NovelToon NovelToon
Satu Perempuan

Satu Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Satu wanita banyak pria
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nurcahyani Hayati

Bagaimana jadinya jika kamu menjadi anak tunggal perempuan di dalam keluarga yang memiliki 6 saudara laki-laki?
Yah, inilah yang dirasakan oleh Satu Putri Princes Permata Berharga. Namanya rumit, ya sama seperti perjuangan Abdul dan Marti yang menginginkan anak perempuan.

Ikuti kisah seru Satu Putri Princes Permata Berharga bersama dengan keenam saudara laki-lakinya yang memiliki karakter berbeda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurcahyani Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Bro!

"Diem! Ini lebih penting. Kita kasih pelajaran sama orang itu."

"Apa?" kaget Pralim.

Pranam melajukan motornya dengan kencang mengikuti motor yang berukuran besar dengan pria berjaket merah yang ada di atasnya.

Pranam membanting motor tepat di depan motor berwarna merah yang dengan cepat menancapkan rem. Nyaris saja mereka bertabrakan membuat Pralim memejamkan mata takut sekali adegan kecelakaan terjadi.

Suara mesin motor yang dimatikan terdengar diiringi suara langkah yang seakan menjauhinya. Ia membuka mata mendapati Pranam yang sudah lenyap di depannya.

"Nam! Pranam!" panggil Pralim saat Pranam benar-benar meninggalkannya.

Pralim yang hanya duduk di motor. Panggilan akhirnya direspon. Pranam menoleh dengan wajahnya yang dibuat sok cool.

"Mau kemana?"

"Tenang aja Bang! Biar Pranam yang hadapi semuanya. Kalau masalah kayak gini mah kecil," jelasnya sambil menepuk dada lalu menjentikkan jari menggambarkan bagaimana mudahnya menghadapi pria yang nyaris telah menabrak Incces.

Pranam melanjutkan langkah lalu tak berselang lama ia menghentikan langkahnya tepat di depan motor pria itu yang masih nampak terdiam sembari menatap serius ke arah Pranam yang berdiri menopang pinggang.

"Heh, turun lo!" tunjuk Pranam.

Pria itu mendecapkan bibirnya dengan kesal. Kedua matanya melirik menatap dari ujung kaki sampai ujung rambut Pranam.

"Cih, anak SMA," ujarnya dengan malas.

Pranam bisa mendengar suara dari pria itu yang nampak masih menggunakan helm full face membuat dirinya menunduk menatap seragam sekolah yang terpasang di tubuhnya. Memangnya ada yang salah?

"Turun! Gue mau ngomong!"

Pria itu menghela nafas. Dengan malas ia menggerakkan motornya berniat untuk pergi tetapi Pranam melangkah cepat menghalangi jalan pria itu sambil merentangkan kedua tangannya.

"Eits, nggak semudah itu. Gue mau ngomong sesuatu sama lo jadi turun sekarang!" pintahnya lalu menoleh menatap Pralim sembari tersenyum bangga dan mengangkat kedua alisnya beberapa kali seakan ingin memperlihatkan bahwa ia jago seperti saudaranya yang satu itu, Praga.

"Jangan ganggu gue!"

"Gue mau karena lo udah buat salah."

Pria itu mendecapkan bibirnya kesal. Sepertinya anak SMA ini tidak tahu siapa dirinya. Ia mematikan mesin motor, menurunkan standar motor lalu membuka helm full face-nya.

Pranam membulatkan matanya. Dia kenal dengan pria ini. Dia adalah ketua geng Rockers, Rey. Ketua geng yang selalu menjadi pembahasan di sekolahnya dulu. Walaupun Rey bukan merupakan siswa di sekolahnya tapi namanya juga tak kalah bersaing dari nama abangnya, Praga.

"Lo mau apa tadi?" tanya Rey yang melangkah turun.

Pranam meneguk salivanya. Sepertinya ia salah lawan kali ini. Lawan yang setara dari pria ini hanyalah Praga bukan Pranam.

Pranam melangkah mundur lalu cengengesan. Rasanya ia ingin kabur sekarang juga.

"Em, maaf bro tapi saya cuman mau kasih tau kalau bro tadi hampir nabrak adik saya pas lampu merah."

"Cuman itu aja kok nggak lebih. Lagian kan kejadian tadi itu sangat bahaya. Nggak baik buat keselamatan bro sendiri."

Rey tersenyum sinis. Ia tetap melangkah membuat Pranam melangkah mundur ke arah motornya di mana masih ada Pralim di sana yang menjadi saksi bisu dalam kejadian ini.

"Udah bro disitu aja! Nggak usah ke sini! Saya mau langsung pulang aja, kok. Kasian ini saudara saya itu udah lapar mau makan telur goreng."

