Merajut Takdir Dunia

Arcy membuka mata. Tubuhnya terasa remuk, setiap ototnya berdenyut nyeri. Ia berada di Pulau Siang. Ia baru saja tenggelam di laut, di alam bawah sadarnya.

Dengan susah payah, ia bangkit dan berjalan menuju sebuah bangunan unik. Di atas pintunya terukir kalimat, "Merajut Takdir Dunia"

Arcy menyentuh pintu itu. Sebuah energi hangat mengalir melalui tubuhnya, energinya menyatu dengan pintu tersebut. Pintu itu terbuka dengan sendirinya, seolah menyambut kedatangannya. Arcy melangkah masuk.

Di dalam, ia melihat tumpukan buku yang dia kumpulkan. Sebagian sudah dibaca, sebagian masih menunggu untuk dijelajahi. Arcy mendekati meja kayu besar. Tangannya terulur, meraih sebuah buku yang menarik perhatiannya.

Buku itu berjudul, "Simfoni Jiwa: Ramuan untuk Kebangkitan Spiritual"

Arcy membuka buku itu dan mulai membaca. Buku ini adalah panduan komprehensif tentang Pil Jiwa, sebuah substansi mistis yang dirancang untuk membuka dan memperkuat potensi spiritual seseorang. Di dalamnya, dia menemukan:

- Esensi Jiwa: Penjelasan mendalam tentang konsep jiwa, lapisan-lapisan energi yang membentuknya, dan bagaimana pil ini bekerja untuk mengaktifkannya.

- Bahan-Bahan Langit: Daftar lengkap bahan-bahan eksotis yang diperlukan untuk membuat pil, seperti Serbuk Bintang Utara, Air Mata Phoenix, dan Nektar Dewa. Setiap bahan dijelaskan asal-usulnya, sifat-sifat uniknya, dan bagaimana cara memanennya. Bahan-bahan ini tidak ditemukan di Bumi, melainkan berasal dari dimensi lain.

- Alat-Alat Astral: Panduan penggunaan alat-alat khusus yang diperlukan dalam proses pembuatan pil, seperti Kuali Abadi, Pengaduk Kosmik, dan Timbangan Takdir. Alat-alat ini memiliki kemampuan untuk memanipulasi energi spiritual dan menggabungkan bahan-bahan dengan sempurna.

- Ritual Penciptaan: Instruksi langkah demi langkah tentang cara menggabungkan bahan-bahan dan menggunakan alat-alat dengan benar, disertai dengan niat yang harus diucapkan selama prosesnya.

- Efek dan Risiko: Penjelasan tentang efek positif yang dapat dirasakan setelah mengonsumsi pil, seperti peningkatan intuisi, kemampuan psikis, dan koneksi spiritual yang lebih dalam. Juga dibahas potensi risiko dan efek samping yang mungkin timbul, serta cara menghindarinya.

Selesai membaca, Arcy bertekad untuk segera membuat pil tersebut. Pulau Malam adalah tujuannya, meski harus berenang menantang ombak ganas karena jiwa surgawinya belum bangkit.

Kilasan Balik

Sebelum terdampar di alam bawah sadarnya, Arcy babak belur dihajar seorang pria misterius. Pria itu kalap karena cemburu dengan kedekatan Arcy dan Elis.

"Jauhi Elis! Dia milikku!" teriak pria itu sambil terus menghujani Arcy dengan pukulan dan tendangan.

Arcy tak berdaya. Saat pria itu bersiap untuk tendangan terakhir, sirine polisi meraung. META, asisten digital Arcy, telah memanggil bantuan. Pria itu menggerutu kesal.

"Kau lolos kali ini," ancamnya. "Tapi ingat, jika kau berani mendekati Elis lagi, kau akan merasakan neraka yang sesungguhnya."

Pria itu pergi, meninggalkan Arcy yang sekarat. Tiba-tiba, lubang hitam muncul dan menelan Arcy.

