NovelToon NovelToon
CEO DINGIN

CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kaya Raya / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat / Pembantu
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Arlena, gadis muda yang dipaksa menikah oleh keluarganya.
Arlena menolak dan keluarganya langsung mengusir Arlena
Arlena akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah demi mencari arti kebebasan dan harga dirinya.
Dikhianati dan dibenci oleh orang tuanya serta dua kakak laki-lakinya, Arlena tak punya siapa pun... sampai takdir membawanya ke pelukan Aldric Hartanto — seorang CEO muda, sukses, dan dikenal berhati dingin.

Ketika Aldric menawarkan pekerjaan sebagai pelayan pribadinya, Arlena mengira hidupnya akan semakin sulit. Tapi siapa sangka, di balik sikap dingin dan ketegasannya, Aldric perlahan menunjukkan sisi yang berbeda — sisi yang membuat hati Arlena berdebar, dan juga... takut jatuh cinta.

Namun cinta tak pernah mudah. Rahasia masa lalu, luka yang belum sembuh, dan status yang berbeda menjadi tembok besar yang menghalangi mereka. Mampukah cinta menghangatkan hati yang membeku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Saat layar televisi menampilkan siaran langsung konferensi pers Tuan Maxim di mana Arlena berdiri anggun di samping Aldric dan diperkenalkan sebagai putri kandung keluarga Maxim Hendricko sekaligus calon istri Aldric — Leona terpaku.

Tangannya yang semula memegang cangkir kopi tiba-tiba gemetar.

Cangkir itu jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping, menciptakan suara tajam yang tak mampu menyamai rasa tercabik dalam dadanya.

“TIDAK!!!” jeritnya, memecah keheningan ruangan apartemen mewah yang kini terasa seperti neraka bagi dirinya.

Dengan mata merah penuh amarah dan dada yang bergemuruh, Leona bangkit dan melangkah cepat menuju kamarnya.

Matanya liar, napasnya tak teratur dan begitu sampai di dalam kamar, ia menendang pintu lemari, membuka laci dengan kasar, lalu...

Braak!

Ia membalikkan meja rias, menjatuhkan semua parfum, perhiasan, dan bingkai foto yang ada. Gaun-gaun mahal yang pernah ia kenakan saat mendampingi Aldric ia tarik dari gantungan dan melemparkannya ke lantai.

Ia menginjak-injaknya dengan sepatu hak tinggi yang masih menempel di kakinya.

"Seharusnya aku yang berdiri di sana!" raungnya.

Tangannya meraih bingkai foto dirinya bersama Aldric salah satu kenangan saat mereka masih dekat dulu.

Dengan emosi yang meledak-ledak, ia melempar bingkai itu ke dinding hingga pecah.

“Kau pilih dia? Gadis miskin yang dulu cuma pelayan?!”

Air mata tumpah tanpa bisa dikendalikan, tapi itu bukan tangisan duka melainkan tangisan dendam dan harga diri yang terluka.

“Jika permainan ini belum selesai, maka aku tidak akan kalah begitu saja.”

Ia berjalan ke arah laci rahasia di sudut kamar, mengeluarkan sebuah folder berisi dokumen dan foto lama.

Wajah Arlena dalam foto itu ditatapnya tajam.

“Kau mungkin sudah jadi putri orang kaya sekarang, Arlena Tapi setiap orang punya masa lalu. Termasuk kamu.”

Malam itu, kamar Leona hancur berantakan, tapi niat di hatinya justru mulai dibangun dengan sesuatu yang jauh lebih berbahaya dendam yang membara.

Dengan mata masih sembab dan tangan gemetar penuh amarah, Leona meraih ponselnya yang tergeletak di meja.

Layarnya retak, namun masih berfungsi dan membuka aplikasi pemesanan tiket pesawat dengan jari-jari yang bergerak cepat, ia mengetik:

“Jakarta – Singapura. Keberangkatan tercepat.”

Beberapa detik kemudian, layar menampilkan penerbangan paling awal pukul 06.45 pagi esok hari.

Tanpa ragu, ia memilih kursi kelas bisnis, memasukkan data pribadi, dan menekan tombol:

“Pesan Sekarang.”

Bunyi notifikasi terdengar. Tiket berhasil dipesan.

“Tunggu aku, Arlena.” ucapnya lirih namun penuh ancaman.

Ia menutup ponselnya dan berjalan ke lemari kecil di sudut kamar, menarik koper berwarna hitam.

Satu per satu, ia memasukkan pakaian-pakaian elegan ke dalam koper, disusul riasan, paspor, dan beberapa dokumen penting.

Leona berdiri di depan cermin sambil menyisir rambutnya, kali ini dengan ekspresi yang tenang namun matanya menyimpan badai.

"Kau mungkin punya cinta, Arlena. Tapi aku punya rencana."

Malam itu, Leona tak tidur dan tidak menanti pagi, menanti waktu di mana ia akan menginjakkan kaki di Singapura bukan untuk liburan untuk berdamai, tetapi untuk mengguncang dunia kecil yang kini dimiliki oleh Arlena.