Rey melirik sejenak ke arah Pralim yang nampak terdiam dengan wajah datar. Pria itu berbohong, bagaimana mungkin pria berwajah tampan itu bersaudara dengan pria sok jago yang kini masih ia ikuti langkahnya.

"Bro saya kayaknya mau pu-"

Rey menarik kerah baju Pranam yang langsung syok berat. Tubuhnya gemetar takut disertai suhu tubuhnya yang meningkat. Tiba-tiba saja ia merasa demam.

"Bro saya-"

"Diem!" bentaknya membuat nyali Pranam seakan menciut.

"Gue nggak peduli dan gue nggak mau tau apa alasan lo tapi cara lo yang negur gue kayak gitu gue nggak suka."

"I-i-iya bro. Sa-saya minta maaf."

"Bisa juga lo ngomong maaf. Sekali lagi lo negur gue kayak, gitu dihabisin lo!" ancamnya sambil memberikan aba-aba seakan siap untuk melayangkan tinjunya.

"A-a-ampun bro!" teriaknya takut sambil menggerakkan tangannya memohon dengan kedua matanya yang ia tutup dengan rapat.

Rey mendorong Pranam setelah melepas cengkramannya membuat Pranam terlempar ke belakang menyentuh motornya. Ia menoleh sejenak menatap Pralim yang nampak terdiam dengan wajah datar. Rasanya Pranam malu, entah apa yang sekarang dipikirkan oleh saudaranya itu.

"Buat lo!" Tunjuknya pada Pralim.

"Jangan mau diaku-akuin sebagai saudara sama dia!" ujarnya mengingatkan.

Rey melangkah pergi. Ia memasang helm full face-nya lalu naik ke atas motor, menyalakan mesin lalu pergi tanpa sepatah kata yang keluar dari bibirnya lagi meninggalkan Pranam dan Pralim yang kini masih terdiam.

Keduanya terdiam sembari menatap kepergian motor Rey yang sudah semakin menjauh pergi hingga lenyap ditelan puluhan kendaraan.

"Huuuu! Dasar cemen!" teriak Pranam yang kini melangkah maju dengan tingkah yang ingin memukul orang.

"Ternyata cuman segitu nyalinya," tambahnya lagi.

Ia kembali ke motor mendapati Pralim yang masih menatapnya dengan serius.

"Untung dia udah pergi kalau lambat sedikit aja dia pergi dari tempat ini mungkin hemmmm udah gue habisin," ujarnya dengan nada sombong sambil meninju-ninju angin.

Pralim menghela nafas membuat Pranam yang telah duduk di atas motor itu langsung menoleh. Suara hembusan nafas itu seakan menghinanya.

"Maksudnya apa gitu?"

"Apa lagi?" tanya Pralim dengan nada malas. Malas berdebat sebetulnya.

"Itu nafasnya kayak gitu? Abang nafas kayak gitu kayak nggak percaya sama gue?"

Pralim menggaruk sikunya yang tak gatal. Tak tau harus mengatakan apa. Jika ia mengatakan iya maka semakin panjang perdebatan yang terjadi apalagi jika harus berhadapan dengan Pranam.

"Aku percaya. Ayo kita pulang!" ujarnya mengalah.

Sejujurnya ia tak memiliki tenaga untuk berdebat panjang lebar kepada saudaranya itu. Hanya membuang waktu karena yang tetap menjadi pemenang adalah Pranam sekalipun dia yang salah.

Pranam tersenyum bangga. Ia melajukan motornya menuju rumah menyusul Incces dan Tawi yang entah Sudah sampai mana.

1
balabulu
Thor knp nggak pernah up
balabulu
hayo loh Zen nanti kena amuk sama Abang praga
balabulu
ahahaha ada² aja kelakuan pradu 🤣
Salju
ah si Prapat di tangkap ahha
Salju
Praha keren banget aaaaa
Salju: praga
total 1 replies
balabulu
wah wah wah apa yah yang akan di lakukan pranam
balabulu
nggak sabar ni tau kelanjutannya
balabulu
semangat Thor upnya
balabulu
semangat yah Thor upnya
balabulu
ada² aja kelakuan praga
balabulu
semua keluarganya pada lucu² ahahah
Sena Safinia
kocak suka ........gimana klo ad cwok naksir incess .....ga sabar nunggu next
balabulu
lanjut Thor
balabulu
semngat thor punya
balabulu
aduh kapan yah semua anaknya kumpul duduk bareng
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
nggak sabar ni pengen tau kelanjutannya
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
giginya kakak
balabulu
ahahahha 🤣, salah tangkap kamu pak 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!