NovelToon NovelToon
Pewaris Sistem Kuno

Pewaris Sistem Kuno

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Spiritual / Sistem / Kultivasi Modern
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ali Jok

Jaka, pemuda desa yang tak tahu asal-usulnya, menemukan cincin kuno di Sungai Brantas yang mengaktifkan "Sistem Kuno" dalam dirinya.

Dibimbing oleh suara misterius Mar dan ahli spiritual Mbah Ledhek, ia harus menjalani tirakat untuk menguasai kekuatannya sambil menghadapi Bayangan Berjubah Hitam yang ingin merebut Sistemnya.

Dengan bantuan Sekar, keturunan penjaga keramat, Jaka menjelajahi dunia gaib Jawa, mengungkap rahasia kelahirannya, dan belajar bahwa menjadi pewaris sejati bukan hanya tentang kekuatan, tetapi tentang kebijaksanaan dan menjaga keseimbangan dunia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ali Jok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTEMPURAN UNTUK BUMI

Pertempuran dimulai dengan ledakan cahaya yang membutakan. Tiga kapal Pemburu muncul di atas laboratorium, bentuknya seperti kalajengking logam raksasa dengan senjata energi yang sudah mengarah ke kami. Suara gemuruh mesin mereka mengguncang tanah, membuat dedaunan di pepohonan sekitar berguguran.

"Mereka di sini!" teriak Elara, saat sistem peringatan berbunyi nyaring memecah kesunyian malam. Wajahnya yang biasanya tenang sekarang menunjukkan ketegangan yang dalam.

Banaspati langsung meluncur ke udara, sayap apinya membentang lebar menutupi bulan purnama. "Jangan ada yang menyentuh Bumi! Ini peringatan terakhir!" suaranya menggema dalam kesadaran kami semua, penuh amarah yang terkendali.

Kapal Pemburu menembakkan sinar energi hijau yang memancarkan suara mendesis mengerikan, tapi Banaspati dengan cepat membentuk perisai api yang menyerap serangan itu. Suara desisan keras memekakkan telinga saat energi asing bertemu dengan kekuatan api tradisional Bumi, menciptakan percikan cahaya seperti kembang api raksasa.

"Generasi Keempat, aktifkan pertahanan maksimal!" perintahku, merasakan sistem dalam diriku bangun sepenuhnya. Aliran energi mengalir deras melalui seluruh tubuhku, seperti sungai yang meluap setelah hujan lebat.

Lapisan energi biru muda menyelimuti laboratorium dan area sekitarnya, menciptakan kubah pelindung yang berkilauan seperti gelembung sabun raksasa. Tapi kapal Pemburu terus menembak tanpa henti, setiap hantaman membuat kubah bergetar hebat dan menimbulkan riak-riak energi yang terlihat jelas di udara.

Sekar sudah mengambil posisi di dekat sungai kecil di samping laboratorium, tangannya mengendalikan aliran air dengan presisi sempurna. "Aku akan coba lumpuhkan sistem senjata mereka! Air bisa merusak sirkuit elektronik mereka!" teriaknya sambil memutar kedua tangannya, membentuk pusaran air yang semakin besar.

Air membentuk pusaran raksasa setinggi tiga puluh meter, menyerang kapal terdepan dengan kekuatan yang menghancurkan. Tapi teknologi Pemburu terlalu canggih, perisai kapal langsung menguapkan air sebelum menyentuh bodinya, menciptakan awan uap putih yang menyelimuti area pertempuran.

Mbah Ledhek mulai bersembunyi di tengah lingkaran simbol-simbol energi tradisional yang digambarnya di tanah, suara mantranya bergema menyatu dengan gemuruh pertempuran. "Kita butuh pendekatan berbeda! Energi mereka terlalu teknologis! Kita harus serang dengan sesuatu yang tidak bisa mereka pahami, energi spiritual!"

Elara dan timnya mengaktifkan perangkat teknologi galaksi mereka, memproyeksikan bidang energi hijau yang memperlambat serangan Pemburu. "Kami bisa memperlambat mereka, tapi tidak menghentikan!" teriak Elara sambil berusaha menstabilkan perangkatnya yang bergetar hebat. "Mereka memiliki sistem pertahanan adaptif yang belajar dari setiap serangan kita!"

