Warga desa yang berasal didaerah pulau kecil yang terletak dibagian wilayah Timur mendadak dihebohkan dengan penemuan mayat dengan tubuh yang tinggal tulang belulang saja, karena bagian daging dan organ tubuhnya habis tidak tersisa.
Awalnya warga mengira jika korban dimakan hewan buas. Namun hal itu terbantahkan setelah beberapa warga menghilang dan ditemukan dalam kondisi yang sama dengan menyisakan tulang belulang saja.
Tak hanya itu, teror semakin merebak, dimana pelaku sudah menyerang mereka saat berada didalam rumah.
Siapakah sang peneror? Dan warga menyebutnya 'Hantu Suanggi, sebab berasal dari daerah pulau tempat dimana mereka tinggal berdekatan.
Apakah warga dapat menemukan sang peneror?
Ikuti kisah selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sasaran
Gadis manis itu mengayuh sepedanya. Ia akan kembali pulang kerumah. Jalanan yang sepi membuatnya harus berhati-hati, sebab terkadang babirusa beraktifitas dan menyeberang jalan dengan membawa gerombolan, bisa saja ia terkena seruduk-kannya.
Rambutnya yang ikal bergelombang bagaikan mayang (Bunga pinang) tergerai indah, menambah kesan jika dirinya adalah gadis desa dengan daya tariknya yang berbeda. Bahkan sering menjadi incaran para bule.
Sementara itu, Milea sedang merapalkan mantra yang dengan matanya yang terpejam. Potongan daun ilalang dan rumput teki yang berdaun tajam, menjadi pilihannya untuk memberikan serangan pada gadis yang sudah mencoba untuk menghalangi jalannya, untuk mendapatkan Tommy.
Ia mulai membaca arah mata angin. Karena dengan begitu, maka doti-doti yang akan dikirimnya dapat tepat sasaran.
Ia mulai membayangkan wajah Hera. Dengan begitu, semua niatnya akan berjalan dengan mulus.
“Hah!” Milea membuka kembali matanya. Ia terdiam sejenak. Lalu kembali memejamkan kedua matanya, mencari bayangan wajah gadis manis tersebut. Namun ia kembali dikejutkan, jika tak dapat menjangkaunya.
Apa yang sudah membuatnya seperti itu? Mengapa Hera seperti memiliki perlindungan diri yang tak biasa.
Rasa kesal semakin membuncah. Niatnya ingin menghabisi sang gadis harus tertunda. Hal ini semakin membuatnya kalap.
Ia melesat keluar dari dalam rumah. Lalu bersembunyi di balik pepohonan, untuk mengikuti sang gadis manis yang sedang mengayuh pedal sepedanya, dan hampir saja tiba di rumahnya.
Dengan rasa geram, ia merubah wujudnya menjadi babirusa, lalu berlari kencang dan menyeruduk Hera hingga kembali terpental dari sepeda.
Braaaak
Tubuh itu terjatuh di jalanan, dan ia terpekik karena ujung taring dari babirusa menembus betisnya. Kemudian bersembunyi dibalik semak.
Ayahnya yang mendengar suara pekikan itu, keluar dari rumah dan menolongnya. “Anak, apa yang su terjadi kah? kenapa kamu tidak hati-hati e?” (Su\=sudah)
“Beta diseruduk babirusa, Bapa,” keluhnya dengan menahan rasa sakit. Taring itu sudah merobek betisnya dengan menciptakan rasa sakit serta ngilu.
“Hah! Babirusa, dimana anak lihat itu babi?” cecar sang ayah, sembari mengangkat putrinya dan menggendongnya masuk kedalam rumah yang berdindingkan batu bata, dan sedikit lebih baik dari rumah penduduk lainnya.
“Mama, kamu kasih anak kita untuk obat lukanya, saya akan tangkap itu babirusa,” teriaknya pada sang istri yang tidak menyadari jika kejadian mengerikan telah menimpa putrinya.
Pria itu meletakkan Hera diatas sebuah tikar anyaman pandan berduri.
Wanita paruh baya yang sedang berada di dalam kamar, keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Ia terkejut melihat putrinya banyak mengeluarkan darah di bagian betis, dan memberikan pertolongan dengan sigap.
Wanita paruh baya itu keluar rumah, lalu mengambil daun senduduk, dan mengunyahnya hingga halus, kemudian membalurkannya pada luka yang cukup dalam dibetis itu.
Sang Mama merobek ujung pakaiannya, lalu mengikatnya dengan kencang, untuk menghentikan pendarahannya, setelah darahnya berhenti mengalir, ia mebersihkan luka tersebut dari sisa dedaunannya, lalu mengoleskan getah damar untuk menyembuhkan lukanya.
Sedangkan sang Bapa pergi kehutan dengan membawa sebilah tombak untuk mengejar babirusa yang sudah mencelakai puterinya.
Babirusa itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya, setidaknya ia harus masuk ke dalam belanga sebagai bentuk konsekuensinya.
