Setelah dua tahun menikah, Laras tidak juga dicintai Erik. Apapun dia lakukan untuk mendapatkan cinta suaminya tapi semua sia-sia. Laras mulai lelah, cinta Erik hanya untuk Diana. Hatinya semakin sakit, saat melihat suaminya bermesraan dengan Dewi, sahabat yang telah dia tolong.
Pengkhianatan itu membuat hatinya hancur, ditambah hinaan ibu mertuanya yang menuduhnya mandul. Laras tidak lagi bersikap manja, dia mulai merencanakan pembalasan. Semua berjalan dengan baik, sikap dinginnya mulai menarik perhatian Erik tapi ketika Diana kembali, Erik kembali menghancurkan hatinya.
Saat itu juga, dia mulai merencanakan perceraian yang Elegan, dibantu oleh Briant, pria yang diam-diam mencintainya. Akankah rencananya berhasil sedangkan Erik tidak mau menceraikannya karena sudah ada perasaan dihatinya untuk Laras?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Akan Membuktikannya
Erik menunduk, jemarinya mengetuk meja dengan gelisah. Selama ini, tak pernah sekalipun ia merendahkan diri demi seorang perempuan. Justru sebaliknya, mereka yang selalu datang padanya, merayu dan memohon perhatian, seperti yang pernah Laras lakukan dulu. Ironisnya, kini keadaan berbalik. Ia, yang harus berusaha keras demi mendapatkan sepotong simpati dari istrinya sendiri.
Bodoh. Ia merasa begitu bodoh.
Bukankah ia bisa dengan mudah menceraikan Laras, lalu mencari wanita lain, seperti yang sering dikatakan Laras sendiri? Tapi entah mengapa, ia tidak bisa.
Padahal tidak ada perasaan cinta bahkan sampai sekarang dia tak yakin, apakah keinginannya untuk memperbaiki hubungan karena dia mencintai Laras atau karena harga dirinya yang tidak bisa menerima akibat diabaikan oleh Laras.
Makan malam mereka berjalan dingin, nyaris tanpa suara. Usahanya menyiapkan sarapan pun hanya berakhir menjadi lelucon di mata Laras. Semua perhatian yang ia curahkan seakan tak ada artinya. Perubahan sikap Laras yang begitu drastis benar-benar sulit ia pahami.
Suara telepon tiba-tiba memecah kesunyian. Erik segera menyambar gagangnya, berharap itu panggilan dari Laras.
“Laras, apa kau mau makan siang denganku?” suaranya terdengar tergesa.
Namun yang terdengar justru suara tajam ibunya.
“Untuk apa kau mengajak istri tak berguna itu makan siang?”
Erik menghela napas, mencoba menahan emosi. “Ma, aku hanya ingin makan siang bersama istriku. Di mana salahnya?”
“Jangan buang waktumu, Erik. Lebih baik kau ajak Putri Bu Friska berkencan. Dia jauh lebih layak dibanding istri tidak berguna itu.”
Erik memijit pelipis. Seperti biasa, ibunya tak pernah mendukung niatnya untuk memperbaiki rumah tangga. Selalu saja ada wanita baru yang ia sodorkan, seakan ingin menggantikan Laras kapan pun. Dan mungkin, itulah alasan Laras begitu marah, begitu sulit percaya pada dirinya.
“Ma, hentikan. Jangan berbicara seperi itu. Laras sangat berguna, perannya sangat penting di kantor!"
"Jangan bodoh, kau bisa mempekerjakan seseorang yang lebih kompeten. Jangan menyerahkan semuanya pada Laras sehingga membuatnya besar kepala. Dia akan menganggapmu tidak bisa apa-apa setelah dia pergi. Lebih baik kau segera mencari karyawan baru, untuk menggantikan dirinya. Jika bisa, suruh dia yang membimbing karyawan baru itu!"
Erik menghela nafas, dia tidak berniat mengganti posisi Laras.
"Jika kau tidak mau, biar aku yang mencari penggantinya. Putri Bu Friska bisa melakukannya, dia akan bekerja jauh lebih baik dari pada istrimu itu!"
"Aku tidak ingin mendengar apa pun lagi dan jangan ikut campur dengan urusan kantor. Aku juga berharap, Mama tidak mengenalkan aku pada siapa pun, apalagi putri sahabat Mama. Seharusnya Mama mendukungku memperbaiki pernikahanku, bukan sebaliknya.”
“Tutup mulutmu! Bercandamu tidak lucu,” balas ibunya tajam.
“Kalau begitu, aku akhiri pembicaraan ini. Aku tidak punya waktu.”
“Erik! Jangan tutup dulu. Mama ingin mengajakmu makan malam. Kapan kau punya waktu?”
Nada suara sang ibu berubah memaksa.
Erik menarik napas dalam, lalu menjawab dingin, “Aku sudah bilang, jangan menjodohkan aku dengan siapa pun lagi. Kenapa Mama selalu memaksa?"
"Mama tidak memaksa. Mama melakukan ini untuk kebahagiaanmu. Harus berapa kali mama katakan padamu, sudah waktunya kau memiliki anak. Mama hanya menginginkan itu, tapi kau tidak mau mengabulkannya!"
