NovelToon NovelToon
Hate Is Love

Hate Is Love

Status: tamat
Genre:Romansa / Tamat
Popularitas:6.2M
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Kolaborasi kisah generasi Hikmat dan Ramadhan.

Arsy, cucu dari Abimanyu Hikmat memilih dokter sebagai profesinya. Anak Kenzie itu kini tengah menjalani masa coasnya di sebuah rumah sakit milik keluarga Ramadhan.

Pertemuan tidak sengaja antara Arsy dan Irzal, anak bungsu dari Elang Ramadhan memicu pertengkaran dan menumbuhkan bibit-bibit kebencian.

"Aduh.. maaf-maaf," ujar Arsy seraya mengambilkan barang milik Irzal yang tidak sengaja ditabraknya.

"Punya mata ngga?!," bentak Irzal.

"Dasar tukang ngomel!"

"Apa kamu bilang?"

"Tukang ngomel! Budeg ya!! Itu kuping atau cantelan wajan?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terpuruk

Dengan gerakan pelan, Zar membuka pintu kamar perawatan Renata. Mata pria itu langsung menangkap Renata yang tidur berbaring di atas bed. Setelah menutup pintu, Zar menghampiri bed Renata. Dia mendudukkan diri di kursi yang ada di samping bed. Diraihnya tangan Renata yang sedang tertidur.

“Ren.. maafkan aku. Maaf karena aku, kamu mengalami hal seperti ini. Maafkan aku…”

Zar menundukkan kepalanya. Melihat keadaan Renata, membuat perasaan bersalah yang meliputi hatinya semakin menjadi. Mendengar suara Zar, perlahan Renata membuka matanya. Dia melihat Zar yang tengah membenamkan kepalanya ke bed.

“Zar..” panggil Renata dengan suara lemah.

Mendengar suara Renata, Zar mengangkat kepalanya. Renata tersenyum samar melihat tatapan Zar padanya sudah tidak sedingin kemarin.

“Zar.. maafkan aku. Aku sudah menuduhmu. Maaf aku sudah mencemarkan nama baikmu.”

“Ren.. aku yang harusnya minta maaf. Andai malam itu aku ngga meninggalkanmu, mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi. Maafkan aku..”

“Ini bukan salahmu. Sama sekali bukan salahmu. Memang sudah jalan hidupku mengalami hal seperti ini. Jangan menyalahkan dirimu. Kamu tidak bersalah.”

Hati Zar semakin dihantam perasaan bersalah mendengar penuturan Renata. Seribu kali dia mengatakan dirinya tidak bersalah, tetap saja rasa bersalah itu menyerangnya. Menyesal rasanya mengikuti emosi dan dendam dalam dirinya hingga membuatnya mengabaikan permintaan tolong Renata.

“Aku janji akan menangkap Richie dan yang lain. Aku akan membawanya ke hadapanmu, dan kamu sendiri yang akan menghukumnya. Aku janji padamu.”

“Tidak perlu. Kamu tidak perlu melakukan itu. Aku yakin, mereka akan mendapatkan balasannya nanti.”

“Aku harap kamu cepat bangkit. Jangan terpuruk terlalu lama. Hidupmu belum berakhir, semua akan baik-baik saja.”

Renata hanya menganggukkan kepalanya. Airmatanya bergulir membasahi pipinya. Tak sedikit pun rasa marah pada Zar hinggap di hatinya. Dia juga tidak ingin berhubungan dengan Richie lagi. Yang diinginkan hanyalah hidup tenang tanpa memikirkan apapun. Atau mungkin dirinya sudah tidak punya gairah hidup lagi.

🍁🍁🍁

Dua orang pria nampak tengah berbicara serius di sebuah ruangan. Elang dan Kenzie memutuskan bertemu untuk membahas masalah yang menimpa Renata. Mereka kini tengah berada di markas tim keamanan Ramadhan, tepatnya berada di ruangan Rimba. Berdasarkan informasi yang didapat oleh anak buahnya. Elang merasa perlu untuk membicarakan masalah ini bersama dengan Kenzie.

“Anak buahmu masih belum bisa menemukan keberadaan Richie?” Elang membuka percakapan.

“Iya. Aku yakin selain Tania, masih ada pihak lain yang menyembunyikannya.”

“Apa kamu tahu kalau Tania adalah simpanan dari Alvaro?”

