Mendapati sang kekasih berselingkuh dengan kakaknya sendiri, Seruni patah hati. Pemuda yang telah melamarnya ternyata bukanlah pangeran berkuda putih yang hadir di dalam mimpi.
Kenanga, kakak yang terpaut usia lima tahun darinya ternyata begitu tega. Entah apa yang melatarbelakangi hingga gadis yang biasa disapa Anga itu jadi kehilangan hati nurani.
Seruni kecewa, hatinya patah. Impian yang dirangkainya selama ini hancur tak bersisa. Caraka yang dicinta menghempasnya bak seonggok sampah.
Nestapa itu terasa tak berjeda. Seruni yang putus cinta kembali harus menerima perjodohan yang tadinya ditujukan untuk Kenanga. Pria dewasa dari kota yang konon katanya putra pengusaha semen ternama.
Wisely Erkana Hutomo Putra, nama yang menawan. Rupa pun tergolong tampan. Akan tetapi, apakah duda tanpa anak itu adalah jodoh yang ditakdirkan Tuhan ... untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Menyelinap
Benar-benar melakukan niatnya, Wisely membawa pergi Seruni keluar dari acara pernikahan Kenanga dan Caraka setelah gadis itu mengangguk ragu. Keduanya menyelinap pergi dari tempat pernikahan, diam-diam memisahkan diri dari kerumunan orang-orang. Rintik air masih menghunjam bumi seakan menjadi saksi dua hati saling mengenali.
“Kita ke mana, Aa?” tanya Seruni sambil membenahi tatanan rambutnya yang berantakan terkena terpaan hujan. Mahkota kembang yang menghiasi pucuk kepala pun ikut rusak, kelopaknya luruh.
“Loh, kamu yang tahu daerah sini. Kenapa bertanya padaku?” Wisely balik bertanya.
Salah tingkah, Seruni tertunduk malu. Terkurung berdua di dalam mobil, rasa canggung menyelimuti. Sesekali diliriknya pria tampan yang tengah mencengkeram kemudi.
“Maksudku, Aa mau jalan ke mana?”
Wisely melirik gadis cantik di sebelahnya. Seruni sedikit berbeda dengan para wanita yang menemani hari-harinya selama ini. Kecantikan sederhana, sikap malu-malu menggemaskan, dan masih sedikit kampungan. Di awal jumpa, dia sempat menolak. Tegas tak menerima rencana perjodohan karena dunia mereka yang bak langit dan bumi. Namun, hari ini dia menemukan alasan lain untuk tetap bertahan. Bukan lagi sekadar takut dicoret dari status ahli waris.
Seruni manis, lumayan menarik, dan cantik yang khas. Gadis itu tak perlu make up tebal, gaun mahal, tetapi sanggup membuatnya terjungkal. Sesuatu yang tak dimiliki wanita-wanitanya selama ini. Apalagi saat rasa penasaran tumbuh dengan kisah masa lalu yang diam-diam didengarnya tak sengaja. Ada bias cemburu hadir.
“Jalan di mana yang enak?”
Seruni menggeleng.
“Mal?” tanya Wisely sembari melajukan mobil. Separuh fokus terbagi pada jalanan yang basah, sisanya terperangkap dalam pesona Seruni yang tak biasa.
“Mal sedikit jauh, Aa. Harus ke kota.”
“Tidak masalah, toh? Acara sampai malam dan kita bisa memanjakan diri.
Seruni tersentak. “Bapak dan Ibu, bagaimana?”
“Mereka tengah sibuk menyambut tamu. Tidak akan peduli pada kita. Jangan-jangan lupa.” Wisely menjawab santai. “Ke mana arahnya, jadi navigatorku hari ini.”
Tak mau banyak protes, Seruni menurut. Sudah terlanjur basah, maju atau mundur jadi serba salah.
“Kita beli baju ganti.”
“Hah!” Seruni terkejut. “Untuk siapa?” tanyanya memastikan. Pendengarannya menangkap ucapan Wisely kalau kalimat itu ditujukan untuknya. Akan tetapi, tetap saja dia harus memastikan.
“Untukmu. Memangnya kamu tidak malu berkebaya resmi seperti ini, lalu jalan ke mana-mana?” Wisely menjelaskan alasannya.
Seruni menggeleng lemah.
“Tapi, aku malu.” Wisely menambahi dan membuat Seruni cemberut. “Kamu cantik, tapi dandanan tidak sesuai tempat. Kita ke mal, cari pakaian ganti dan siap mengeksplorasi kota Bandung.” Laki-laki itu menjelaskan maksudnya, tanpa diminta. Bibir merengut milik sang calon istri cukup membuatnya mengerti telah terjadi salah paham di dalam benak Seruni.
Seruni mengukir senyuman malu-malu, pipinya bersemu saat dipuji Wisely.
Dasar gadis kampung. Mudah sekali dirayu. Tapi, dia terlihat berbeda karena itu. Jadi ada nilai tambah.
Di sisa perjalanan, keduanya memilih diam. Sepatah dua patah terdengar saat sang pengemudi menanyakan jalan. Keduanya dilanda canggung, diterpa kebingungan. Pertanyaan-pertanyaan beterbangan di benak keduanya, tetapi sulit untuk dieksekusi. Hingga akhirnya setelah hampir empat puluh menit berkendara, sepotong tanya meluncur dari bibir Wisely.
“Bagaimana bisa kekasihmu menikah dengan kakakmu?”
Seperti terkena ledakan kencang, Seruni terdiam dan membeku beberapa saat. Hal yang selama ini tak ingin diingatnya, diusik Wisely. Rasa sakit itu belum hilang, apalagi ketika melihat sepasang suami istri tengah bersanding mesra. Kecewa itu tak lagi bisa diungkapkan dengan kata. Akan tetapi sakitnya terasa menyiksa.
“Kak Anga ....”
Xixixi nyaman banget ya Ci di si hijau 😁..
Tapi semoga di manapun semoga sukses ya karyanya Ci...