Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.
Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.
Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.
Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
" Selamat datang tuan Azzam yang terhormat, mari silahkan duduk." Ucap dari salah satu orang yang berada disana.
Azzam mengajak Kiya untuk memenuhi salah satu undangan, dari rekan kerja perusahaan mereka. Saat mereka telah duduk, mata Azzam menangkap sinyal keanehan pada diri kekasihnya itu.
" Mari, silahkan dinikmati jamuan dari kami, tuan, nona." Yunus mempersilahkan tamu mereka untuk menikmati hidangan yang sudah tersedia.
Yunus, merupakan asisten pribadi sekaligus merangkap sebagai sekretaris dari perusahaan Bran's, yang ternyata adalah milik dari keluarga Gibran Dirgantara. Yang saat ini telah dilimpahkan kepada puteranya, Hanif Gibran. Dimana, saat itu Hanif juga berada dalam satu ruangan bersama mereka.
" Bagaimana kerjasama yang akan kalian ajukan? Apa yang membuat kalian ingin mengajukan kontrak kerja tersebut kepadaku?" Azzam mempertanyakan maksud dari hubungan kerjasama diantara perusahan mereka.
Yunus mempersilahkan kepada bosnya, untuk menjelaskan secara rinci dari tujuan mereka menjalin kerjasama. Namun Yunus menyadari, jika tatapan dari mata bosnya itu, sedang menatap seseorang dengan sangat tajam. Bahkan bisa dibilang, bosnya saat itu sedang melamun. Segera saja ia menyenggol kaki milik bosnya itu, hingga akhirnya Hanif tersadar dari lamunannya.
" Hei, ayolah! Apa kalian kira, waktuku tidak berharga, hah!!". Azzam kembali menegaskan perkataannya.
" Eh, maaf tuan Azzam. Baiklah, saya akan menjelaskan tujuan dari perusahaan kami yang ingin menjalin kerjasama dengan perusahaan tuan." Hanif mulai menjelaskan semuanya kepada Azzam, hingga pada akhirnya. Tatapan itu masih ia tujukan kepada Kiya.
Kiya, merasa sangat dilema. Ia ingin menyapa Hanif, namun timbul rasa takutnya yang lebih besar. Apalagi dengan keberadaan bosnya, Azzam. Disaat Azzam permisi untuk kebelakang, Hanif baru bisa menyapa Kiya.
" Ki, kamu kerja pada tuan Azzam?". Tanya Hanif.
" Iya kak." Jawab singkat Kiya, ia merasa tidak enak berada disituasi saat ini.
" Kamu, sekretarisnya ya? Wah, selamat ya. Kakak sungguh kagum padamu, oh iya. Apa kamu punya waktu, seperti yang kakak tanyakan di telfon waktu itu?" Hanif sudah sangat yakin, untuk perasaannya.
" Nanti Kiya kabarin saja kak, jika sudah mempunyai waktu luang." Mereka pun berbincang-bincang, tanpa disadari Azzam menyaksikannya.
Saat Azzam kembali, ia langsung berpamitan dan membawa Kiya masuk kedalam mobil miliknya. Menjalankan mobil tersebut dengan kecepatan yang sedikit cepat, membuat Kiya menjadi was-was.
" Apa kamu mengenal Hanif?." Tanya Azzam yang masih fokus dengan mengemudinya.
Kiya menoleh ke arah Azzam, lalu ia menaikan satu alisnya keatas. Bingung kenapa bosnya tersebut berbicara seperti itu, melihat raut muka sang bos seperti tidak bersahabat.
" Iya, aku mengenalnya. Ada apa tuan?". Tanya Kiya, untuk mendapatkan penjelasan.
" Apa hubungan kalian?!!." Kali ini, kalimat dari Azzam penuh penekanan.
" Ee e tidak ada tuan." Kiya semakin dibuat penasaran dengam Azzam.
" Jangan lagi berhubungan dengannya, camkan itu!!" mobil tersebut semakin melaju dengan sangat cepat, membuat Kiya menjadi semakin takut.
" Semakin hari, anda semakin aneh tuan. Kenapa saya tidak boleh berteman ataupun mempunyai hubungan dengan orang lain? Semau anda mengatur hidup saya, apa hak anda, hah?!! Turunkan saya dari sini, sungguh anda sudah gila." Kiya sudah tidak dapat menahan emosinya, berdiam diri selama ia mampu untuk bertahan dan kini ia sudah tidak sanggup lagi.
Dimana saat itu, Azzam yang masih bergejolak menahan amarah dan ke-egoisannya pun semakin murka.