“Alvaro pemilik Desmond Group?”

“Hmm.. kamu pasti tahu kenapa Desmond Group berkembang begitu cepat. Padahal dua tahun lalu, perusahaan itu hanyalah perusahaan kecil.”

“Margarita… kelompok mafia itu yang mendukung Alvaro. Dia menggunakan cara licik untuk mendapatkan tender dan merebut saham secara paksa.”

Elang hanya menganggukkan kepalanya. Di kalangan pengusaha, nama kelompok Margarita cukup membuat mereka takut dan memilih tidak mau berhubungan dengannya. Margarita adalah kelompok mafia yang awalnya berkembang di Meksiko. Mereka mengembangkan sayapnya ke Asia Tenggara, karena pasar di wilayah ini menjanjikan keuntungan besar.

Dengan mudah mereka menyelundupkan narkoba, melakukan human trafficking dan juga penjualan organ. Banyak yang enggan berhubungan dengan kelompok ini. Bahkan kepolisian pun seakan menemui jalan buntu setiap melacak kasus yang berhubungan dengan kelompok ini.

Tidak puas bertransaksi di dunia bawah tanah, Margarita mulai menggeliat ke atas. Dominic, pemimpin mereka di Indonesia memutuskan untuk merangkul Desmond Group sebagai partner mereka. Alvaro yang memang berambisius menjadi pengusaha hebat, tentu saja menyambut baik tawaran mereka. Baru dua tahun bekerja sama, kini Desmond Group sudah banyak menguasai pasar di berbagai bidang.

“Jadi mereka yang membantu menyembunyikan Richie?”

“Iya.”

“Keuntungan apa yang didapat Alvaro dari Richie?”

“Richie mempunyai saham yang cukup banyak di PT. Sandiga Utama. Diam-diam ibunya mentransfer saham miliknya pada Richie. Alvaro sangat ingin menguasai Sandiga Utama, setelah itu…”

“Dia mengincar kita..”

Kepala Elang kembali mengangguk. Kenzie menyandarkan punggungnya ke sofa. Kini dia mengerti kenapa keberadaan Richie sulit sekali dilacak. Margarita mempunyai ahli IT yang sangat handal. Menghapus rekaman cctv bukanlah hal sulit bagi mereka. Bahkan dulu mereka pernah meretas sistem keamanan di kepolisian.

“Kita bisa saja melakukan perang terbuka, aku sendiri tidak masalah. Sepak terjang Alvaro akhir-akhir ini juga sangat meresahkan. Tapi… kalau ada jalan lain dengan dampak seminimal mungkin, aku akan mengambil jalan tersebut.”

“Musuh dari musuh kita adalah sekutu. Bagaimana menurutmu,” Kenzie melihat pada Elang.

“The Cave..”

“Hmm.. The Cave sangat ingin menguasai pasar yang dipegang oleh Margarita. Jika kita bisa memberinya informasi..”

“Mereka akan menghancurkan Margarita dan kita hanya menunggu hasilnya.”

Senyum Kenzie mengembang mendengar tanggapan Elang. Pikiran mereka memang sejalan, kepintaran dan kelicikan juga setara levelnya.

“Aku akan menyiapkan tim bayangan untuk menyusup ke organisasinya,” seru Kenzie.

“Jayden sudah menyiapkan alat khusus yang akan mendeteksi keberadaan mereka. Bantuan akan siap siaga jika keberadaan mereka terbongkar atau mereka berada dalam bahaya.”

“Bagus. Aku akan menyiapkan dua orang menyusup ke dalam organisasi dan satu orang di tim keamanan Alvaro.”

“Satu anak buahku akan masuk The Cave. Begitu kita mendapatkan informasi penting maka kita hanya tinggal memberikan umpan pada mereka.”

“Aku setuju.”

Pintu ruangan terketuk. Tak lama pintu terbuka, Jayden bersama Rimba masuk ke dalam ruangan. Di tangan Jayden terdapat koper kecil yang berisi teknologi baru yang diciptakannya. Pria itu menaruh koper di atas meja kemudian membukanya.

“Alat pelacak yang kujanjikan sudah selesai. Alat ini akan ditanamkan ke dalam tubuh dan tidak akan terdeteksi jika dilakukan pemindaian. Untuk tim keamanan, alat akan disuntikan di tempat yang cukup terlindung dari pukulan.”

“Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk memproduksinya dengan jumlah banyak? Kita perlu membaginya dengan keluarga Hikmat.”

“Tiga hari dan semuanya sudah siap.”

“Ok.. kalau begitu kita akan memulai rencananya besok. Mereka akan bergerak kalau alat sudah tertanam di tubuh mereka.”

“Kemarin kamu sudah membuat empat sample. Berikan untuk kami,” Elang melihat pada Jayden.

“Hehehe.. bang..”

Perasaan Elang langsung tak enak melihat wajah Jayden yang hanya menyunggingkan senyum anehnya. Dia yakin pasti ada sesuatu yang terjadi dibelakangnya. Jayden menggaruk kepalanya, kemudian mulai menerangkan kemana empat buah buah chip yang awalnya akan diberikan pada Elang dan Kenzie.

“Sebenarnya.. saat perjalanan ke sini, tiba-tiba aja aku dapat telepon penting. Telepon itu berisikan perintah yang tidak bisa aku tolak. Terpaksa tiga chip yang sudah selesai aku berikan pada orang lain.”

“Siapa yang memberikan perintah?” tanya Elang kesal.

“Bapak…. Abimanyu Hikmat,” Jayden melihat pada Kenzie.

“Papaku? Dia minta apa? Siapa orang yang menerima chip itu?”

“Ehmm.. pak Abi suruh aku pasang chip itu pada Bibie dan Arsy.”

“Apa??!!”

Bersamaan Elang dan Kenzie menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa. Kenzie menepuk keningnya. Kepalanya serasa berputar dengan cepat mendengar penuturan Jayden. Sudah pasti papanya itu merencanakan sesuatu pada anak gadisnya.

“Sepertinya papamu serius mau menjodohkan Bibie dan Arsy,” ujar Elang.

“Oh aku ngga percaya. Otak licik papa sekarang digunakan untuk menjodohkan cucunya.”

“Hahahaha…”

Baik Elang maupun Jayden tidak bisa menahan tawanya. Entah apa yang direncanakan Abi kali ini dengan menggunakan chip terbaru hasil karya Jayden.

“Sebenarnya aku sudah membuat empat chip. Satu dipasang di tubuhku, dua untuk Bibie dan Arsy, dan satu lagi aku berikan pada Aidan.”

“Aidan?”

“Iya. Itu juga atas perintah pak Abi,” bisik Jayden.

“Apa yang akan papa lakukan?” gumam Kenzie.

“Aku yakin adikmu juga terlibat. Dia juga sama liciknya dengan papamu, hahaha…”

“Aku pusing kalau mereka sudah berkolaborasi.”

“Hahahaha…”

Berkali-kali Kenzie mengetuk-ngetuk kepalanya pelan dengan kepalan tangannya. Menebak rencana Abi ternyata lebih sulit dari pada menyusun rencana untuk menjatuhkan Margarita. Elang tak berhenti tertawa melihat wajah Kenzie. Walau dalam hatinya juga was-was menanti apa yang akan dilakukan Abi pada anaknya.

🍁🍁🍁

Seorang suster datang membawakan makan malam untuk Renata. Sundari yang tidak pernah absen menunggui Renata, segera mengambil nampan yang diberikan oleh suster tersebut. Dia meletakkan nampan di atas meja lipat yang ada di bed.

“Makan dulu, habis itu minum obatmu.”

Sundari membuka plastic wrap yang membungkus makanan. Wanita itu mulai menyendokkan makanan kemudian menyuapkannya pada Renata. Walau sudah menolak dan mengatakan ingin makan sendiri, namun Sundari bersikeras untuk menyuapi anak asuhnya.

“Apa rencanamu sekeluarnya dari rumah sakit? tanya Sundari.

“Ibu harap kamu tetap melanjutkan hidup seperti biasa. Tunjukkan pada orang-orang yang sudah melecehkanmu kalau hidupmu tidak berhenti sampai di situ. Kamu adalah wanita kuat yang bisa menjalani ini semua dengan tegar.”

Sundari melanjutkan kalimatnya karena Renata tak kunjung menjawab pertanyaannya. Mata Renata berkaca-kaca mendengarkan perkataan Sundari. Apa yang dikatakan wanita itu sama dengan yang dikatakan Zar padanya.