Babi rusa dikenal sebagai hewan pemalu, dan tidak pernah menyerang manusia, kecuali merasa terancam. Lalu apa yang membuat ia merasa terancam? Sedangkan Hera hanya bersepeda dan tidak mengganggunya.
Pria itu berlari di tengah hutan yang gelap, dengan sebuah senter dikeningnya.
Hutan damar yang sengaja ditanam olehnya, tumbuh berjejer dengan ketinggian mencapai enam puluh lima meter.
Aroma getah damar yang menyengat, dan belum sempat dipanen menguar terbawa angin.
Bapa Hera adalah pemburu yang handal. Bahkan, ia dijuluki sebagai pemburu babi rusa yang cukup lihai dan piawai. Baginya sangat mudah untuk menemukan jejak hewan liar itu, hanya dengan aromanya saja.
Selain itu, ia memiliki sekitar tiga puluh batang pohon damar, dan merupakan mata pencahariannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Pria bertubuh tinggi, dengan jambang yang tumbuh lebat dan juga janggutnya itu, menghentikan larinya.
Ia mendengar suara deru langkah hewan berkaki empat yang menuju kearah barat.
Pria itu menggunakan naluri berburunya untuk mengejar dengan menggunakan indera pendengarannya, melalui suara derap langkah yang sangat cepat dari hewan buruannya.
Kecepatannya dalam berlari, berhasil mematahkan langkah babirusa yang saat ini ber-sejajar dengannya.
Wuuuuuusss
Pria itu melemparkan tombaknya dengan gerakan yang cukup cepat, dan biasanya dari jarak seperti itu, maka ujung mata tombak akan mengenai perut hewan buruannya.
Ssssst
Ujung tombak melesat, namun kali ini hanya mengenai kaki depannya saja, dalam kategori luka ringan.
Srrrrreeek
Babirusa terpeleset. Ia terjatuh dari pelariannya, sedangkan tombak melesat dan tertancap di batang pohon damar, yang secara tidak langsung membuat sadapan pada getahnya.
“Heeeem, kena, Kau!” tawa sang pria dengan rasa puas. “Sudah berani kau membuat puteriku terluka, maka kau harus masuk dalam belanga!” ia memungut tombaknya, dan menariknya dengan cepat dari batang pohon damar.
Babirusa itu bergerak bangkit. Tentu saja hal itu membuat sang pemburu, tidak akan membiarkan kesempatan itu terlewat begitu saja.
Ia kembali akan menghujamkan tombaknya di perut sang babirusa, sebab jarak mereka cukup dekat.
Akan tetapi, niatnya diurungkan, sebab babirusa itu tiba-tiba memancarkan cahaya merah pada kedua bola matanya.
“Hah!” Ia melangkah mundur selangkah kebelakang. Sesaat benaknya mengingat sebuah pesan, jika Suanggi dapat merubah wujud menjadi apa saja yang diinginkannya, sesuai situasi yang terjadi.
Rasa takut mulai menyerang pertahanan keberaniannya.
Ia masih menggenggam tombaknya, dan bersiap untuk bertarung dengan babirusa yang ia anggap adalah iblis Suanggi.
Perlahan sosok babirusa itu berdiri tegak dari posisinya. Kemudian, ia melompat dan menyerang pria dihadapannya, yang mana bersiap untuk menahan serangan sang babi, dengan menghunuskan ujung tombaknya.
“Iblis laknat!” makinya dengan keras.
Namun, kali ini sang pemburu salah membaca pergerakan mangsanya.
Babirusa itu mendaratkan tubuhnya ditanah, hingga posisi lebih rendah dan tombak, yang mana justru melesat melewatinya.
Babirusa berhasil menyeruduk selangka sang pria, hingga membuat dua butir telur milik lawannya tertancap disana.
Suara pekik kesakitan menggema di tengah hutan damar yang gelap, dan sialnya tidak ada yang mendengar, sebab ia terlalu jauh berlari.
Babirusa membawa tubuh pria itu di atas kepalanya dengan posisi tertembus oleh tanduknya.
Darah mengalir cukup deras. Pria itu terus meringis kesakitan, berharap ada yang mendengarnya.
Braaaaaak
Sosok iblis itu melemparkan mangsanya, hingga menghantam pohon damar.
Rasa sakit yang berada di area vital, membuat sebuah kesalahan yang fatal, hingga akhirnya, pria itu tak dapat mengeluarkan suaranya.
Kedua bola matanya membeliak, dengan mulutnya yang ternganga menahan rasa yang cukup menyakitkan.
Darah terus mengalir dari luka yang diciptakan oleh tanduk Babirusa tersebut, bahkan hingga menembus ke anusnya.
Getah damar merupakan bahan baku untuk korek api, plastik, plester, vernis, cat, dan kosmetik. Selain itu, getah damar juga digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit seperti diare, disentri, dan sebagai salep.
mkne jgn mudh di hasut lahh kann mbalek kann
itulah yg terjadi pada si ibu nya milea
tp klo di lihat dr ilmu hitam nya ngeri juga e awk baca nya masa iya makan dan minum darah hiii smoe licit tuh tulang kekk kucing makan tulang aja. 🫣🫣🫣