Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 Ijab Kabul
Sebelum acar ijab kabul, tentu ada tuntunan doa yang harus di utarakan terlebih dahulu. Untuk melangsungkan hal yang begitu baik, maka harus di buka dengan bacaan doa yang baik pula. Sampai kini Safir sudah saling berjabat tangan dengan Hendri.
"Safir Al Ghani bin Arjuno Andrewiyoko."
"Saya, Safir Al Ghani bin Arjuno Adrewiyoko," tangan Safir sampai hampir tidak bisa membalas cengkraman tangan Hendri yang terasa semakin kuat.
"Saya nikahkan dan jodohkan engkau dengan putri kandung saya, Divya Reindri Anna Wijaya binti Hendri Artha Wijaya dengan emas kawin berupa uang sebesar Rp 131.521.000 di bayar tunai," ucap Hendri lantang dan semakin kuat mencengkram tangan Safir.
'Queenza Reindri Anna Wijaya. Tolong maafkan aku atas segala kebodohanku. Aku sadar sekarang dengan perasaanku. Aku cinta sama kamu, Queen. Aku lelaki yang bodoh yang tidak bisa menyadari semua perasaan yang seharusnya aku perjuangkan. Semoga kamu menemukan orang yang jauh lebih baik dan yang pasti mencintai kamu dengan begitu besar. Sampai membuat kamu bahagia dan mengembalikan senyumanmu yang dulu. Sekali lagi aku minta maaf karena sudah menghancurkan hubungan kita yang sudah sejak lama terjalin. Tentang semuanya aku minta maaf,' gumam hati Safir.
Semua orang nampak bingung kenapa Safir tidak segera berucap. Safir sadar saat tangannya di cengkram kuat oleh Hendri dan juga Divya yang mencubit pahanya. Baru saja penghulu hendak meminta ulang acara ijab Qabul, tapi ucapan penghulu kalah cepat oleh Safir.
"Saya terima nikah dan jodohnya Divya Reindri Anna Wijaya binti Hendri Artha Wijaya dengan emas kawin berupa uang sebesar Rp 131.521.000 di bayar tunai."
Seketika itu, kata sah mulai memenuhi kesetiap sudut ruangan ballroom tersebut. Hendri sangat lega karena sekalipun untuk terjeda beberapa detik, tapi Safir dengan lantang menyelesaikan semuanya. Divya sendiri merasa lega karena kini dirinya dan Safir sudah sah menjadi suami istri setelah cukup lama saling berhubungan. Sekalipun saat ini hati Divya di landa kejanggalan karena Safir.
Doa kembali di lantunkan. Sebagai pertanda rasa syukur karena acara paling inti dari segala susunan acara yang ada sudah berjalan dengan sangat lancar.
Sakit. Tentu saja hati Queen kembali merasa sakit. Sebenarnya Queen sudah berhasil untuk tidak menangisi perasaannya sendiri. Sadar diri kalau dirinya harus move on dari kisah yang sepihak ini. Tapi melihat acara ijab kabul yang sudah berlangsung, nyatanya membuat hati Queen kembali sakit.
"Oma, Queen ke toilet sebentar," ucapnya pelan dengan suara yang bergetar karena menahan air mata. "Perut Queen mules," ucapnya segera beranjak karena saat ini acara sungkem sedang berlangsung.
Gadis cantik tersebut melangkah cepat meninggalkan ruangan acar, ia harus cepat mencari tempat yang aman untuk meluruhkan air matanya yang sulit untuk di tahan.
"Kenapa sakit sekali? Tolong dong Queen, jangan seperti ini. Hiks ... Hiks ..." luruh sudah air mata Queen. Ia sampai menutupi wajahnya agar tidak ada yang tahu kalau dirinya sedang menangis. Terlebih lagi saat ini Queen sedang menggunakan kebaya seragam yang di kenakan seluruh keluarga inti sebagai pemilik acara.
Grep!
Siapa yang menduga, jika kini ada seseorang di balik pintu yang langsung menarik tangan Queen.
"Lepaaasss," teriaknya disela-sela tangisnya yang sudah mulai pecah.
"Ini Kakak."
Queen langsung menyingkirkan handbag yang sejak tadi menutupi wajahnya. Siapa yang menduga jika kini dirinya bisa melihat dengan jelas wajah Vian. Lelaki yang sudah beberapa tahun tidak pulang ke rumah.
"Kakak," pecak sudah tangisan Queen. Membuat ruangan meeting tersebut di penuhi dengan suara Queen yang sudah sesenggukan. "Sakit sekali Kak rasanya. Kenapa waktu satu bulan ini tidak cukup untuk melupakan Safir."
Vian hanya terus memeluk adiknya tersebut. Membiarkan dadanya basah oleh air mata. Vian juga jadi ikut menitikkan air mata. Kisah mereka berdua sama-sama bertepuk sebelah tangan. Dan sialnya, mereka patah hati dari seseorang yang menjadi saudara kembar.
Vian sendiri secara diam-diam datang ke hotel di mana acara pernikahan ini di selenggarakan. Ia jelas tidak ingin melewatkan acara pernikahan Kakaknya tersebut, sekalipun Vian hanya bisa mengitip Divya saat akan memasuki ruangan acara. Karena tidak memiliki undangan pernikahan. Yang paling utama dari kedatangan Vian adalah untuk adiknya ini. Hanya dirinya yang tahu bagaimana Queen mencintai Safir. Maka Vian harus datang untuk menenangkan adiknya yang sudah pasti akan kembali menangis. Hati Vian sungguh sakit, melihat Queen yang sampai terlihat kurus padahal dulu badan Queen terlihat pas dan sedikit berisi.
"Menangislah sepuasnya. Sampai hati kamu benar-benar terasa sedikit lebih lega."
demo rumah emak guys