Sambil menyuapi Renata, Sundari terus mengajak anak asuhnya itu berbicara, walau tak ada tanggapan dari Renata. Sundari terus berusaha memberikan masukan positif pada Renata, membangkitkan kepercayaan dirinya dan menghidupkan semangat Renata. Sebagai korban kekerasan seksual, Renata pasti merasakan trauma mendalam atas kejadian yang menimpanya.

“Ibu mau ke kantin dulu. Kamu ngga apa-apa sendiri sebentar?”

Sundari memberikan obat di tangannya pada Renata. Setelah meminum obatnya, Renata hanya menganggukkan kepala. Sundari menaruh nampan yang telah kosong di atas meja. Kemudian wanita itu meninggalkan ruang perawatan.

Sepeninggal Sundari, Renata hanya duduk diam sambil merenungi perkataan ibu asuhnya. Apa yang dikatakan Sundari memang benar, namun untuk melakukannya bukan hal yang mudah. Butuh keberanian lebih untuk menjalani kehidupan seperti tidak pernah terjadi apapun dalam hidupnya. Renata tidak yakin dapat melewati ini semua. Setiap malam dia selalu terbangun karena mimpi buruk yang dialaminya.

Wanita itu tersentak ketika mendengar suara pintu terbuka. Terdengar suara high heels mengetuk lantai ketika seorang wanita masuk ke kamar perawatannya. Tubuh Renata menggigil ketika melihat Jelita yang datang. Dia sudah bisa menebak maksud kedatangan wanita itu. Pasti karena pernyataannya pada polisi tentang Richie sebagai pelaku pemerk*saan.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Jelita begitu sampai di dekat bed.

“Ba..ik” jawab Renata pelan.

“Rena… apa kami melakukan kesalahan padamu?”

“A.. apa maksud ibu?”

“Kenapa kamu menuduh Richie? Apa kamu pikir dirimu seberharga itu sampai Richie mau menyentuhmu? Richie adalah anak baik-baik, dia tidak mungkin melakukan hal itu padamu. Apa kamu dendam karena dia tidak pernah membalas perasaanmu? Kenapa? KENAPA KAMU MENUDUHNYA??!!”

Mata Renata menatap nanar pada Jelita. Kedua tangan wanita itu nampak bergetar, Renata menyatukan tangannya seraya menarik nafas panjang. Sepanjang dia mengenal nyonya Andriawan, baru kali ini Jelita memperlihatkan sikap seperti ini.

Kesal karena Renata tak kunjung menjawabnya, Jelita mendekat kemudian mencengkeram dagu wanita itu. Matanya yang bulat terbuka semakin lebar saat dia membelalakkan matanya.

“Dengarkan aku baik-baik. Tarik kembali pernyataanmu. Katakan kalau kamu sudah salah menuduh orang, maka aku akan mengampunimu. Tapi.. kalau kamu tidak mau menurutinya, maka aku akan memastikan hidupmu menderita. Bukan hanya dirimu, tapi Sundari dan adik-adik pantimu akan merasakan akibatnya. Ingat itu!!”

Dengan kasar Jelita melepskan cengkeraman tangannya. Tanpa melihat pada Renata lagi, wanita itu segera meninggalkan ruang perawatan tersebut. Tubuh Renata bergetar hebat, keringat dingin membasahi tubuhnya. Perlahan airmata yang menggenangi netra Renata turun membasahi pipinya.

Sundari yang baru kembali dari kantin terkejut melihat Renata yang tengah menangis. Buru-buru dia menghampiri Renata kemudian memeluknya erat. Dapat wanita itu rasakan ketakutan yang begitu sangat. Tubuh Renata menggigil ketakutan dan keringat dingin membasahi pakaian yang dikenakannya.

“Kenapa Rena? Kamu kenapa?”

Tak ada jawaban dari Renata. Hanya isak tangis saja keluar dari bibirnya. Tangis Renata berubah menjadi teriakan histeris, hingga Sundari terpaksa harus memanggil suster. Dokter memerintahkan suster yang bertugas untuk memberinya obat penenang. Perlahan tubuh Renata melemas setelah cairan benzodiazepine masuk ke dalam tubuhnya.

“Ibu.. apa yang terjadi?” tanya Tamar. Pria itu baru saja datang dan bergegas menuju kamar perawatan saat mendengar teriakan Renata.