Kembali ke Alam Bawah Sadar

Arcy terus berjuang melawan ombak, ambisi membara di dadanya. Namun, tubuhnya terlalu lemah. Di tengah perjalanan, ia mulai tenggelam.

"Aku... akan membalasnya," gumam Arcy, menatap permukaan laut yang menjauh.

Kenangan membanjiri pikirannya. Dulu, ia hanyalah seorang pemuda biasa yang mendambakan kekuatan, sebuah sistem cheat yang bisa mengubah hidupnya. Sistem impian itu akhirnya datang, membawa serta serangkaian peristiwa aneh yang mengubah takdirnya. Namun, kekuatan itu datang dengan harga yang mahal. Semakin besar kekuatannya, semakin berat pula tanggung jawab yang harus dipikulnya.

Arcy teringat Wulan, Aiden, dan Sekar, orang-orang yang membutuhkan uluran tangannya. Ia membayangkan kekacauan yang tak berkesudahan di dunia ini. Sekar, yang terus-menerus dibuli karena tidak bisa mengungkap identitasnya, terikat oleh aturan organisasi yang ketat.

Wulan, yang hampir mengakhiri hidupnya sendiri. Rina, yang melarangnya untuk tidak terlibat dengan nasib manusia biasa. Namun, bagaimana mungkin ia bisa berpaling saat Wulan berdiri di tepi jurang? Jika ia tidak menolongnya, Wulan pasti sudah tiada. Arcy tidak bisa menerima aturan yang membatasi hatinya.

"Aku mungkin tidak bisa menghentikan semuanya..." pikir Arcy, "tapi aku akan merajut takdir dunia, menciptakan keseimbangan yang lebih baik."

Dengan tekad membara, Arcy pasrah pada kegelapan.

***

Di rumah Sakit

Arcy terbaring tak sadarkan diri di ranjang. Wajahnya pucat, beberapa luka memar masih terlihat.

Ibu Arcy mondar-mandir dengan cemas, kontras dengan Ayah Arcy yang tampak duduk diam dengan tenang. Lisa memainkan ponselnya, tapi sesekali melirik pintu ruang perawatan dengan khawatir. Elis duduk di kursi, menatap kosong ke depan.

Dokter kemudian keluar, segera ibu Arcy dengan panik menanyakan kondisi anaknya.

"Kondisinya stabil. Luka-lukanya memang parah, sepertinya dia dipukuli. Kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan tidak ada cedera internal yang serius. Yang terpenting sekarang, dia harus istirahat."

Tubuh Ibu Arcy lemas dan bersandar pada Ayah Arcy. "Ya tuhan..."

Dokter mempersilahkan mereka masuk, mereka kemudian masuk kedalam.

Di sisi ranjang, kedua orang tua Arcy duduk dengan cemas. Lisa, menatap kakaknya dengan khawatir.

Elis menatap Arcy dengan perasaan lega, air mata tanpa sadar mengalir di pipinya.

Sebelumnya, ia merasakan hawa keberadaan Arcy melemah dan menghilang. Ia sempat mengira Arcy telah meninggal, namun ia terus menepis anggapan itu. Ia yakin Arcy masih hidup.

Tubuhnya lemas, hampir jatuh, Lisa disampingnya kaget, spontan menahan tubuhnya.

"Kak Elis... kamu tidak apa-apa?"

Elis tersenyum lemah, "Aku tidak apa-apa."

Ibu Arcy menatap Arcy dengan air mata berlinang, sambil berbisik, "Arcy, Nak... kenapa kamu seperti ini lagi? Apa yang terjadi padamu?"

Elis menghampiri ranjang Arcy dan menggenggam tangannya.

"Bodoh..." ucapnya pelan sambil meneteskan air mata.

Kembali di alam bawah sadar

Arcy terbaring di pasir pantai. Samar-samar, ia mendengar suara debur ombak. Perlahan, ia membuka mata. Ia mendapati dirinya terdampar di tepi pulau malam.