Sementara itu, di sebuah butik eksklusif di pusat kota Singapura, suasana penuh kehangatan dan kegembiraan menyelimuti ruangan bernuansa putih lembut dengan sentuhan emas.

Aldric menggandeng tangan Arlena dengan senyum tak lepas dari wajahnya.

“Hari ini, kamu harus mencoba beberapa gaun pengantin. Aku ingin melihat yang paling cocok untuk calon istriku,” ucapnya lembut, menatap mata Arlena dengan hangat.

“Kamu serius mau melihat semua?” tanyanya ragu.

“Semua. Sampai aku menemukan yang bikin aku nggak bisa bernapas karena kamu terlalu cantik,” jawab Aldric menggoda.

Seorang desainer butik menghampiri dengan deretan gaun indah.

“Nona Arlena, kami telah menyiapkan beberapa pilihan terbaik. Silakan mulai dari yang ini dulu.”

Arlena masuk ke ruang ganti, dan tak lama kemudian keluar dengan gaun pertama potongan A-line, rendah halus, dan detail payet di bagian lengan. Aldric terpaku sesaat, lalu menggeleng pelan.

“Cantik, tapi belum bikin aku lupa cara bicara.”

Gaun demi gaun ia coba dan ada yang berpotongan duyung, ada yang dengan ekor panjang menjuntai, ada pula yang simpel dan anggun.

Setiap kali Arlena keluar dari ruang ganti, Aldric berdiri, memberi pujian, mengangguk, kadang tertawa kecil saat Arlena berputar malu-malu.

Hingga akhirnya, Arlena keluar dengan gaun putih off-shoulder, rok mengembang dengan detail sulam bunga yang elegan.

Sebuah veil panjang mengalir dari sanggulnya yang sederhana.

Aldric terdiam dan wajahnya berubah serius. Ia berdiri, mendekat, dan menyentuh tangan Arlena.

“Ini dia gaun itu. Kamu terlihat seperti mimpi yang jadi kenyataan,” ucapnya pelan.

“Apa kamu yakin menikahi seorang gadis seperti aku?”

Aldric tersenyum, menggenggam tangannya lebih erat.

“Aku tidak hanya yakin, aku bersyukur. Karena Tuhan mempertemukan aku denganmu gadis kuat yang mengajarkan aku arti cinta yang sesungguhnya.”

Keduanya saling menatap, penuh haru dan cinta. Di luar jendela, cahaya senja mulai turun, menyoroti siluet mereka yang berdiri di tengah kebahagiaan, tak menyadari bahwa di balik senyum itu badai kecil tengah menuju mereka, perlahan namun pasti.

Setelah sesi mencoba gaun pengantin yang penuh tawa dan keharuan, Arlena dan Aldric mengakhiri hari mereka dengan penuh senyum.

Mobil mengantar mereka kembali ke kediaman keluarga Maxim, tempat Arlena sementara tinggal bersama orang tuanya.

Saat mobil berhenti di depan pintu gerbang besar yang dijaga ketat, Aldric menoleh ke arah Arlena yang duduk di sampingnya. Gadis itu tampak kelelahan namun bahagia, dengan mata yang masih bersinar penuh harapan.

"Aku antar kamu sampai sini saja, ya. Besok pagi aku jemput lagi,” ucap Aldric, mencoba menyembunyikan rasa berat di hatinya.

Arlena menatapnya, tersenyum lembut. “Terima kasih untuk hari ini dan untuk semuanya.”

Aldric membalas senyuman itu, lalu menunduk sebentar dan mengecup punggung tangan Arlena. “Tidurlah yang nyenyak, calon istriku.”

Setelah Arlena masuk ke rumah dan melambaikan tangan dari balik pintu, Aldric menyandarkan kepalanya ke jok mobil.

Ia memberi aba-aba kepada sopir untuk membawanya kembali ke hotel tempat ia menginap selama berada di Singapura.

Sesampainya di hotel, Aldric membuka pintu kamar, meletakkan jasnya, lalu duduk di tepi ranjang. Suasana kamar yang mewah terasa sepi.

Ia membuka ponselnya dan menatap foto Arlena yang masih mengenakan gaun pengantin tadi siang. Wajahnya tersenyum tapi hatinya terasa penuh keraguan.

“Sebentar lagi dia bukan hanya jadi milikku tapi milik dunia. Semua orang akan tahu siapa kamu dan banyak mata yang akan melihat ke arahnya,” gumamnya pelan.

Aldric berbaring di tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar.

Di luar, kota Singapura berdenyut terang, tapi di dalam kamarnya, hanya ada ketenangan yang sepi dan rindu yang belum sempat diucapkan.

1
Rohana Omar
up la 1 atu 2 bab baru hati nak bacanya....ni up 1 bab lepas tu tercari2 bab seterusnya......
Kadek Bella
lanjut thoor
my name is pho: siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!