" Shhiitt!!!" Memukul kemudi mobil dengan sangat keras dan kuat menggunakan tangannya, terlihat jelas jika Azzam sangat emosional. Hal itu membuat tubuh Kiya bergetar, seperti ketakutan.
" Kau bilang apa, hah!!! Sudah aku katakan, kau adalah milikku. Kau itu kekasihku, calon istriku. Apa kurang jelas Kiya!!! Kau anggap apa ucapanku selama ini, aargghh!!" Azzam menepikan mobilnya untuk berhenti dibahu jalanan, nafasnya yang sangat memburu dengan kondisi emosi tidak stabil.
Kiya menjadi tertegun dengan ucapan Azzam saat itu, selama ini. Kiya hanya menganggap angin lalu berbagai ucapan yang Azzam lontarkan kepadanya, tapi tidak untuk saat ini.
" Apa ucapanku selama ini, hanya kau anggap sebagai candaan, hah?!! Aku tidak ingin milikku dianggap murahan, karena kau terlalu dekat dengan laki-laki lain. Walaupun itu hanya rekan kerja, bahkan teman atau sahabatmu. Kau paham!!!" Azzam kembali memukulkan tangannya pada kemudi mobil dan menarik kuat rambutnya.
" Wanita gampangan??? Sungguh anda sudah gila!! Mana ada wanita yang mau dengan anda, jika sikap anda seperti ini. Sangat egois, jangan anda kira semua wanita bisa dinilai seperti itu. " Kiya balik membalas perkataan Azzam, yang menurut Kiya sudah sangat keterlaluan.
Deg!! Mendengar perkataan Kiya, membuat jantung Azzam berdetak dengan sangat cepat. Dengan sangat berat, Azzam harus menahan amarahnya dihadapan Kiya. Ia membuka pintu mobil, lalu berjalan menepi. Kiya mencoba mengatur nafasnya, dan memandangi Azzam dari balik kaca mobil.
Apa dia tidak mengerti, perbedaan yang ada sudah sangat jelas terlihat. Bahkan baru-baru ini sudah banyak pemberitaan tentang kami, sungguh memalukan. Seorang karyawan biasa menjadi cinderella, aku cukup tau diri, tuan. Kau lebih pantas untuk mendapatkan yang jauh lebih baik dari aku, manusia kecil sepertiku ini tidak pantas untuk bersanding dengan seorang pemilik perusahaan yang terkenal dan kaya raya. Kiya.
Disaat Azzam masih menenangkan diri di bahu jalan, terlihat beberapa mobil berhenti disamping dan juga tepat didepan kami. Mereka turun dari mobil dan mulai menyerang Azzam, yang sebelumnya tidak menyadari kedatangan orang-orang tersebut. Melihat kejadian itu, Kiya sangat terkejut dan menutup mulutnya dengan tangannya. Azzam melakukan perlawanan dengan orang-orang itu, Kiya mulai memutar otaknya untuk bisa menolong Azzam.
Dddrrrttt...
Dddrrrttt...
Ponsel milik Azzam yang berada didalam mobil bergetar, terdapat panggilan masuk dan tertera pada layarnya.
Kenan is calling...
Tanpa ragu, Kiya langsung menyambar ponsel tersebut, dengan maksud meminta pertolongan.
" Ha ha llo, hallo." Ucap Kiya dengan nada bergetar.
" Hallo??? Anda siapa? Dimana bos Azzam??!!." Kenan meninggikan nada bicaranya, mendapatkan ponsel milik bosnya ada pada seorang wanita.
" Tolong, tolong tuan. Siapapun anda, tolong tuan Azzam. Di dia, dia diserang oleh orang." Suara Kiya sudah bercampur isakan tangis.
" Apa!!! Kalian dimana? Cepat katakan!!." Kenan mulai panik, mendengar bosnya mendapatkan penyerangan, Kiya langsugn memberitahukan keberadaan mereka saat itu kepada Kenan.
Melihat Azzam bertarung melawan orang-orang yang berpakaian serba hitam tersebut, membuat Kiya semakin dirundung rasa berasalah. Mata Kiya mendapati, ada seseorang yang berjalan menuju Azzam yang masih berkelahi dengan membawa senjata tajam. Tanpa ragu, Kiya membuka pintu mobil dan berlari mendekati Azzam dan memeluknya dari arah depan tubuhya. Namun, hal itu terlebih dahulu disadari oleh Azzam hingga ia membalikkan tubuhnya dan ...