Arcy bangkit, melihat pilar cahaya ungu gelap dengan tiga cincin melingkar.

Arcy menyebut pelan, "META..."

Arcy berjalan mendekati pilar cahaya itu. Ia menaiki altar.

"META, jawab aku!"

Tiba-tiba, sebuah suara menjawab.

"Tuan, saya di sini."

"META, apa yang terjadi? Kenapa aku berada di alam bawah sadarku?"

META menjawab, "Ketika Tuan tidak sadarkan diri, kesadaran Tuan langsung memasuki alam bawah sadar, dan lubang hitam membawa tubuh tuan ke tempat yang kaya energi spiritual."

Arcy mengangguk mengerti, ia kemudian bertanya, "Pil Jiwa... apakah masih ada ramuan yang tersisa?"

"Maaf, Tuan. Semua ramuan dan alat telah Anda gunakan. Semua alat pembuat pil dan kristal surgawi telah hancur, menyatu dengan sistem dan membentuk cincin hitam ini. Sebagian menjadi wadah untuk menampung energi primordial."

Arcy terkejut. "Lalu, bagaimana caranya aku bisa membuat Pil Jiwa? Aku tidak punya apa-apa lagi."

"Tuan, ingatkah Anda dengan buku tentang sembilan kesatria yang terdampar di Bumi? Mereka mungkin membawa penyimpanan ruang dan waktu untuk menyimpan benda-benda berharga dari Astralia."

Arcy terdiam dalam pikirannya, "Sembilan kesatria... Astralia..."

"Anda bisa mencari mereka di tempat mereka jatuh."

Arcy mengingat, "Pulau terpencil di Afrika..."

Arcy mengangguk, tekad membara di matanya.

"Baiklah. Aku akan mencari harta peninggalan sembilan kesatria itu."

Kembali dirumah sakit.

Ibu Arcy sedang mengupas buah di sisi ranjang Arcy. Lisa berbaring di sofa sambil bermain ponsel. Sinar matahari sore masuk melalui jendela, memberikan kesan hangat namun sendu. Ayah Arcy masuk, membawa kantong berisi makanan.

"Ini, Ibu, Lisa. Ayah bawakan makanan."

"Terima kasih, Pa. Di mana Elis?" tanya ibu Arcy.

"Dia bilang ada urusan mendadak."

Lisa menghentikan aktivitasnya dan menatap kedua orang tuanya.

Sementara itu, di Villa mewah.

Elis berdiri di depan sebuah villa mewah. Wajahnya dingin dan penuh tekad. Berbisik, "Jadi, di sinilah kau bersembunyi."

Kilasan balik

Elis dan Ayah Arcy duduk di sebuah restoran sederhana. Mereka sedang makan siang.

Ayah Arcy sambil tersenyum, "Arcy itu memang keras kepala. Dulu, dia selalu ingin melakukan segalanya sendiri. Tapi dia punya hati yang baik. Dia selalu berusaha membantu orang lain, meskipun itu membuatnya kesulitan."

Elis tersenyum, "Saya tahu, Om. Arcy memang seperti itu."

Tiba-tiba, telepon Elis berdering. Ia melihat nama penelepon dan mengangkatnya.

"Ya, ada apa?... Baik, saya segera ke sana."

Elis menutup telepon.

"Ada apa, Elis?" tanya ayah Arcy.

"Maaf, Om. Saya harus pergi sekarang. Ada masalah mendadak."

Elis menerima laporan dari bawahannya.

Rumah itu milik seorang mafia bernama Joko Samudra. Dia memiliki bisnis perjudian ilegal yang terkenal di dunia bawah.

Elis menyipitkan mata, bergumam dalam hatinya, "Joko Samudra... kita lihat apa yang sebenarnya kau sembunyikan. Beraninya kau melukai temanku."