menatap khawatir. Bagaimana kalau pria itu memiliki dendam pada Kath.
Kath berjalan ke arah sofa lalu duduk di sana dengan membawa botol susu Nathan. "Beruntung dia bukan orang yang mencampurkan urusan pekerjaan dan pribadi. Dan dia juga mengerti kondisiku."
Luise menghela nafasnya lega. "Syukurlah."
Kath dan Luise masih saling mengobrol dengan Nathan yang berceloteh khas bayi yang membuat gemas saat televisi yang menyala menampilkan sebuah berita duka.
Teresha Edmund ibunda dari Ethan Edmund telah meninggal dunia hari ini tepat pukul 3 sore.
Berita itu tentu saja mengejutkan Kath dan Luise yang seketika menghentikan obrolan mereka. Kath bahkan berdiri dari duduknya saat di layar terlihat Ethan yang mengenakan pakaian serba hitam lengkap dengan kaca mata hitam yang menutupi matanya. Pria itu nampak tengah memberikan pengumuman di hadapan wartawan lalu menunduk sesaat untuk memberi hormat lalu kembali ke dalam rumah duka yang juga banyak pelayat memasuki rumah tersebut.
"Kath?" Luise membuyarkan lamunan Kath yang masih tertegun.
"Aku baru tahu tadi dari Andreas kalau Nyonya Teresha sakit. Aku tidak menyangka kalau dia akan meninggal hari ini." Tatapan terkejutnya masih tertuju pada layar dimana situasi pelayat yang berdatangan untuk menyampaikan belasungkawa.
Saat ini ponsel Kath berdering, melihat nama Andreas, Kath segera menerima panggilan tersebut.
"Hallo?"
"Kath, kau sudah lihat beritanya? Nyonya Teresha meninggal dunia."
Kath menghela nafasnya. "Ya, aku baru lihat beritanya."
"Kau mau melayat bersama?" Kath nampak berpikir. "Aku pikir akan canggung kalau kau datang sendiri, jadi kau bisa datang sebagai sekretarisku ... tapi kalau kau tidak mau tidak masalah, aku bisa—"
"Baik, aku ikut," putus Kath.
"Baiklah aku akan menjemputmu."
Setelah mematikan teleponnya. Kath menoleh pada Luise. "Bagaimana pun aku mengenalnya, kan?" Kath bertanya tidak yakin. Dia mengenalnya tapi juga tidak, hanya saja mengingat Ethan rasanya dia juga harus mengucapkan belasungkawanya.
Luise mengangguk. "Meski dia kejam tapi dia tetap ibu mantan bosmu, anggap saja begitu," ucapnya menambahkan.
Kath meremas tangannya gelisah. Perasaannya tak tenang memikirkan Ethan. Entah bagaimana perasaan Ethan saat ini. Mungkin pria itu tengah bersedih karena kehilangan ibunya.
Kath menatap Nathan di pangkuannya. "Sayang kau tidak pernah mengenal cucumu, Nyonya." Kath memberikan kecupan di pucuk kepala Nathan, namun matanya menatap layar televisi yang masih menampilkan berita duka. Kali ini wajah Teresha muncul dengan potret yang sudah mengenakan bingkai dengan tulisan 'turut berduka cita'.
ndk sopan