Bocil dilarang keras mampir di sini. Bijaklah mencari bacaan. Dilarang komen negatif. Ini hanya sebuah cerita yang isinya hanya haluan, jadi jangan baper.
Karena pengkhianatan istrinya, Axel terluka, hingga luka itu mendarah daging. Memperegoki istrinya yang tengah bercinta dengan sahabatnya sendiri. Tak cukup sampai disitu, Hanna yang merupakan istrinya harus pergi selama-lamanya akibat perkelahian antar suami dan selingkuhannya.
Berimbas, Axel yang menjadi tersangka akan pembunuhan yang dilakukan sahabatnya sendiri. Axel mendekam selama 15 tahun di penjara. Saat terbebas, ia akan membalaskan dendamnya pada sahabat sekaligus pembunuh yang sebenarnya. Hasil dari perselingkuhan, hadirlah sosok wanita cantik yang menjadi incaran Axel untuk membalaskan dendamnya.
RANJANG PENGKHIANTAN (balas dendam)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode_034
Axel sibuk membongkar kamar anak gadisnya, ia mencari apa saja yang bisa menemukan kebradaan gadis itu. Saat itu juga, ia melihat ponsel Elle yang tergeletak di atas ranjang. Meraihnya dan menghubungi salah satu kontak di sana, dilihat dari panggilan terakhir.
Axel menghubungi nama Aletta di sana, terhubung tapi tak kunjung diangkat. "Ya, oma Yasmin. Mungkin Elle di sana," pikirnya. "Carla ...," teriak Axel.
"Ya, Tuan." Carla datang dengan tergopoh, napasnya memburu, "ada apa?" tanyanya dengan tersengal, dadanya turun naik.
"Cari nomor oma Yasmin, mungkin Elle pergi ke sana," titahnya, Axel memberikan ponsel Elle kepada Carla.
Carla menscrol nomor kontak, mencari nomor yang bisa terhubung dengan keluarga temannya. Carla berhasil menemukan nomor telepon rumah Aletta.
"Apa? Meninggal?" Carla terkejut saat mendengar kabar oma Yasmin meninggal, lalu merasa lega saat tahu Elle berada di sana. Tak lama, percakapan selesai.
"Bagaimana? Apa Elle di sana?" tanya Axel.
"Iya, tapi ada kabar duka," jawab Carla sedih, "oma Yasmin meninggal," sambungnya.
"A-apa?" Axel terkejut ditambah rasa penyesalan yang begitu dalam, ia sempat melarang Elle pergi untuk menemui wanita tua itu. Mungkin firasat Elle begitu besar sehingga dirinya ingin bertemu dengan Yasmin sebelum meninggal. "Aku harus menjemput putriku." Axel langsung keluar kamar, segera menuju kediaman Aletta.
_
_
_
"Daddy," ucap Elle setibanya Axel di sana. Elle masih tak bergeming, gadis itu tetap berdiri di anak tangga. Kecewa? Tentu iya Elle kecewa, pergi tanpa pamit dan memberinya kabar selama kepergiannya.
Axel menghampirinya, tapi Elle langsung mundur. "Kenapa? Kamu tidak suka Daddy datang untuk menjemputmu, hmm?" tanya Axel.
"Kenapa tidak memberiku kabar? daddy jahat sampai aku berpikir bahwa Daddy sedang bersama Bella," jelas Elle.
"Tidak, Daddy tidak bersamanya." Axel semakin mendekat, meraih tangan gadis itu, "pulang ya?" pintanya
Gadis itu mengangguk meski hatinya sedang kesal, tapi rasa rindunya jauh lebih besar. Entah, sepertinya Elle mulai ada hati sampai mengira kepergian Axel selalu dilibatkan dengan gadis bernama Bella.
"Pamit dulu sama Letta," kata Axel.
"Iya." Elle menemui Letta yang sedang bersama Zuran, duduk di taman belakang hanya berdua.
"Letta," panggil Elle. Letta membalikkan tubuh lalu tersenyum. "Aku pamit pulang, Ta."
"Gak jadi nginep?" tanya Zuran.
"Tidak, Kak. Daddy sudah menjemputku," jawab Elle.
"Hmm, baiklah." Letta beranjak dan ingin menemui Axel. "Uncle, aku titip Elle. Dia terus melamun karena Daddy-nya tidak memberi kabar, bila perlu Uncle setiap detik mengabarinya," kata Letta.
"Aletta," protes Elle, gadis itu menghentakkan kaki dengan manja dan bibirnya mengerucut.
"Iya, Uncel akan menghubunginya setiap waktu jika di luar rumah," jelas Axel terkekeh. Setelah pamit kepada keluarga Letta serta mengucapkan berbela sungkawa, Axel pun pergi dan membawa Elle kembali ke rumah.
* * *
"Kenapa Daddy tidak memberiku kabar? Sesibuk itu sampai tidak ada waktu untukku?" tanya Elle yang sudah berada di dalam mobil menuju pulang.
"Maaf," sesal Axel
"Semudah itu meminta maaf?" Elle mendelikkan mata.
"Lalu Daddy harus apa? Berlutut di depanmu sambil meminta maaf begitu?"
"Ya, aku rasa itu ide yang tidak buruk. Selama Daddy salah, Daddy harus terus meminta maaf padaku."
"Iya, maafkan, Daddy." Axel menarik tubuh anak gadisnya ke dalam dekapannya, mencium pucuk rambut gadis itu dengan dalam.
"Daddy melupakan sesuatu?" Elle mendongakkan wajah.
"Melupakan apa?"
"Tuh 'kan, Daddy benar-benar lupa," Elle semakin kesal. Axel tidak mungkin lupa apa yang ditanyakan oleh gadis itu, hari ulang tahun Elle tidak mungkin lupa, karena itu hari yang ditunggu-tunggu.
Akan ada kejutan untuk Elle saat usianya pas 17 tahun. Apa lagi tentang Leo yang sudah mengendus keberadaan Elle yang sebagai putrinya. Axel akan mempergunakan waktu sebaik mungkin, tidak peduli dengan umur Elle yang masih berada di bawah 18 tahun, ia sudah nekat dan membulatkan hati.
Sekarang hanya menumggu hari H itu tiba, tinggal beberapa hari lagi Elle genap 17 tahun, itu artinya dirinya bebas akan melakukan apa pun pada gadis itu, pikirnya.
