Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Tidak ada kemiripan
Gaza dan Gea telah sampai di kontrakan begitu juga dengan mobil pick up nya. Satu per satu barang-barang Gea diturunkan dari mobil itu dan dibawa masuk ke dalam kontrakan. Setelah semua barang sudah masuk, mobil pick up pergi. Gea meminta Gaza untuk pergi juga. Gea menyuruh Gaza untuk membawa motornya saja takut tidak ada kendaraan umum yang lewat karena hari sudah semakin malam.
"Tenang saja, aku sudah menghubungi supir mama yang ada di rumah. Katanya sih lagi di jalan."
Sambil menunggu jemputan datang, Gea membeli dua cup mie instan seduh dan dua botol minuman teh dingin di warung makan terdekat.
"Maaf, aku cuma bisa kasih kamu ini untuk dimakan dan diminum sekarang," ucap Gea lalu memberikan makanan dan minuman ke Gaza.
Gaza menerimanya dengan senyuman.
"Aku malah jadi nostalgia kalau begini Ge. Dulu jaman-jaman SMA, setelah pulang sekolah kita juga sering makan dan minum ini di depan minimarket. Bahkan sampai pulangnya ke sorean," ucap Gaza.
"Haha, iya iya, aku ingat. Bahkan aku ingat banget kamu selalu diomeli nenek mu kalau pulang sekolah terlambat."
Dibalas cengiran oleh Gaza. Tapi sejujurnya ia senang ketika diomeli sang nenek, itu artinya neneknya peduli dan sayang padanya karena tidak ingin hal buruk terjadi. Daripada ia berada di rumah bersama orang tuanya yang memarahi atau menyapanya saja sangat jarang. Untungnya, itu sudah menjadi masa lalu. Sekarang semuanya sudah baik-baik saja.
Tak lama kemudian, di saat makan dan minumnya sudah habis, mobil yang menjemput Gaza pun datang. Gaza berpamitan ke Gea.
"Aku pulang. Kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi aku atau mamaku. Jangan bilang kamu takut merepotkan kami. Karena kami tidak merasa direpotkan. Baik-baik disini Ge."
Gea mengangguk. Lalu mobil yang membawa Gaza pun menghilang dari pandangan Gea. Gea langsung masuk ke dalam kontrakannya. Ia menata dan membersihkan satu per satu barang. Bahkan Gea sampai lupa untuk tidur hingga hari sudah berganti.
*
*
Rumah orang tua Gea.
Setelah kedua orang tua Gea pulang ke kampungnya lagi. Para tetangga jadi pada heboh karena mengira kedua orang tua Gea pasti habis bertemu anak, cucu dan menantu di rumah mereka. Bahkan tak jarang banyak juga yang minta dikenalkan ke David, karena ingin tanya soal pekerjaan.
Namun, Ibu dan Bapa Gea hanya diam dan tak menanggapi satu pun celotehan para tetangga. Mau mengatakan jujur kalau anaknya sudah bercerai pun, tapi ia urungkan. Karena takut Gea akan dibicarakan buruk. Apalagi status janda di kampung itu masih jadi anggapan buruk orang-orang. Karena kebanyakan suka menggoda suami orang.
Tapi hanya mendiamkan juga, lama-lama telinganya pengang juga.
"Sudahlah Bu, abaikan saja. Kita hanya harus menjaga citra baik anak kita. Bapa takut kalau nanti Gea pulang ke rumah dia malah dicecar dan dihina banyak orang. Biar kita saja yang tahu kalau Gea sudah bercerai."
Ibu mengangguk sambil mengelus dadanya untuk mengontrol emosinya.
"Semoga di Jakarta, Gea bisa cepat bertemu dengan anaknya ya, Pak. Ibu juga ingin gendong cucu. Cuma lihat di foto saja mah nggak akan cukup."
"Iya Bu, kita doakan saja yang terbaik."
*
*
Berbeda dengan di kediaman David, laki-laki itu semalam tidurnya tidak nyenyak karena terus kepikiran tentang wanita yang dilihatnya, benar Gea atau bukan. Karena David yang tidak bisa diam dalam posisinya, Selena jadi terbangun dan langsung memeluk David.
