Ini bukan cerita seorang CEO yang kejam, dingin, dan pemaksa. Giovani adalah seorang CEO yang baik hati, ramah, dan tampan. Namun selalu memiliki nasib buruk dalam kehidupan asmara. Berkali-kali dia gagal dalam menjalin hubungan percintaan dengan perempuan.
Hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada sosok Sofia, seorang model cantik yang angkuh namun baik hati, yang berhasil mencuri hati seorang Gio. Bahkan Gio rela menyamar menjadi seorang bodyguard agar bisa mendekati Sofia. Mampukah Gio mendapatkan cinta Sofia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nolasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Gio sudah sampai di rumah sakit. Tanpa harus menunggu Gio membukakan pintu, Sofia sudah turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah sakit diikuti oleh Gio. Sofia langsung menuju ke ruangan dokter yang beberapa hari lalu menangani cidera kakinya.
Setelah satu jam lamanya di dalam ruang dokter untuk melakukan check up, Sofia pun keluar dari ruangan dokter. Keadaan kaki Sofia sudah pulih seperti sedia kala. Hanya saja dokter tetap memperingatkan Sofia untuk berhati-hati dengan kakinya. Karena masih rentan untuk mengalami cidera lagi.
Saat Sofia akan melangkahkan kakinya tiba-tiba perhatiannya teralihkan oleh keributan yang dibuat oleh beberapa perawat. Mereka mengatakan bahwa ada seorang pasien yang membutuhkan donor darah. Pasien itu kehabisan darah karena terjatuh dari balkon rumahnya.
Karena penasaran Sofia pun menghampiri para perawat itu dan menegur mereka, "Permisi, saya tidak sengaja mendengar kalian mengatakan ada pasien yang membutuhkan donor darah. Mungkin saya bisa membantu," tawar Sofia dengan rasa simpatinya.
"Apa anda yakin nona?" tanya salah satu perawat.
"Bukannya sesama manusia harus saling tolong menolong. Tapi kalau boleh tahu, saya ingin melihat pasien itu" pinta Sofia.
"Tentu. Mari ikut kami" ajak perawat itu.
Sofia pun dibawa menuju ke ruang IGD di mana pasien itu berada. Sofia hanya diizinkan melihat dari balik jendela. Untung saja jendela itu tidak bertirai, jadi Sofia bisa melihat dengan jelas kondisi pasien yang sedang sekarat itu.
"Karina" lirih Sofia saat dia sudah memastikan bahwa matanya tidak salah melihat.
"Karina mencoba bunuh diri dengan melompat dari balkon rumahnya, untung pembantu di rumahnya menemukan dia sehingga langsung membawa Karina ke rumah sakit" sela Gio.
Sofia menolehkan kepalanya ke arah Gio dan memberinya tatapan penuh selidik.
"Saya sudah bertanya kepada polisi yang menangani kejadian ini" tandas Gio menunjuk beberapa polisi yang beraa disitu dengan sorot matanya.
Sofia pun mengikuti sorot mata Gio dan dia juga melihat ada beberapa polisi yang berjaga.
"Tapi ke mana keluarga Karina ya? Kenapa aku tidak melihat siapapun?" tanya Sofia.
"Karina itu anak korban broken home. Ayahnya meninggalkan keluarganya demi wanita lain. Sementara ibunya meninggal bunuh diri karena depresi" jelas Gio menjelaskan latar belakang kehidupan Karina.
"Kamu ini bodyguard atau anggota FBI sih? Gimana kamu bisa tahu begitu detail tentang Karina. Aku saja tidak tahu apapun tentang dia" omel Sofia yang semakin heran dengan segala yang diketahui Gio.
"Maaf Nona Sofia, apa anda akan mendonorkan darah untuk pasien?" potong perawat mengakhiri perdebatan Sofia dan Gio.
"Anda yakin nona?" sela Gio meyakinkan Sofia.
"Walaupun Karina pernah berlaku buruk kepadaku, tapi aku juga masih punya hati. Aku tidak mau dia mati konyol karena bunuh diri. Dia harus diberi kesempatan untuk memperbaiki hidupnya" tutur Sofia sambil menatap ke dalam ruang IGD di mana Karina sedang terbaring tak berdaya.
Perawat pun membaw Sofia ke ruangan khusus untuk melakukan prosedur pendonoran darah. Setelah memeriksa kesehatan dan kecocokan golongan darah Sofia dengan Karina, perawat itu pun mengambil darah Sofia sebanyak yang dibutuhkan Karina.
Setelah semua selesai, perawat itu membawa kantong darah Sofia untuk segera di donorkan kepada Karina. Tak berapa lama Gio pun masuk ke ruangan Sofia sambil membawa makanan dan susu.
"Nona anda harus makan untuk memulihkan keadaan anda setelah mendonorkan darah" ucap Gio meletakkan baki yang dia bawa di atas meja yang berada di samping ranjang.
"Tolong suapi aku. Tubuhku rasanya lemas sekali. Sepertinya darah yang diambil cukup banyak" pinta Sofia dengan nada lirih.
Gio tersenyum dan merasa senang bisa menyuapi Sofia. Dengan telaten dia menyuapi sendok per sendok makanan ke mulut Sofia hingga habis. Lalu membantu perempuan itu untuk menghabiskn segelas susu.
"Oh ya, bagaimana keadaan Karina?" tanya Sofia.
