Disclaimer : Novel ini hanya pure karangan dari imajinasi author saja, tak ada kaitannya dengan sejarah manapun. Nama- nama dan tempat ini juga hanya fiktif belaka, tak berniat menyinggung sejarah aslinya, semoga kalian suka🙏
****
Jihan Athala adalah seorang aktris muda yang terkenal, kepiawaiannya dalam berakting sudah tak perlu di ragukan lagi, tapi satu hal yang tidak di ketahui semua orang, dia merasa terkekang, hatinya kosong. Jihan merasa bosan dengan kehidupan glamor yang monoton. Hingga suatu hari sebuah kecelakaan merenggut nyawanya tapi bukannya pergi ke alam baka, jiwanya malah ber transmigrasi melintasi ruang dan waktu, saat membuka matanya Jihan menyadari dirinya bukan lagi seorang aktris yang hidup dalam dunia glamor yang membosankan namun terbangun sebagai Sekar wulan, seorang istri dari adipati kerajaan lampu yang terkenal bengis dan selalu berwajah angker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian : 34
Raden Wirasesa tersenyum licik. Senyum iblis yang semakin mengembang saat matanya menangkap wajah Sekar wulan yang tampak semakin memucat, seakan kehilangan kekuatan nya. Wajah wanita itu nampak seperti patung yang diam membeku, namun tubuhnya bergetar hebat, tangan yang sebelumnya mengepal kini bergetar keras, dengan urat-urat leher yang menonjol.
Ia semakin mendekat, langkahnya perlahan tapi pasti, dengan tawa kecil yang menyisakan keangkeran di udara. Tangan Raden Wirasesa yang semula bersandar pada salah satu batang pohon kini meraba- raba pelan, merayap mendekat, semakin mengikis jarak yang tersisa di antara mereka.
"Jadi bagaimana putri? " bisiknya lembut namun penuh ancaman saat wajahnya berada pas di samping wajah sekar wulan. Suaranya bergetar, menggoda sekaligus mengintimidasi." Kau yang paling tahu, aku sejak dulu sangat menginginkan dirimu," lanjut nya dengan suaranya yang bergetar, menggoda sekaligus mengintimidasi. Tangan kiri nya perlahan turun, mencoba menyentuh kulit halus yang seolah berkilauan seperti kain sutra berharga ratusan keping koin itu.
Namun melihat wajah tanpa ekspresi yang ia dapatkan dari wanita itu membuat rahangnya mengeras. "Lagipula, menjadi selirku juga akan membawa keuntungan besar bagimu Sekar, " katanya pelan dengan sedikit emosi.
"Dan walaupun nanti ada wanita lain yang di pilih kerajaan untuk menjadi kandidat permaisuri ku, kau tetap akan menjadi satu-satunya wanita yang paling aku cintai dengan sepenuh hati ini, Sekar. Dan kelak, ketika seluruh tanah Jawa ini sudah berada di dalam genggaman ku, di saat itu aku berjanji padamu kau akan menjadi ratu yang paling termashyur di negeri ini, putri. "
Wajah raden Wirasesa mulai memancarkan bayang- bayang keangkuhan. Namun di balik tatapannya, terselip sesuatu yang lebih dalam, sebuah obsesi gelap yang menyelimuti hati dan pikirannya. Kabut gairah membaur dalam sorot matanya, menutupi sisi lain dari niatnya yang jahat.
Ekspresi Sekar wulan tetap sama, marah namun pikirannya sibuk untuk memunculkan sebuah ide agar menjauh dari pria itu.
"Bagaimana Sekar wulan? apa jawaban mu?" bisik Raden Wirasesa kemudian dengan begitu lembut, penuh rayuan maut. Tangan kanannya perlahan terangkaat karena merasa tak akan ada perlawanan, ia mulai berani untuk menyentuh dada wanita yang telah mencuri pikirannya siang dan malam itu.
Namun tiba-tiba, tanpa di duga, Sekar wulan bergerak gesit. Dengan kekuatan yang tak terduga, ia menjauh dari cengkraman Wirasesa. Lalu dengan cepat menarik pedang yang berada di pinggang pria itu. Suara desingan tajam menyayat udara saat pedang itu di tarik dari sarungnya, membahana seperti gema kemarahan yang tak terbendung.
"Jangan sentuh aku! " tegasnya, matanya menyala penuh keberanian yang tiba-tiba bangkit dari ketakutan yang menyelubungi sebelum nya. "Atau pedang ini akan menembus ke jantung mu! " kata Sekar wulan lagi dengan penuh ketangguhan dengan mengarahkan mata pedang itu ke arah sang lawan.
Di saat itu pula suasana berubah menjadi tegang. Raden Wirasesa sendiri mematung dengan tertegun saat melihat keberanian perempuan itu yang tak ia prediksi sebelum nya.
Matanya memancarkan sebuah rasa baru, kekaguman yang baru saja muncul. "Waw, aku tak menyangka dengan keberanian mu yang seperti ini, putri. Bagaimana ini? aku jadi semakin mencintai mu, " katanya sambil terkekeh kecil.