“Ibu juga tidak tahu. Tadi keadaannya tenang saat ibu tinggalkan. Tapi begitu kembali, dia sudah menangis. Dia seperti ketakutan.”

“Apa ada yang bertemu dengannya?”

“Ibu tidak tahu. Waktu ibu masuk tidak ada siapa-siapa.”

Tamar nampak berpikir sejenak. Jika tidak ada pemicunya, tidak mungkin Renata akan bersikap seperti itu. Tamar melihat sejenak pada Renata yang sudah tertidur dengan tenang. Pria itu memutuskan untuk menuju control room. Dia perlu mencari tahu, siapa yang sudah menemui Renata.

🍁🍁🍁

Kelopak mata Renata bergerak-gerak, dan tak lama kemudian terbuka. Sejenak dia terdiam untuk mengumpulkan kesadaran, lalu memandangi sekeliling kamarnya. Sundari nampak masih tertidur di sofa. Perlahan Renata menegakkan tubuhnya. Dilepaskan dengan paksa jarum infus yang menempel di tangannya.

Pelan-pelan Renata menurunkan tubuhnya dari bed. Dengan langkah tanpa suara dia berjalan menuju pintu. Niatnya ingin keluar diurungkan saat melihat dua orang suster berjaga di meja perawat. Kemudian wanita itu berjalan menuju kamar mandi kemudian menguncinya.

Cukup lama Renata berdiam diri menatap pantulan dirinya di cermin. Tiba-tiba saja cermin di hadapannya berubah seperti televisi yang memutar ulang tayangan pemerk*saan dirinya. Matanya terpejam mencoba menghalau bayang-bayang Richie yang tengah menjamah tubuhnya. Kemudian Daus, Abbas dan Yuke yang memuntahkan lahar panas ke tubuhnya setelah bersenang-senang dengannya.

Kemudian telinganya seakan mendengar kembali ucapan Jelita semalam. Kedua tangan Renata berada di telinganya, menutup lubang telinganya agar suara Jelita tidak terdengar lagi. Renata kembali membuka matanya dan melihat pantulan dirinya lagi. Wajahnya yang pucat, keadaannya yang kacau dan sorot mata yang tidak memancarkan kehidupan. Renata meraih botol sabun yang ada di sana kemudian melemparkannya ke arah cermin dengan kencang.

PRANG!!

Sundari yang terkejut mendengar benda pecah, serta merta membuka matanya. Melihat ranjang Renata yang kosong, wanita itu bergegas menuju kamar mandi. Beberapa kali dia mencoba membuka pintu yang terkunci. Wanita itu menggedor pintu kamar, meminta Renata membuka pintu.

“RENA!!! Buka pintunya, Rena!!!”

Kembali Sundari menggedor pintu dengan keras, tapi pintu itu masih tertutup rapat. Sundari segera berlari keluar kamar. Dia perlu memanggil bantuan, takut Renata berbuat sesuatu di dalam sana.

Perlahan Renata meraih pecahan kaca yang jatuh di dekat kakinya. Dengan deraian airmata dia mengarahkan pecahan kaca itu ke pergelangan tangannya. Renata memejamkan matanya ketika tangannya menggoreskan pecahan kaca tersebut ke urat nadinya. Seketika darah memancar dari pergelangan tangannya.

BRUK

BRUK

Dua orang perawat pria berusaha mendobrak pintu dengan cara menendangnya. Sudah dua kali percobaan, tapi pintu masih belum terbuka. Mereka kemudian menendang pintu sekuat tenaga secara bersamaan.

BRUK!!

Pintu terbuka. Sundari langsung menghambur ke dalam. Matanya membelalak melihat Renata terbaring di lantai dengan tangan sebelah kirinya mengeluarkan banyak darah.

“RENA!!!”

🍁🍁🍁

**Aku minta maaf kalau adegan kemarin tidak sesuai jalan pikiran kalian, sampai ada yg komen dengan kata² kasar dan nyuruh yg lain berhenti baca. Aku ngga mau urusin komen kaya gitu, ngga suka tinggal skip, jangan kotorin kolom komen dengan kata² kasar. Akunnya udah aku block dan lapor ke NT juga. Sayang banget level 17, artinya dia sering baca novel tapi ngga bisa jaga jempolnya.