"Akan aku kabulkan, aku akan memiliki anak dengan Laras. Jadi bersabarlah."
"Cih, kau bercanda. Istrimu mandul, bagaimana dia bisa memberikan anak untukmu? Seharusnya kau tahu, itu pula yang membuat aku tidak menyukainya!"
"Dari mana Mama tahu dia mandul? Apa Laras pernah mengatakannya?"
"Orang bodoh pun akan tahu! 2 tahun kalian menikah tapi dia tidak juga hamil. Jika tidak mandul, lalu apa?"
Erik diam, apa dia harus memberitahu ibunya jika dia tidak menyentuh Laras selama pernikahan mereka?
"Sudahlah, Ma. Sudah aku katakan jangan ikut campur dalam rumah tanggaku. Laras tidak mandul, dan aku akan membuktikannya nanti!"
"Bukti apa lagi yang mau kau berikan, Erik!" teriak Ibunya, marah.
"Aku sibuk menyiapkan pesta perusahaan untuk para klien. Jadi untuk sementara, jangan ganggu aku.” Erik mengelak, tidak mau berdebat lebih jauh.
Telepon ia tutup tanpa menunggu jawaban. Di seberang, sang ibu terdiam sejenak, lalu tersenyum licik.
Pesta perusahaan? Baiklah. Itu kesempatan sempurna untuk menyingkirkan Laras dan Erik, tidak akan bisa menyelamatkan Laras
---
Erik berdiri, meninggalkan ruangannya. Ia melangkah menuju ruangan Laras, dengan tekad baru. Pesta itu bukan hanya untuk klien, tapi juga panggung pengumuman. Ia ingin dunia tahu, Laras adalah istrinya.
Pintu terbuka, membuat Laras yang tengah sibuk menatap dokumen menoleh sekilas. Erik masuk, mencoba tersenyum. Namun Laras hanya membalasnya dengan tatapan dingin.
“Kau berdiam diri di ruangan seharian. Tidak bosan'kah?” tanyanya ringan.
“Aku sedang menyelesaikan surat kontrak untuk Pak Nugraha. Kalau kau tidak mau kerja sama dengannya segera terjalin, maka aku akan pergi ke mal dan menghabiskan waktu di sana.” Laras kembali menunduk, berusaha menghindari tatapannya.
Erik terkekeh kecil. “Oh, aku hampir lupa. Segera siapkan kontrak itu. Setelahnya, aku ingin mengundang Pak Nugraha ke pesta perusahaan.”
“Pesta perusahaan?” dahi Laras berkerut. “Sejak kapan kau peduli hal-hal begitu? Bukankah kau tak pernah mengadakannya?”
“Kali ini berbeda. Aku ingin mengundang klien baru kita, termasuk Pak Nugraha dan Pak Roby.”
Laras mendengus. “Kau terdengar begitu baik.”
Erik mendekat, menggenggam tangan istrinya. “Laras, di pesta itu nanti… aku ingin mengumumkan pernikahan kita.”
Mata Laras membelalak. “Apa?”
“Selama ini aku memang merahasiakan. Tapi kali ini aku ingin semua orang tahu bahwa kau adalah istriku.”
Laras tersenyum sinis, menarik tangannya. “Jadi kau pikir orang-orang belum tahu? Seluruh kota sudah lama menertawakan pernikahan kita. Aku dianggap istri menyedihkan, istri yang tak pernah dicintai. Kau sibuk dengan duniamu, sementara aku menanggung cemooh sendirian. Bahkan ibumu pun membenciku, dan kau membiarkannya.”
Kata-kata itu menusuk. Erik terdiam, tak mampu membantah. Ia tahu semua itu benar, dan selama ini ia hanya berpura-pura tidak peduli.
“Kalau kau memang ingin pesta, lakukanlah. Tapi jangan mempermalukan aku dengan omong kosongmu. Aku tidak ingin menjadi bahan tertawaan lagi,” ucap Laras tegas, lalu meraih berkas-berkasnya.
“Laras, mau ke mana kau?”
“Bekerja di luar. Aku tidak tahan terlalu lama bersamamu. Luangkan waktumu untuk menemui Pak Nugraha. Aku akan segera menghubunginya dan membuat janji.”
Ia mengambil tas, melangkah keluar tanpa menoleh lagi. Erik mengepalkan tangan, memukul meja, melampiaskan amarah bercampur putus asa. Semakin keras ia berusaha, semakin jauh Laras melangkah.
Tidak. Malam ini ia harus tidur bersama Laras. Dia harus membuktikan, Laras bisa melahirkan anak untuknya. Hanya itu satu-satunya cara untuk membuatnya berhenti bersikap dingin dan membuat ibunya berhenti mengenalkan wanita lain padanya.
Laras masuk ke mobil, tempat nyaman baginya adalah berjauhan dengan Erik. Laras membawa mobilnya. Yang tidak ia sadari… sebuah mobil hitam mengikuti dari kejauhan.
hayuu Erik n Ratna cemuuuunguut utk tujuan kalian yg bersebrangan 🤣🤣
semangat utk mendapat luka Erik 🤣
hayuuu Briant gaskeun 😁
buat Erik kebakaran jenggot 🤣🤣