NovelToon NovelToon
BERTUKAR NASIB

BERTUKAR NASIB

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Mengubah Takdir / Si Mujur
Popularitas:43.5k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.

Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.

Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.

Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !

Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23 AKADEMI SOLERAM INTERNASIONAL

Akademi Soleram Internasional...

Sayup-sayup terdengar suara orang bernyanyi dari arah gedung megah di tengah area rerumputan yang luas.

Gisela melangkah pelan menuju gedung akademi Soleram Internasional, tempatnya menimba ilmu musik.

Perlahan namun pasti, Gisela berjalan dengan langkah ringan, disisi sampingnya ada Amur yang menemani dirinya.

"Waktu berkunjung ke akademi sekarang ini, sudah lama aku tidak mengikuti kegiatan di akademi setelah kejadian bertukar nasib terjadi padaku", ucapnya.

"Untuk apa kau kembali ke akademi Soleram, kau akan melakukan sesuatu disana, Gisela ?" tanya Amur.

"Kurasa aku akan memulai awal hariku di akademi seperti dulu, mengulang semua pelajaran yang aku dapatkan dulu dengan mematangkan kemampuan musikku", sahut Gisela.

Gisela menghentikan langkah kakinya sejenak lalu menoleh ke arah Amur sambil tersenyum manis.

"Menjadi Gisela berarti aku tidak memiliki kemampuan bermusik maupun bernyanyi sebaik dulu lagi sebab aku bukan lagi seorang Valeria tapi Gisela...", ucapnya.

Gisela mengalihkan pandangannya ke depan lalu menarik nafas dalam-dalam.

"Aku sudah tidak sama lagi seperti dulu bahkan aku adalah orang yang berbeda dari sebelumnya, tanpa kemampuan maupun keahlian", lanjutnya.

Gisela terlihat pasrah saat dia menatap jauh ke depan.

"Dan aku harus memulainya dari awal lagi, belajar semua kemampuan musikku dari nol", kata Gisela.

"Mengubah takdir...", kata Amur.

"Ya, benar, aku harus mengubah takdirku dan mengubur dalam-dalam semua harapanku menjadi Valeria lagi", kata Gisela.

"Aku akan bersamamu dan selalu menyemangatimu sampai semua dapat kembali lagi padamu meski kau harus berubah menjadi Gisela'', kata Amur.

"Ya, aku harus mengubah takdirku dengan kemampuanku sendiri, tidak ada yang instan di dunia ini karena semua kesuksesan diraih hanya dengan kerja keras", kata Gisela.

"Apa kau menyesalinya takdir hidupmu ini ?" tanya Amur sembari mengamati wajah Gisela.

"Tidak...", sahut Gisela menggeleng pelan. "Aku tidak menyesali yang telah terjadi padaku bahkan mungkin ini adalah suratan takdirku, harus memulai semuanya dari awal lagi...", sambungnya.

"Dan kau siap menjalani hidup barumu ini, Gisela", kata Amur.

"Ya, harus...,aku harus siap menjalani hidup baru ini, seperti memulai belajar musik serta melatih olah vokal...", kata Gisela.

"Kalau begitu kita lakukan sekarang. Jangan menunda waktu lagi !" kata Amur.

"Tentu saja, Amur. Mari kita mulai perjalanan baru ini bersama-sama !" sahut Gisela.

"Ayo, Gisela. Bersemangatlah !" kata Amur sembari menggoyangkan ekornya, tanda dia bersemangat.

"Tolong bimbingannya sampai aku benar-benar sukses !" pinta Gisela seraya membungkukkan badannya ke arah harimau putih Serbia.

"Jangan pernah sungkan padaku, apapun yang kau minta maka aku akan berusaha membantumu mewujudkannya, Gisela", sahut Amur.

"Terimakasih... Amur...'', ucap Gisela lalu tersenyum haru.

"Ayo, kita mulai pelajaran pertama kita di akademi !" seru Amur penuh semangat seraya terbang menuju gedung akademi Soleram Internasional yang ada di depan mereka.

Hari ini langit terlihat sangat cerah diatas sana.

Warna birunya menghias cantik di antara iring-iringan awan putih yang berarak rapi di langit.

Senyum manis tersungging indah di ujung sudut bibir Gisela kala dia berjalan menuju gedung akademinya.

Langkahnya ringan seperti tiada beban dipundak meski Gisela harus memulai semuanya dari awal lagi.

Pintu utama akademi Soleram Internasional terbuka lebar saat Gisela melangkah masuk.

Semburat cahaya terang menerpa wajah Gisela.

"Hufhhh..., sudah lama sekali tidak menghirup udara sesegar ini, aroma yang khas serta penuh semangat...", ucapnya sambil menghirup nafas dalam-dalam.

"Dimana kelasmu ?" tanya Amur.

"Di lantai atas, tepatnya di lantai ketiga, disana ruangan kelasku biasanya aku menimba ilmu", kata Gisela.

"Apakah kau pernah satu kelas dengan Valeria dulu ?" tanya Amur.

"Ya, kami teman satu seangkatan dan sama-sama satu kelas", sahut Gisela.

"Ternyata kalian satu angkatan dan satu kelas, pantas saja dia tahu seluk beluk kegiatanmu dan juga mengenalmu", kata Amur.

"Ya, benar, kami saling mengenal karena itulah dia tahu betul siapa aku dulunya", kata Gisela.

