Hulya Millicent harus terjebak dalam obsesi cinta seorang bos mafia. Dia bahkan tidak tahu kalau dirinya telah dinikahi oleh sang mafia semenjak usianya baru 18 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 38 : Konspirasi Dendam
...•••Selamat Membaca•••...
Suara langkah kaki terdengar jelas di lorong kantor, Dexter dengan langkah tegap memasuki ruangan, sebelum pernikahannya dengan Alicia, dia memastikan terlebih dahulu pekerjaannya aman dan terkendali. Dexter duduk di kursi kebesarannya itu, beberapa helai kertas siap untuk ia tanda tangani.
Ketika membuka laci meja, Dexter melihat satu foto Hulya tersimpan rapi, dia mengambil foto tersebut dan menatapnya dengan lekat. Hulya tersenyum sangat manis sambil dirangkul oleh Dexter dengan latar pantai yang begitu indah.
“Aku tidak tahu kenapa, kau benar-benar membekas di hatiku, aku tahu kalau ini sangat salah. Kau wanita yang sangat aku cintai, tapi hubungan kita tampaknya begitu mustahil,mengingat besarnya rasa cintamu pada Marchel.” Dexter memeluk foto itu, air mata yang menggenang kini tumpah, dengan cepat dia hapus agar tidak ada yang tahu kalau dia menangis.
Dexter kembali fokus pada pekerjaan, ponselnya berdering, ia menatap layar itu sebentar lalu mengangkat panggilan dari orang kepercayaannya.
“Iya, ada apa?” tanya Dexter sambil terus menatap berkas yang ada di depan matanya.
Ekspresi wajah Dexter seketika berubah ketika mendengar penjelasan dan informasi dari seberang sana, dia mengepalkan tangan membentuk tinju sehingga buku-buku jarinya memutih, rahang tegas itu mengeras dan nafasnya mulai memburu seakan siap menerkam siapa saja yang ada di hadapannya.
“Terus pantau dia, aku tidak ingin dendam yang selama ini aku pendam tidak terbalaskan. Setiap langkahnya harus kau awasi.” Setelah berkata demikian, Dexter terlihat tegang, segera dia menuju mansion dan meninggalkan semua pekerjaannya.
Dexter yang baru saja sampai di mansion langsung mencari Alicia dengan sorot mata penuh amarah. Dia bergegas ke dalam kamar dan wanita itu sedang mengarahkan pistol pada Dexter seakan memang sudah tahu kalau Dexter akan marah besar.
“Damn it! Alicia, berani kau melakukan ini hah? Kau tidak lupa bukan, kau mencari masalah dengan orang yang salah,” ujar Dexter penuh penekanan, dia benar-benar kesal dengan wanita yang tengah mengandung benihnya itu.
“Aku tidak sedang mencari lawan, menyingkir dari jalanku sebelum peluru ini menembus dadamu,” sahut Alicia dengan santai lalu, Dor! Satu peluru melesat di lengan Dexter.
“Fuck.” Dexter memegangi lengannya yang tertanam satu peluru.
“Brengsek, Pelacur sialan,” umpat Dexter dengan nada rendah sambil memegangi lengannya yang luka.
...***...
“Bagus sekali, hm apa bertukang adalah hobi barumu tuan mafia?” Hulya begitu takjub melihat dekorasi kamar yang telah dia buat untuk calon anak mereka.
“Apa kamu suka?” tanya Marchel sembari merangkul pinggang sang istri.
“Sangat suka, kamu benar-benar mengerti seleraku ya.”
“Jelas, apapun mengenai dirimu, aku tahu sayang.” Marchel mencium gemas pipi Hulya.
Hulya melangkah maju, melihat dekorasi kamar yang telah disiapkan oleh Marchel, kamar anak bernuansa biru laut dengan pernak pernik lautan.
“Boleh aku menambahkan sesuatu?” kata Hulya.
“Tentu.”
“Tunggu ya.”
Hulya keluar dari kamar itu lalu mengambil sebuah figura besar dan membawanya ke dalam kamar calon anak mereka, Marchel bingung dengan apa yang di bawa Hulya.
“Itu apa sayang? Lukisan?” tanya Marchel karena apa yang dibawa Hulya masih tertutup.
“Mari kita lihat ya.” Hulya merobek pembungkus figura tersebut dan menampilkan foto Marchel yang terlihat sangat tampan dengan balutan pakaian formal yang begitu tegas.
“Kapan kamu mencuci foto ini?” tanya Marchel dengan tatapan berbinar.
“Sebulan yang lalu dan aku simpan di kamar kita, sengaja aku tidak memberi tahumu.”
“Lalu? Kenapa harus di pajang di sini?”