Dahi Sekar wulan mengernyit dalam. "Dasar gilla? menjijikkan, bagaimana bisa kau menggoda adik ipar mu sendiri? sebaiknya kau cepat pergi dari sini sebelum aku menyebarkan rumor ini, bahwa yang kelak akan memimpin kerajaan ini, ternyata tak mempunyai moral karena tak tahu diri sebab menggoda istri dari adiknya sendiri. "
Setelah berbicara begitu, bisa Sekar wulan lihat tatapan raden Wirasesa yang berubah, ada kemarahan, ia tahu itu namun ia tak gentar karena ini adalah wilayah suaminya.
"Baiklah, aku akan pergi. Tapi ingat ini, aku tak akan melepaskan mu! " Kata Raden Wirasesa penuh ancaman,dengan ilmu kanuragan nya ia menarik pedangnya kembali dari tangan Sekar wulan dengan hanya kedipan mata pedang itu kembali ke tangan nya. "Aku akui keberanian mu, tapi ingat seperti yang ku katakan, suami mu tak akan kembali hidup- hidup. Jadi menyerah lah mulai dari sekarang! "
Dan setelahnya pria itu berbaik dengan menyampirkan ujung kainnya ke atas bahu, melangkah dengan gaya angkuh, membawa ikut serta kemarahan nya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah raden Wirasesa pergi, Sekar wulan melangkah cepat balik ke dalam biliknya. Di sana ia menyandarkan bahu ke dinding kayu kamarnya, mengatur napas yang terasa ngos-ngosan.
"Gila, kaya udah dikejar orang utan, " ucapnya asal bunyi saja, sebab dari tadi kejadian tak terduga terus menghampiri dirinya. Ia tak pernah menyangka, dua laki-laki yang bahkan tak pernah ia bayangkan kehadirannya muncul begitu saja dan masing-masing menyisakan kesan tersendiri untuk nya. Tapi tentu yang paling tak terduga adalah raden Wirasesa.
Dan ia baru menyadari, bahwa ingatan Sekar wulan sebelum nya ternyata sangat terbatas dan baru muncul ketika ia bertemu langsung dengan orang yang bersangkutan dan berinteraksi dengan nya, seperti Raden Wirasesa tadi.
Tiba-tiba pikirannya kembali mengingat perkataan raden Wirasesa jika suaminya tak akan kembali hidup- hidup. Ia tak percaya tentu saja. Tetapi tetap saja itu membuat nya khawatir akan kondisi suaminya saat ini.
Dia lantas jadi ingin mengetahui kabar suaminya saat ini. Dan akhirnya Sekar wulan berdiri di dekat jendela yang terbuka, menyatukan ibu jari dan telunjuknya dan membuat suara, tehnik yang di ajari suaminya itu memang begitu efektif untuk memanggil Arteria.
Seketika suara tajam dari burung elang kesayangan sang Raden menggema di langit. Dan hanya dalam hitungan detik, kini Arteria sudah berada di atas lengannya.
Sekar wulan tersenyum cerah, sejenak melupakan kejadian yang baru di alami nya tadi. Ia mengusap ujung kepala elang itu. "anak pintar, " puji nya pada hewan cerdik itu.
"Kita lihat, apakah ada surat yang datang? " terkanya dan benar saja tepat di bawah kaki arteria sudah tersimpan sebuah gulungan kecil yang diikat dengan benang hitam.
Sekar wulan begitu antusias, ia membuka benang hitam yang mengikat gulungan itu dan mengambilnya dan setelah itu ia biarkan arteria untuk terbang sejenak selagi ia membaca surat dari sang suami.
Surat yang di tulis dengan aksara kawi, dan sekar wulan bisa langsung membacanya sejak ia memasuki tubuh ini.
Dalam surat, Raden Erlangga mengabarkan kondisinya di medan perang. Perang melawan pemberontakan kali ini bukan hanya mengandalkan adu fisik namun juga strategi. Itu sebabnya dalam surat Raden erlangga ijin untuk tidak menulis surat sampai beberapa saat dan akan langsung mengabarkan jika waktu nya ia pulang nanti, agar Sekar wulan dapat menyambut nya.
Sekar wulan mengerti, ia tahu kondisi suaminya di sana tidak sedang baik- baik saja, maka itu ia bisa memaklumi meski harus menunggu hingga konflik di wilayah selatan berakhir dan suaminya pulang dengan selamat.
Sesuai permintaan sang suami, sekar wulan tidak membalas pesan itu karena suaminya sedang sibuk- sibuknya saat ini, namun ia akan menyimpan surat itu sebagai kenang- kenangan.
Beberapa saat kemudian, pintu kamarnya di ketuk oleh Muti dan Tyra, lalu ia menyahut pelan.
"Masuklah."
Seketika kedua pelayanan yang selalu mengikuti langkah sekar wulan kemanapun itu, masuk dengan memberikan hormat.
"Mohon ampun ndoro putri, saya ingin menyampaikan pesan dari ki Sodewo. "
"Ki Sodewo?"dahi Sekar wulan mengernyit, tumben sekali, pikirnya.
" Baiklah, katakan Muti. "
"Ki Sodewo meminta anda untuk menemuinya di pendopo utama, ndoro putri. " lapor Muti kemudian.
"Tumben sekali. " pikir Sekar wulan pasalnya selama tinggal di tubuh ini, ia belum pernah berinteraksi secara nyata dengan guru sekaligus orang yang palingan di percayai oleh suaminya itu.
"Baiklah, katakan pada beliau, aku akan menemuinya. "
********
lanjutkan Thor
semoga seru
gagah, sangar ,kekar,dan kulitnya yg coklat
ayo lanjut Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