Salah satu kapal Pemburu berhasil menerobos pertahanan, meluncurkan drone tempur kecil yang langsung menyerang laboratorium. Kaca-kaca jendela pecah berantakan, dan beberapa peralatan meledak mengeluarkan percikan listrik. Asap hitam mulai mengepul dari bagian barat laboratorium.

"Mereka menargetkan sistem energi utama!" lapor Mar dengan urgensi. "Jika generator utama hancur, kubah pertahanan akan kolaps dalam 3 menit!"

Aku merasakan kemarahan membara dalam dadaku. Ini bukan hanya tentang laboratorium orang tuaku, ini tentang Bumi, tentang semua orang yang kukasihi, tentang Bu Parmi yang sedang tidur nyenyak di desa, tentang semua makhluk tak bersalah yang tidak tahu apa-apa tentang pertempuran kosmik ini.

"Cukup!" teriakku, mengangkat kedua tangan ke langit. Generasi Keempat merespons dengan segera, menarik energi dari seluruh sistem Bumi dari angin yang berhembus, dari air yang mengalir, dari tanah yang kokoh, bahkan dari setiap makhluk hidup yang bernapas. Aku bisa merasakan denyut kehidupan planet ini mengalir melalui diriku.

Cahaya putih menyilaukan memancar dari tubuhku, membentuk sosok raksasa setinggi dua puluh meter yang mirip dengan wujudku tapi terbuat dari energi murni. Untuk pertama kalinya, aku benar-benar menyatu dengan sistem warisan orang tuaku tanpa keraguan, tanpa takut. Aku menjadi jembatan antara Bumi dan langit, antara yang duniawi dan yang kosmik.

"Keluarkan semua kemampuan kalian!" teriakku pada tim, suaraku sekarang bergema dengan kekuatan yang bukan sepenuhnya milikku. "Bersatu! Kita tunjukkan arti sebenarnya dari kekuatan yang bersatu!"

Sekar mengerahkan semua kekuatan airnya, menciptakan sungai di angkasa yang berkilauan biru. Banaspati mengeluarkan api terkuatnya, membentuk naga api yang mengaum. Mbah Ledhek menyempurnakan mantra-mantra kunonya, energi emas spiritual memancar kuat. Elara dan tim mengerahkan teknologi galaksi mereka, cahaya perak berkilauan. Mar menganalisis setiap celah kelemahan musuh dengan presisi sempurna dan semua kekuatan ini menyatu dengan energiku.

Terbentuklah pusaran energi multicolor yang indah namun mematikan. Warna biru air Sekar, merah api Banaspati, emas spiritualitas Mbah Ledhek, perak teknologi Elara, dan putih energiku—semua berputar bersama dalam harmoni sempurna, menari-nari di angkasa seperti lukisan hidup yang paling indah.

Pusaran itu menyapu kapal-kapal Pemburu dengan kekuatan yang tidak terbendung. Perisai mereka retak seperti kaca, sistem senjata meleleh seperti mentega, dan akhirnya, dengan ledakan dahsyat yang mengguncang seluruh wilayah, ketiga kapal hancur berkeping-keping menjadi partikel-partikel energi yang kemudian diserap oleh Bumi.

Kami semua terjatuh ke tanah, kehabisan energi. Napas tersengal-sengal, tubuh lemas, tapi kami berhasil. Kemenangan itu terasa pahit manis, kami selamat, tapi dengan harga yang mahal.

Beberapa jam setelah pertempuran, keheningan yang menakutkan masih menyelimuti area. Asap mengepul dari reruntuhan kapal Pemburu, dan laboratorium mengalami kerusakan parah. Bangunan yang dulu menjadi tempat orang tuaku bekerja sekarang sebagian hancur, dengan dinding retak dan peralatan berantakan.

"Laporan... kerusakan," desis Mar, suaranya terputus-putus seperti sinyal lemah. "Sistem energi... rusak berat. Generator utama... hancur 70%. Tapi... kita selamat. Itu yang penting."

Sekar berdiri dengan susah payah, wajahnya penuh debu dan keringat. Sehelai rambutnya terlepas dari ikatannya, jatuh menutupi mata yang masih menunjukkan sisa-sisa ketakutan. "Kita... berhasil? Aku hampir tidak percaya..." Tangannya masih gemetar saat menyibak rambut dari wajahnya.