“Karena anak kita nantinya adalah laki-laki, aku yakin kalau dia sangat mirip denganmu, jadi aku akan pajang foto ini di kamarnya, supaya dia bisa melihat kamu setiap saat dan bilang, ‘ternyata ketampananku berasal dari daddy-ku sendiri.’ dan aku akan beritahu dunia kalau aku punya dua pelindung nantinya, kamu dan anak kita,” ujar Hulya dengan semangat, Marchel begitu terharu dengan apa yang dikatakan oleh istrinya, dia menghapus cepat air mata yang menetes lalu memeluk Hulya.
“Terima kasih sayang, kau sangat istimewa bagiku.” Marchel mengecup lama kepala Hulya, menangkup wajah cantik itu lalu menciuminya.
Marchel memajang foto besar itu sesuai dengan arahan Hulya dan kini kamar tersebut terlihat begitu sempurna, Marchel juga memajang beberapa foto Hulya mulai dari yang kecil hingga yang besar.
“Kamar ini menjadi saksi betapa bahagianya keluarga kecil kita dan kamar ini juga akan menjadi tempat ternyaman bagi anak kita nantinya.”
“Iya Hulya, betapa bahagianya keluarga kecil kita ini.”
Mereka keluar dari kamar itu, menguncinya dan memilih untuk bersantai di halaman belakang, menikmati udara sore yang cerah dan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah.
“Kamu tidak akan berpaling dariku kan Marchel?” tanya Hulya tiba-tiba yang membuat Marchel langsung menoleh padanya.
“Kalau aku berpaling, ya mungkin dari dulu-dulu, kenapa aku harus membuang energi untuk menculikmu.”
“Aku hanya takut, aku tidak mau ketakutanku malah menjadi kenyataan.”
“Aku mencintaimu Hulya, aku sangat mencintaimu, tidak ada yang bisa menggantikan kamu di hatiku dan tidak ada wanita lain yang ingin aku sentuh selain dirimu,” tekan Marchel.
“Oh ya, hm kalau itu aku percaya.” Hulya terkekeh, begitu pula dengan Marchel.
...***...
“Kenapa kau sangat ingin menyakiti Hulya hah? Padahal dia itu adikmu sendiri,” tanya Dexter yang saat ini telah berhasil melumpuhkan Alicia.
Alicia membulatkan matanya dengan sempurna, dia tidak menyangka kalau Dexter mengetahui semua ini.
“Kau tahu?” Dexter tertawa lepas, dia benar-benar menatap Alicia bagaikan wanita bodoh.
“Aku sangat tahu kau siapa, kau pikir aku tidak tahu hah? Pertemuan awal kita memang sudah kau rancang dan kau meminta untuk ke Las Vegas bukan karena kau suka tapi karena kau bisa memantau Hulya melalui antek-antek bodohmu itu. Semua cerita mengenai keluargamu hanyalah karangan semata untuk menarik simpatiku dan yang selalu memerasmu itu adalah keluarga palsu yang sengaja kau sewa untuk melindungi identitasmu, benarkan?” Alicia benar-benar terkejut, apa yang telah dia susun selama ini ternyata diketahui oleh Dexter.
“Siapa kau sebenarnya?” tanya Alicia pada Dexter.
“Aku adalah orang yang akan membunuh Amar. Kau, Hulya dan Aarav adalah keturunan Amar yang membuat diriku pusing.” Plak! Satu tamparan melayang di pipi kiri Alicia sehingga darah mengalir di sudut bibirnya.
“Berarti kita memiliki dendam yang sama, kita bisa bekerja sama Dexter, aku memang sengaja ingin mendekatimu untuk membantuku menjalankan rencana ini.”
“Aku tidak suka bekerja sama dengan siapapun untuk menyelesaikan dendam ini, sangat disayangkan kalau kau terlalu menaruh harapan padaku,” balas Dexter dengan nada tegas dan dingin.
“Kita bisa menghancurkan Amar bersama.”
“Aku akan menghancurkan dia sendiri.”
“Berarti kau akan mengkhianati Hulya? Dengan kau membunuh Amar, sudah pasti kau akan di cap sebagai seorang pembunuh oleh Hulya.”
“Aku sangat tahu isi kepalamu, kau akan membalaskan dendammu melalui Hulya kan?”
“Bukankah kau juga?”
“Aku memiliki dendam pada Amar bukan pada putrinya, aku memiliki prinsip yang berbeda denganmu.”
“Maksudmu?”
“Jika balas dendam, aku akan membalaskan tepat pada sasaran. Aku tidak suka sesuatu yang melenceng dari dendamku, jadi tujuanku bukanlah Hulya,” tegas Dexter.
...•••BERSAMBUNG•••...