Di kehidupan sebelumnya, Nayla hidup dalam belenggu Adrian.
Tak ada kebebasan. Tak ada kebahagiaan.
Ia dipaksa menggugurkan kandungannya, lalu dipaksa mendonorkan ginjalnya kepada saudari kembarnya sendiri—Kayla.
Ia meninggal di atas meja operasi, bersimbah darah, dengan mata terbuka penuh penyesalan.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua.
Di kehidupan ini, Nayla bersumpah: ia tidak akan jatuh di lubang yang sama.
Ia akan membuka topeng dua manusia berhati busuk—mantan kekasih dan saudari tercintanya.
Namun kali ini... apakah ia bisa menang?
Atau akan ada harga baru yang harus ia bayar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julie0813, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Interogasi
Begitu berkata, Rayyan langsung berdiri, merapikan pakaiannya, dan melangkah menuju pintu. Meskipun wajahnya tampak tenang seperti air, hatinya sudah kalut tak karuan melihat sikap Adrian yang sedingin es. Namun, pria yang berdiri di belakangnya menekan pundaknya dan memaksanya kembali duduk.
“Adrian, apa maksudmu ini? Cepat lepaskan aku! Kita tidak pernah saling ganggu. Kalau kau berani macam-macam, jangan salahkan aku kalau kau akan menyesal!” Rayyan mulai panik. Ia tak tahu apa tujuan Adrian, namun ia punya firasat buruk—mungkin Adrian sudah tahu soal kejadian itu.
Biasanya Rayyan tak akan seberani ini di hadapan Adrian. Pria itu terlalu menakutkan. Bukan hanya karena kejeniusannya dalam bisnis, tapi juga karena caranya menyelesaikan masalah yang kejam dan tanpa ampun. Siapa pun yang berani menyinggungnya, pasti akan menanggung akibat yang sangat berat.
Namun, kalau Adrian memang sudah tahu soal Nayla yang menjadi korban, dan Rayyan tak segera mengambil alih tanggung jawab, yang akan jatuh adalah Kayla. Itu adalah hal terakhir yang Rayyan ingin lihat terjadi. Lagi pula, bisnis keluarga Rayyan dan keluarga Adrian berada di ranah yang sama sekali berbeda. Adrian bahkan jika marah pun, seharusnya tak akan menyeret keluarganya.
Adrian memanggil Rayyan dengan sebutan “Tuan” sudah cukup menghormati, tapi Rayyan malah bersikap keras padanya. “Jaga mulutmu!” Salah satu anak buah Adrian hampir saja menghajarnya karena merasa Rayyan telah lancang, namun Adrian mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk berhenti.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Adrian melambaikan tangan ke belakang. Seorang pria besar segera memberi perintah, “Bawa orang itu masuk.”
“Masuk!” Seseorang didorong masuk ke dalam ruangan. Meski di tubuhnya tak terlihat satu pun luka, tubuhnya gemetar hebat.
Saat Rayyan melihat pria itu, detik itu juga ia sadar—rencana Kayla telah gagal. Wajahnya sempat membeku sejenak, namun dengan cepat ia menguasai diri dan kembali bersikap biasa.
Namun perubahan sekecil itu pun tetap tak luput dari mata Adrian.
“Tuan Rayyan, coba lihat baik-baik, apakah kau kenal orang ini?” Adrian bertanya dengan nada santai.
“Kau bercanda? Apa ini bentuk penghinaan padaku? Orang macam ini? Apa aku terlihat seperti seseorang yang akan bergaul dengan jenis seperti dia?” Rayyan menjawab dengan nada marah dan penuh penghinaan.
“Tenang saja, Tuan Rayyan. Kami hanya bertanya. Kalau memang tidak kenal, ya sudah,” ujar Adrian sambil memainkan ponselnya, suaranya datar tapi penuh tekanan.
Rayyan nyaris tak percaya bahwa Adrian begitu saja melepasnya. Tapi dalam hati, ia akhirnya bisa bernapas sedikit lega. Aura Adrian terlalu menakutkan, seolah setiap kata yang ia ucapkan adalah vonis.
“Kalau Tuan Rayyan bilang tidak kenal orang ini, lalu untuk apa dia masih hidup? Seret dia keluar dan bereskan!” Adrian tiba-tiba mengangkat kepala, lalu berkata dengan suara dingin pada pria di sebelah Rayyan—seolah menyuruh mereka menyingkirkan orang itu untuk selamanya.
Permainan psikologis yang dimainkan Adrian kali ini benar-benar luar biasa.
Ia lebih dulu membuat orang merasa tenang, lalu tiba-tiba memberi tekanan yang mengejutkan—seperti membunuh ayam untuk menakuti monyet—agar lawan panik dan tanpa sadar memperlihatkan wajah aslinya.
Rayyan pun tak luput dari jebakan itu. Ia begitu syok hingga wajahnya seketika memucat.
Meskipun Rayyan berasal dari kalangan yang sama dengan Adrian dan tentu pernah mendengar bisik-bisik tentang metode kotor di balik dunia bisnis kelas atas, namun ia sendiri belum pernah benar-benar menghadapinya secara langsung. Sebagai anak bungsu kesayangan dalam keluarga Rayyan, kedua orang tuanya selalu merasa bahwa Rayyan masih terlalu muda. Mereka berniat membimbingnya perlahan seiring waktu.
Namun tak disangka, kali ini Rayyan justru menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam masalah yang serius. Serangan Adrian yang begitu mendadak benar-benar mengguncang mentalnya.
Langkah yang diambil Adrian kali ini—berhasil membuat Rayyan benar-benar ketakutan.