Banaspati terbaring di tanah dekat reruntuhan, api di tubuhnya nyaris padam, hanya menyisakan bara kecil yang berkedip-kedip lemah. "Mereka... kuat sekali. Lebih kuat dari yang kubayangkan. Tapi kita lebih kuat... karena kita bertindak sebagai satu kesatuan." Suaranya lemah tapi penuh kebanggaan.

Elara dan timnya sedang memeriksa reruntuhan kapal musuh dengan perangkat scanner mereka. "Kita harus bersiap," katanya dengan serius sambil memandangi data yang muncul di layar perangkatnya. "Ini baru unit pengintai. Yang lain akan datang, dan mereka akan lebih siap. Pemburu tidak pernah menyerah setelah satu kekalahan."

Mbah Ledhek sedang merapal mantra penyembuhan, energi hijau lembut menyembuhkan luka-luka kami yang berdarah. "Pertempuran ini baru permulaan, anak-anak. Tapi kita telah membuktikan bahwa Bumi punya pelindung yang layak." Matanya yang bijak memandang kami satu per satu, penuh keyakinan.

Aku masih merasakan getaran energi di seluruh tubuhku, seperti aliran listrik yang tidak bisa berhenti. Penyatuan dengan Generasi Keempat tadi meninggalkan rasa yang aneh, seperti bagian dari diriku yang hilang telah ditemukan, tapi sekaligus seperti ada sesuatu yang berubah selamanya dalam diriku. Aku tidak lagi sama dengan pemuda yang dulu menemukan cincin di sungai.

"Mar," panggilku lemah sambil berusaha duduk. "Apa dampak pertempuran tadi pada Bumi? Apakah kita menyebabkan kerusakan yang tidak bisa diperbaiki?"

"Menganalisis..." beberapa detik kemudian Mar menjawab, "Energi pertempuran tadi mempengaruhi medan magnet Bumi secara lokal, tapi tidak dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Yang lebih penting... kita memancarkan sinyal yang lebih kuat sekarang. Semua di galaksi akan tahu Bumi punya pewaris sistem yang mampu Menghancurkan armada Pemburu."

Itu berarti masalah kita baru saja berlipat ganda. Tapi melihat sekeliling pada timku, yang masih hidup, masih berdiri, masih bersatu meski semuanya berantakan,baku tahu kita bisa menghadapi apa pun yang datang.

Kami mungkin terluka, laboratorium mungkin rusak, tapi semangat kami tidak patah. Pertempuran untuk Bumi baru saja dimulai, dan kami sudah membuktikan bahwa kami layak bertarung. Kami bukan lagi sekelompok individu dengan kemampuan masing-masing, tapi sebuah tim yang menyatu dalam tujuan dan jiwa.

Dan seperti biasa dalam hidupku, meski semuanya berantakan dan masa depan tidak pasti, ada satu hal yang tetap jelas, aku tidak sendirian. Keluarga baruku yang terdiri dari manusia, makhluk gaib, AI, dan sekutu galaksi akan menghadapi semua ini bersama.

Tapi pertama-tama, kami butuh waktu untuk memulihkan diri dan membangun kembali. Karena seperti kata Mbah Ledhek, pertempuran terbesar biasanya datang setelah kemenangan pertama. Dan kami akan siap, dengan semua pelajaran yang kami dapat dari pertempuran malam ini.

Saat fajar mulai menyingsing, menerangi kerusakan yang ditinggalkan pertempuran, aku berdiri dan mengulurkan tangan pada yang lain. "Mari kita mulai memperbaiki semuanya. Bumi layak diperjuangkan, dan kita adalah pejuangnya."

1
ShrakhDenim Cylbow
Ok, nice!
Walaupun latar belakangnya di Indonesia, tapi author keren gak menyangkut-pautkan genre sistem dengan agama🤭
ShrakhDenim Cylbow: Bagoos💪
total 2 replies
Marchel
Cerita yang bagus lanjutkan kak..
Ali Asyhar: iyaa kak terimakasih dukungannya
total 1 replies
Ali Asyhar
semoga cerita ini membuat pembaca sadar bahwa mereka penting untuk dirinya
T A K H O E L
, , bagus bro gua suka ceritanya
bantu akun gua bro
Ali Asyhar: oke bro
total 5 replies
Ali Asyhar
otw bro
Vytas
semangat up nya bro
Vytas
mampir juga bro,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!