"Jika dia sudah melewati masa kritisnya, mungkin besok pagi dia sudah siuman" jawab Gio.
"Baguslah. Lebih baik kita pulang ke rumah. Pasti papah dan mamah sudah menunggu kepulanganku" ucap Sofia.
Sofia menurunkan kakinya dari ranjang. Saat dia hendak menuruni ranjang tiba-tiba tubuhnya kehilangan keseimbangan karena masih dalam keadaan lemah. Keika Sofia hendak jatuh, dnegan cepat Gio menahan tubuh wanita ini dengan memeluknya.
Sofia mendongakkan kepalanya menatap Gio. Begitu pun sebaliknya. Keduanya saling beradu tatap mata beberapa saat. Sofia merasakan detak jantungnya berpacu sangat cepat. Sementara Gio dibuat terpesona dengan sorot mata sayu milik Sofia. Hingga semuanya harus berakhir saat HP milih Sofia berdering. Gio pun melepaskan pelukannya. Dan Sofia meraih HP-nya yang berada di meja samping ranjang.
Sofia melihat nama Alin yang tertera di layar ID HP-nya.
"Halo Lin" ucap Sofia.
"Halo Fi. Tadi gue lupa nyampein ke lo, kalau besok kita ada meeting di kantor Herm's Group buat bahas tentang agenda shooting iklan" kata Alin dari seberang.
"Oke besok gue pasti dateng kok" balas Sofia.
"Jam sepuluh pagi, gue tunggu di kantor Herm's Group" jelas Alin.
"Iya bawel" tandas Sofia lalu mematikan sambungan teleponnya.
"Kita pulang sekarang nona?" tanya Gio.
"Iya."
Tiba-tiba Gio merangkul punggung Sofia untuk menuntunnya berjalan. Karena Gio tahu Sofia masih merasa lemas. Sofia tak mempermasalahkan itu. Dia justru mulai nyaman dan terbiasa dengan segala perhatian yang diberikan oleh Gio kepadanya.
****
Di dalam mobil, hanya keheningan yang menyelimuti interior mobil mewah Gio. Sofia sebenarnya penasaran dengan kehidupan bodyguardnya yang misterius ini. Tapi pantang bagi Sofia untuk menyinggung masalah pribadi orang lain.
"Danar, boleh aku bertanya sesuatu?" ucap Sofia memulai pembicaraan.
"Tentu. Tanyakan saja nona" balas Gio.
"Kamu sudah berapa lama bekerja dengan Herm's Group?" tanya Sofia.
"Mungkin sekitar tiga belas tahun" tandas Gio.
"Hah? Tiga belas tahun? Jadi kamu mulai bekerja di Herm's Group sejak umur tujuh belas tahun?" tanya Sofia lagi dengan nada tak percaya.
"Iya benar" tandas Gio.
Tentu saja Gio sudah turun tangan mengendalikan perusahaan ayahnya sejak dini. Bahkan sejak SMA, Gio sudah membantu ayahnya menangani banyak proyek.
"Omong-omong, berapa mantan pacar yang kamu punya?" tanya Sofia.
Gio langsung terdiam sejenak saat Sofia mengutarakan pertanyaan itu. Dia menoleh ke arah Sofia yang sekarang sedang menatapnya dengan tatapan bersiap-siap jika Gio akan marah.
"Memang kenapa?"
"Kamu jangan salah paham dulu. Aku hanya berpikir apa kamu punya waktu untuk berpacaran. Mengingat kehidupannya isinya hanya bekerja, bekerja, dan bekerja" jelas Sofia berusaha menutupi rasa penasarannya.
"Saya punya mantan kekasih" jawab Gio.
"Oh ya wow? Jangan-jangan sekarang kamu punya gebetan ya" ledek Sofia dengan gaya girangnya.
Perkataan Sofia tentu membuat Gio tersenyum sumringah. Namun tidak dengan Sofia. Setelah Gio tersenyum, Sofia yang awalnya ceria langsung terdiam.
"Saya memang sedang menyukai seorang wanita. Dia sangat cantik, baik hati, dan mandiri" tutur Gio.
"Oohh.." Sofia hanya ber-oh ria tanpa memberi respon apapun lagi. Entah mengapa tiba-tiba dia merasa kecewa setelah tahu kalau Gio sedang menyukai seorang wanita.
"Tapi wanita itu tidak tahu kalau saya menyukai dia" lanjut Gio.
"Kenapa? Apa kamu tidak memberitahunya?" timpal Sofia.
"Saya belum memberitahunya. Saya masih berusaha membuat dia menyukai saya dan mencintai saya dengan tulus" kata Gio.
"Wow beruntung sekali wanita itu bisa dicintai oleh kamu. Tapi, pasti dia akan merasa kesal jika kamu terus saja bersamaku seharian dan tidak memiliki waktu bersama dia" tandas Sofia.
"Tidak. Saya yang beruntung bisa bertemu wanita seperti dia. Dia adalah wanita yang sangat pengertian, ceria, dan manis" ucap Gio lagi dengan senyum sumringahnya.
Sofia hanya tersenyum miris, saat Gio terus mengeluarkan kata-kata pujian untuk wanita yang dia cintai. Sofia semakin gundah dibuatnya. Dia merasa tidak suka jika bodyguardnya itu memuji wanita lain di depannya.