Just A Momen _Istri Tangguh

Brugh

Yonas terkejut saat melihat tubuh Alex terjatuh di lantai. Yonas tengah memasang infus juga sekantung darah untuk Ayank, yang sengaja dia persiapkan sesuai perintah Alex sebelum nya. Meski tak mengerti namun Yonas tetap melakukan nya. Dia berhutang banyak pada pria itu di masa lalu, anggap saja kini dia sedang membayar nya.

"Al, Alex! hei! Astaga! kau bahkan juga tengah terluka, namun kau malah mengabaikan diri mu sendiri demi seorang mantan terindah." Decak Yonas kesal. Setelah berhasil membaringkan Alex di ranjang nya, Yonas menggunting baju Alex seperti prosedur pertolongan pertama yang sering dia lakukan pada pasien kecelakaan.

"Lihat luka mu sangat lebar, kau juga butuh pertolongan Lex. Ya ampun!" tak henti-hentinya Yonas berdumel kesal, namun tangan nya tetap bekerja. Membersihkan luka Alex lalu menjahit nya. Alex juga di pasangi infus namun tidak dengan transfusi darah. Dia tak memiliki stok nya. Darah yang Ayank gunakan adalah milik salah satu warga desa yang kebetulan memiliki golongan darah yang sama.

Jangan heran bagaimana bisa Yonas mengetahui nya, pria itu mencari tau melalui data riwayat berobat pasien di puskesmas tempat nya bekerja.

Dengan alasan ada keluarga yang membutuhkan golongan darah yang sama, Yonas memohon kemurahan hati pada salah satu keluarga yang memiliki golongan darah langka tersebut. Sebagai warga desa yang ramah dan murah hati, permohonan Yonas pun di sambut baik oleh keluarga itu. Akhirnya Yonas mendapatkan dua kantung darah dari dua orang di keluarga tersebut. Namun keluarga itu menolak uang yang Yonas berikan. Hingga akhirnya Yonas menukar nya dengan sembako lengkap. Dan itu di terima dengan baik, Yonas cukup lega.

Suara ketukan pintu membuat kesadaran Yonas kembali setelah hampir terlelap. Di lirik nya kondisi ruang tamu nya yang masih berantakan, namun tenaga nya sudah sangat menipis.

Dengan berjalan mengendap-endap, Yonas mengintip dari lubang kecil di daun pintu. Bukan lubang dengan pembesar layak nya pintu rumah elit, namun lubang yang memang tercipta karena pelapukan alami.

Terlihat seorang wanita yang biasa membantu nya membersihkan rumah setiap hari, memasak dan mencuci pakaian nya. Gadis desa yang bekerja sebagai pembantu harian nya. Dengan sedikit keberanian Yonas membuka pintu.

"Pagi pak dokter, maaf Ifah terlambat. Tadi mampir ke sawah bapak antar bekal yang tertinggal. Jadi ke sini nya agak lambat." Ujar gadis itu tak enak hati.

"Ah tak apa Ifah, tapi rumah ku sedikit berantakan. Kau bisa kembali lain kali setelah aku membereskan nya. Tak usah masak untuk ku hari ini, aku akan membeli nya nanti di warung pok Iyem di depan." Ujar Yonas beralasan sekena nya.

Ifah mengerut heran, bukankah tugas nya memang bersih-bersih. Kenapa dokter itu malah tak enak pada nya karena rumah nya berantakan.

"Bukahkah itu tugas saya ya pak dokter?" tanya Ifah memberanikan diri. Yonas nampak salah tingkah, pria itu menggaruk tengkuknya walau tidak lah gatal.

"Ya.. maksud ku, aku hanya malu padamu kalau melihat rumah ku sangat berantakan. Biasa nya kan tidak seberantakan ini." Kilah Yonas masih berusaha menghalau Ifah agar tak bekerja hari itu.

Brakkk

Suara benda jatuh membuat Yonas berlari tunggang langgang, dan Ifah yang jiwa kepo nya mulai terusik. Mengikuti langkah sang dokter masuk ke dalam rumah dinas tersebut. Dan ya, rumah pria itu sangat berantakan, dengan ceceran darah di lantai juga beberapa potongan baju dan celana yang di gunting asal mengikuti semacam pola.

Saat tiba di depan pintu kamar sang dokter, Ifah berteriak kaget. Membuat Yonas mau tak mau membekap mulut Ifah menggunakan telapak tangan nya.