"Padahal kalian satu angkatan dan satu kelas dulunya, tapi, kenapa dia begitu membencimu dan menjadikan dirimu saingannya, seharusnya kalian berteman baik", kata Amur.

"Hati orang siapa tahu, sewaktu-waktu dia akan berubah tanpa kita memahaminya", sahut Gisela.

"Sayang sekali kalian berakhir seperti ini", kata Amur.

"Yah, sangat disayangkan sekali, tapi, itu adalah takdir kami sekarang ini", sahut Gisela seraya tersenyum hambar.

"Semangatlah, Gisela !" kata Amur memberi dukungannya.

"Terimakasih...", sahut Gisela.

Gisela melangkah naik ke atas tangga yang terhubung ke ruangan kelasnya di lantai atas gedung akademi ini.

Terdengar langkah kaki Gisela menggema keras saat dia naik menuju lantai tiga.

"Tap... ! Tap... ! Tap... !"

Gisela terus menaiki anak-anak tangga bersama Amur di dekatnya yang terbang naik.

"Sepi sekali, kemana siswi yang lainnya, sedari tadi kita tidak melihat mereka di akademi Soleram ini", kata Amur.

"Jam berapa sekarang ?" tanya Gisela.

"Sekitar jam enam pagi", sahut Amur.

"Masih terlalu pagi buat datang ke akademi, nanti jam enam lewat tiga puluh menit, mereka akan datang kemari", kata Gisela yang terus naik ke lantai tiga.

"Apa tidak ada jalan alternatif untuk naik ke lantai tiga, ini sangat berlebihan jika harus naik-turun tangga dari lantai bawah ke lantai tiga", kata Amur.

"Ada, kami biasanya naik ke kelas kami lewat jalur Lift, hanya saja aku memang ingin menggunakan tangga agar stamina tubuhku selalu terjaga", kata Gisela.

"Dan kamu memulai training ini sebelum bimbingan dimulai olehku, luar biasa", kata Amur salut.

Gisela hanya tertawa pelan mendengar pujian Amur kepadanya.

"Aku berharap yang terbaik untukku saja, sengaja aku datang lebih awal ke akademi untuk berlatih piano sebelum kelas dimulai", kata Gisela.

"Piano...", kata Amur.

"Ya, piano, aku lama tidak berlatih memainkan alat musik itu sejak aku terkenal menjadi seorang artis, aku sudah tidak lagi bermain piano kesukaanku", kata Gisela.

"Ternyata kau juga pandai bermain piano", kata Amur terkejut.

"Ya, sejak umur tujuh tahun, aku sudah berlatih piano dengan guru privatku", kata Gisela.

"Apa itu ingatanmu saat kau menjadi Valeria atau memang kemampuan Gisela yang dulu ?" tanya Amur.

"Bagaimana ya menjelaskannya, sulit sekali dijelaskan karena semua menjadi bercampur baur dalam pikiran", kata Gisela.

"Maksudnya, aku kurang paham dengan penjelasanmu", kata Amur.

"Sebenarnya aku sebagai Valeria mahir bermain piano dari situlah kemampuan teknik olah vokalku dilatih sedari kecil. Dan kedua orang tuaku sangat mendukungnya", kata Gisela.

"Tapi kenapa kamu beralih menjadi seorang penyanyi bukan pianis sesuai kemahiranmu, sama saja menjadi hebat dalam bidang terbaik", kata Amur.

"Ya, memang semua pilihan adalah terbaik, akan tetapi keberuntunganku di tarik suara setelah lagu karyaku viral dan terkenal sehingga aku menjadi artis penyanyi bukan sebagai seorang pianis", kata Gisela.

"Kau sangat berbakat sekali, dan karya lagumu menjadi terkenal", kata Amur.

"Ya, semua itu berkat kerja keras dan sebuah keyakinan kuat jika aku memiliki kemampuan meski aku harus melewati semuanya dengan tidak mudah", kata Gisela.

"Dan kau menyukai semua bakatmu itu, Gisela", kata Amur.

"Ya, benar, aku sangat menyukai semua bakat calam diriku", sahut Gisela.

Mereka telah sampai di lantai tiga dari gedung akademi Soleram Internasional, tempat Gisela dan Valeria menimba ilmu sebagai artis.

"Kita sudah sampai di lantai atas, sebaiknya kita langsung saja ke ruangan piano", kata Gisela.

"Dimana ruangan piano itu ?" tanya Amur.

"Di sebelah kanan kalau dari sini lalu belok ke kiri maka kita akan sampai di ruangan khusus piano", sahut Gisela.

"Lalu kelasmu ada dimana ?" tanya Amur.

"Sebentar lagi kita akan sampai di kelasku, tidak jauh...", sahut Gisela tanpa menjelaskan letak kelasnya secara detail.

Gisela terus berjalan lurus melewati koridor panjang nan sepi yang menghubungkan area kelas di akademi Soleram Internasional ini.

Beberapa ruangan seperti kelas, mereka lewati saat menuju ke ruangan piano.

"Nah, disinilah letak kelasku biasanya aku belajar musik serta olah vokal", kata Gisela lalu berhenti di depan sebuah ruangan luas yang disebutnya kelas itu.

1
Reny Rizky Aryati, SE.
💞💞💞
Tina Andara
hadir...
Anonymous
lanjut thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!