Banyak juga yang komen kenapa Rena harus begitu. Dia anak yatim, hidupnya udah susah ditambah dilecehin. Di sini aku mau memperlihatkan bahwa setelah terpuruk, Rena mampu bangkit jadi wanita kuat. Banyak korban pelecehan di dunia nyata yg ngga bisa move on dari traumanya. Aku mau nunjukkin kalau Rena bisa dan mampu keluar dari traumanya dgn dukungan orang² di sekitarnya.

Kenapa harus 4 orang? Kenapa ngga Richie aja biar dia tanggung jawab nikahin Rena. Coba kalian bayangkan, kalau di posisi Rena, apa sanggup seumur hidup menghabiskan waktu dg Richie? Itu lebih kejam kalo menurutku. Tapi kan Richienya bisa dibuat tobat. Kalau semua penjahat di novel ini dibuat tobat, apa gunanya pulau Rinca🤣

Ya ngga 4 orang juga kali. Kalau kalian baca berita, ada anak di bawah umur dikasih miras terus digilir 6 orang. Itu kenyataan kondisi sosial kita. Walau cuma novel, aku mencoba menghadirkan permasalahan se-real mungkin. Suka ngga suka, inilah potret kehidupan masyarakat kita sekarang. Dan aku coba menghadirkan tokoh wanita yang kuat, untuk bisa bertahan melewati itu semua.

Sekali lagi maaf kalau ada yg tidak berkenan. Buat yg udah nuduh aku tidak berpihak kaum perempuan, berarti anda gagal paham dengan tujuanku membuat part Rena. Tapi udh kublock juga, jadi ngga akan bisa akses novel ini lagi🤭

Terima kasih buat yang masih mengikuti walau penuh dengan kegondokan padaku🤭 Part uwu dan kocaknya bakalan hadir lagi setelah badai Rena sedikit mereda😉**

1
Mimi Sanah
ya Allah hahahaha bales dendam terseruh 😃😃😃😃
Mimi Sanah
gaweannya pingsan Bae kamu diki hahahaha 😃😃😃
Mimi Sanah
kok jantung ku bertabuh yah 😀😀😀😀
Mimi Sanah
ini setan apa sule 😀😀😀😀
Mimi Sanah
tamar oh tamar aku yakin dia pawang mu stel 😀😀😀
Mimi Sanah
itulah titisan mu ke , masa muda mu mulut mu pedes level seribu kek 😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
hahahaha modus kek'bi mah biar rencananya mulus😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
yg penting cerita nya bagus dan nyambung di otak ku Thor 😁😁😁🙏🙏🙏🙏
Mimi Sanah
titisan kakek Abi 😀😀😀😀
Sulisbilavano
gantengnya cantiknyaaa
Sulisbilavano
kok rakan kyk zain ya...bpk agen rahasia sebelah🤭🤭🤭
Sulisbilavano
cantik dan ganteng
Sulisbilavano
thor aku baca ini dah ke3 kalinya ngak bosen aku baca ini...novelnua baguuus bgt
Wiwie Aprapti
boleh lahhhhh idenya kakek abi
Wiwie Aprapti
saat ini juga ada pelatihan bultang yg di sponsornya Taufik hidayat kak, semacam akademi gitu, ada beberapa muridnya yg udah bertanding profesional namun blom ada yg di rangking teratas sihhh
Wiwie Aprapti
wehhhhhh...... paksu mana...... paksu.... pengen ngajakin bikin telor gulung sosis nihhhh🤣🤣🤣🤣🤭😛
Wiwie Aprapti
kannnnnnnn iya kannnnnnn hutang 🤭
Wiwie Aprapti
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣kalo yg ini mungkin ngutang 🤭🙃😁😛
Wiwie Aprapti
alhamdulillah.... aku sama paksu udah 2 kali kesini kak, gara-gara rekomendasi kakak, aku dan keluargaku jadi tau tempat indah yg ga jauh-jauh dari Jakarta jadi sekalian aku ajak liburan keluarga paksu sama keluarga ku ke tempat yg udah kakak rekomendasi, fulll cakep banget. . 👍👍🙏
Wiwie Aprapti
kak.... waktu bulan puasa tahun ini, paksu kan di pindah tugas ke Jakarta, awal puasanya selama seminggu kita ke Geopark cileutuh, aku penasaran sama semua tempat yg Arya kunjungi, ternyata memang benar Indah bangett.... terimakasih ya kak, buat info tempat wisata yg ada di sekitar Bandung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!