"Kenapa sih Mas? Kayanya gelisah gitu? Ada masalah di kantor? Atau ada sesuatu?" tanya Selena.
David menggeleng. Ia masih belum mau cerita ke Selena karena ia pun masih belum yakin.
"Nggak apa-apa. Aku cuma mimpi buruk semalam. Makanya jadi gelisah gini. Mimpinya kaya nyata," jawab David.
"Ya udah sih Mas. Itu kan cuma mimpi, jangan terlalu dipikirkan. Lebih baik sekarang Mas mandi dan berangkat kerja. Sudah jam 10 pagi loh," ucap Selena sambil melihat jam di layar ponselnya.
"Iya sayang. Untungnya aku adalah pemimpin, jadi tidak apa-apa datang terlambat. Papa juga tidak akan mengomeli aku selagi pekerjaannya beres."
"Baguslah kalau begitu."
David pun beranjak dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi. Ia menanggalkan semua kain yang melekat dari tubuhnya. Di bawah guyuran shower, David masih terus memikirkan apa yang dilihatnya semalam.
Kalau yang semalam benar-benar Gea. Bisa gawat! Aku harus menyuruh orang untuk menyelidikinya. Dia pasti datang untuk mengambil Alwin. Tidak! Tidak bisa, kalau sampai itu terjadi, semua yang telah aku dapatkan sekarang akan sirna begitu saja!
Setelah perdebatan di pikirkan nya, dan sudah selesai mandi, David keluar dari sana. Namun, tak ada pakaian yang disiapkan untuknya. Selena malah tidur kembali. Kalau mengingat ini, ia malah jadi teringat Gea yang begitu cekatan mengurusi segala kebutuhannya. Namun, ia tepis ingatan itu, karena Gea hanya wanita yang ia manfaatkan.
David memakai baju pilihannya sendiri kemudian mencium kening Selena dan keluar dari kamarnya.
Ketika berada di depan ruang keluarga, David melongok ke dalam dan mendapati Alwin yang sedang bermain bersama mamanya dan susternya.
"Baru mau berangkat, Vid?" tanya sang mama.
"Iya ma," jawab David.
"Meskipun kamu bos nya. Kamu harus mencontohkan hal yang baik ke bawahanmu, Vid. Jangan keseringan datang terlambat," ucap sang mama menasehati.
"Iya Ma, tidak akan sering kok."
"Ngomong-ngomong dimana Selena? Kenapa dia belum turun juga jam segini? Dia itu seorang ibu, tapi seperti selalu mengabaikan anaknya."
"Selena masih tidur karena kecapean Ma. Jangan berkata-kata buruk begitu, Ma. Kalau Selena dengar pasti dia sakit hati."
Tamara mendengus. Ia kesal karena anaknya masih terus membela istrinya.
"Lebih baik kamu berangkat kerja saja sana."
"Iya Ma, ini juga mau berangkat."
Sebelum berangkat, David mengecup kening anaknya lebih dulu lalu mencium tangan mamanya. Kemudian pergi dari rumah ke kantornya.
Tamara menatap kepergian anaknya lalu kembali fokus bermain dengan cucunya. Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah pesan dari teman-temannya untuk berkumpul dan bertemu di salah satu restoran yang ada di mall. Tapi, Tamara tidak tega kalau harus meninggalkan Alwin berdua terus dengan susternya. Apalagi, pastinya Selena tidak akan mungkin mengurus anaknya karena ada pekerjaan. Alhasil Tamara malah membawa cucunya untuk berkumpul bersama teman-temannya. Tapi, tetap susternya ikut juga.
Ketika para ibu-ibu sosialita berkumpul, topik pembicaraan yang dibicarakan pastinya seputar kekayaan, membanggakan anak yang telah sukses, juga bisnis mereka sendiri. Kadang malah ngeghibah teman-teman mereka yang tidak bisa datang.
Tapi, obrolan ibu-ibu kali ini malah fokus ke cucu Tamara yang terlihat sangat menggemaskan. Hingga celetukan salah satu dari mereka membuat Tamara sedikit terkejut.
"Cucu mu mirip sekali dengan David, Tam. Tapi kenapa tidak ada kemiripan dengan Selena ya?"
*
*
TBC