"Shhuutttt...jangan berteriak, ini tidak seperti yang kau pikirkan. Mereka adalah pasangan suami istri yang kebetulan suami nya adalah sahabat ku semasa SMP dulu. Mereka habis di rampok semalam, dan mereka terluka cukup parah. Aku belum sempat membawa mereka ke puskesmas, karena takut para perampok itu masih mencari keberadaan mereka setelah berhasil kabur semalam. Apa kau paham? tolong anggukan kepala mu, dan jangan berteriak lagi. Atau warga akan berpikir aku sedang memperkosa mu. Paham?" Ifah mengangguk paham.

Yonas melepaskan telapak tangan nya dari bibir mungil wanita itu.

"Bagaimana keadaan mereka pak dokter?" wanita itu berjalan mendekat lalu menelisik wajah kedua pasien sang dokter majikan.

"Masih belum sadar, aku memberikan obat agar mereka beristirahat dengan baik Untuk memulihkan luka mereka. Tolong rahasia kan keberadaan mereka, oke. Aku berharap banyak padamu." Ujar Yonas menatap Ifah memelas. Dia sudah lelah, belum mandi juga lapar dan ngantuk berat.

Ifah mengangguk mantap.

"Ifah janji pak dokter, Ifah hanya akan mengatakan sama bapak sama ibu saja." Ujar gadis itu membuat mata Yonas melotot sempurna.

"Kan rahasia Ifah...." ujar Yonas gemas sekaligus geram dengan kepolosan gadis itu.

"Maksud Ifah, biar bapak mencarikan obat herbal untuk luka mereka pak dokter. Karena mereka tidak boleh di ketahui, maka lebih baik kita mengobati mereka menggunakan ramuan herbal sebagai bantuan penyembuhan luka-luka ini." Ujar Imah menjelaskan seraya menunjuk wajah Ayank yang penuh luka gores.

Yonas mengangguk paham dan merasa malu pada gadis itu karena telah berpikir yang tidak-tidak.

"Maaf, aku kira kau tak bisa jaga rahasia." Ujar Yonas tersenyum simpul.

"Baiklah, aku akan membuat kan makanan untuk pak dokter dulu, setelah itu aku akan membereskan rumah. Pak dokter terlihat sangat lelah, istirahat lah. Biar aku saja yang menjaga mereka kalau-kalau air infus mereka mau habis." Ujar Ifah penuh pengertian. Yonas tersenyum lebar, sekaligus lega. Ifah cukup bisa di andalkan.

"Baiklah, aku memang lelah. Lapar juga, tapi aku mau tidur dulu. Nanti setelah pekerjaan mu selesai, tolong standby di sini saja, aku akan tidur di kamar sebelah. bangun kan aku jika salah satu nya terbangun." Ujar Yonas yang hanya di angguki oleh Ifah. Gadis itu meninggal kan kamar Yonas lalu menuju dapur. Dia akan membuat sup dari ramuan herbal yang ada di sekitar halaman rumah sang dokter. Yang akan dia berikan pada kedua pasien tersebut ketika sudah terbangun nanti.

Meninggalkan Ifah dengan rencana membuat ramuan, di tempat lain seorang pria mengumpat kesal saat melihat perban melingkar di pergelangan tangan nya. Sekilas dia seperti mengenal siapa yang dengan lancang menembak tangan nya, namun dia tak berani memastikan. Mengingat jika tak mungkin pria yang dia anggap bodoh itu mampu melakukan hal ekstrim seperti semalam.

"Akan ku balas kau bajingan, berani sekali kau melukai ku. Akan ku balas dengan melubangi kedua telapak tangan mu sekaligus jika kau berhasil ku temukan." Gumam Arkhan menahan geram.

Niat ingin melenyapkan Ayank malah berakhir dengan pergelangan tangan yang bolong. Sungguh mengesalkan, belum lagi semua barang nya tak satupun bersisa. Sungguh menambah daftar kemarahan dalam hati nya.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Jangan lupa rate, like n subscribe ya readers 🙏🤗😘

Apa kah pengorbanan Alex bisa di pertimbangkan untuk bisa kembali pada Ayank-Ayank ku? kita nantikan episode mini seri ini berikut nya🤗🤗😘😘

Tinggalkan komen yang banyak ya😚😚😚

Luv yuu kalian semua 🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