MENIKAHI TUAN MUDA ARROGANT

Flashback Ziva dan Andreas

"Ziva ... kamu gantikan Ibu menjadi pelayan di rumah Tuan Andreas dulu, yah!" pinta Ibu Ziva.

"Iya Bu ... Ziva akan mengantikan ibu bekerja. Ibu istirahat saja di rumah," ujar Ziva.

Ibu Ziva tengah menderita sakit. Dia sudah tidak kuat lagi bekerja. Ziva terlahir tanpa seorang ayah. Ibunya adalah korban pelecehan dari pria yang tidak bertanggung jawab.

Ibu Ziva berasal dari kota. Dia pindah ke daerah pinggiran kota karna kehamilannya. Ibu Ziva menjadi pelayan di rumah Andreas untuk menghidupi dirinya dan Ziva.

Ziva membawa beberapa helai pakaian. Dia akan menginap di rumah majikannya. Dulu ibunya juga menginap di rumah Andreas. Setiap seminggu sekali, ibu Ziva akan pulang ke rumahnya.

"Bu ... Ziva pamit pergi," ucap Ziva.

"Kamu hati-hati, Nak," ucap Ibu Ziva.

Ziva mengangguk dan mencium punggung tangan ibunya. Ziva melangkah pergi menuju halte dengan berjalan kaki. Dia menunggu angkutan umum yang akan membawanya ke kota.

Ziva naik ke dalam mobil angkutan umun. Sekitar setengah jam, angkutan umum berhenti di halte berikutnya. Ziva dan penumpang lainnya turun.

Ziva mencari alamat yang di berikan oleh ibunya. Rumah itu berada di kawasan yang elite. Ziva tanpa lelah berjalan kaki menuju rumah Andreas.

Ziva sampai di depan rumah mewah. Dia lalu meminta izin kepada satpam penjaga untuk masuk ke dalam rumah. "Permisi Pak! Saya Ziva, saya anak dari ibu Ema."

"Kamu yang akan mengantikan ibu Ema?" tanya satpam penjaga.

Ziva mengangguk. "Betul Pak!"

"Silakan masuk," ucap satpam.

Satpam penjaga membukakan gerbang untuk Ziva. Dia juga membawa Ziva bertemu dengan kepala pelayan. Ziva masuk ke dalam rumah yang super mewah itu.

"Ani ... dia anak dari ibu Ema," ucap satpam.

"Kamu yang akan mengantikan ibumu disini?" tanya Ani.

"Benar Bu ... saya yang akan mengantikan ibu saya bekerja," ucap Ziva.

"Baiklah ... tugas kamu melayani Tuan Andreas saja. Dulu itu adalah tugas ibumu," kata Ani

"Baik Bu," sahut Ziva.

"Aku akan memberitahu kamu, apa saja yang Tuan Andreas suka dan tidak," ucap Ani.

Ani memberitahu semua hal mengenai Andreas. Tugas Ziva adalah membuat makanan untuk Andreas, membersihkan kamar dan melayani kebutuhan pribadi Andreas.

Ani juga memberitahu jam berapa saja Andreas itu berada di dalam rumah. Ziva mengangguk mengerti akan apa yang di katakan oleh kepala pelayan Ani.

Jam menunjukan pukul 4 sore. Mobil mewah sampai di rumah. Andreas keluar dengan tas kerja di tangannya. Ziva telah hadir untuk menyambut kedatangan Andreas.

Andreas melangkah tegap masuk ke dalam rumah. Dia memberikan tas itu kepada Ziva. Dia mengernyit lalu berhenti melangkah. Andreas berbalik menatap Ziva yang menunduk.

"Perlihatkan wajahmu," titah Andreas.

Ziva mengangkat wajahnya. Andreas menatap wajah cantik itu. Dia terpesona pada Ziva. Kulit putih mulus, bibir kemerahan. Hidung yang mancung dengan bola mata coklat.

"Kamu siapa?" tanya Andreas.

"Saya Ziva, Tuan. Saya anak dari ibu Ema," jawab Ziva.

"Kamu yang mengantikan ibumu," ucap Andreas.

"Iya Tuan!" jawab Ziva gugup.

Andreas melangkah kembali menuju kamarnya. Ziva mengikutinya dari belakang. Andreas dan Ziva masuk ke dalam kamar. Dia membuka jas yang melekat di tubuh Andreas.

Ziva masuk ke dalam kamar mandi. Dia menyiapkan segala perlengkapan mandi untuk Andreas. Ziva mengisi air hangat di dalam bathtub. Dia juga meneteskan sabun cair dan aromatherapy.

Ziva keluar dari kamar mandi setelah selesai dengan tugasnya. "Tuan ... airnya sudah siap."

"Kamu ... ikut masuk ke dalam kamar mandi," titah Andreas.

"S-saya Tuan?" tanya Ziva.

"Siapa lagi kalau bukan kamu. Gosok punggung belakangku. Ibumu juga melakukan hal itu," kata Andreas.

"Baik Tuan," ucap Ziva.

Aku tidak mengira jika anak bibi Ema sangat cantik, batin Andreas.

Andreas masuk ke dalam kamar mandi. Dia membuka handuk dan melemparnya di wajah Ziva. Kemudian dia masuk ke dalam bathtub. Ziva menuangkan sabun cair di atas spons mandi.

Ziva mengosok punggung belakang Andreas. Dia sedikit tidak nyaman akan hal ini. Ziva juga tidak mengira jika melayani majikannya seperti seorang bayi.

"Pindah ke depan," titah Andreas.

Ziva pindah ke depan berhadapan dengan Andreas. Dia mengosok lengan serta dada bidang majikannya. Andreas menatap seksama wajah cantik Ziva. Hanya melihatnya saja, Andreas sudah bergelora.

Andreas membelai wajah cantik Ziva. Tentu saja Ziva kaget akan perlakuan kurang ajar majikannya. Ziva menghentikan tangannya mengosok lengan Andre.

"Tuan ... jangan kurang ajar," ucap Ziva.

"Hei ... jangan pura-pura. Aku akan membayarmu untuk satu malam," ucap Andreas.

"Maaf Tuan, saya bukan wanita seperti itu!" bentak Ziva.

Ziva segera keluar dari kamar mandi. Dia keluar dari kamar Andreas. Ziva kesal sekali akan perkataan majikannya itu. Baru sehari bekerja, Andre sudah berbuat hal tidak senonoh.

Sudah lima hari Ziva bekerja di rumah Andreas. Dia memasak serta melayani majikannya itu dengan baik. Andreas juga sangat menyukai masakan yang di buat oleh Ziva.

Ziva berusaha untuk menjaga jarak terhadap majikannya itu. Dia bekerja karna ibunya sedang sakit. Andreas selalu memperhatikan Ziva dari jauh. Dia sudah tidak tahan lagi untuk memiliki Ziva.

Malam harinya Andreas berkunjung ke kamar pelayan. Dia sudah mendapat kunci cadangan kamar Ziva. Tidak ada yang berani melarang Andreas berkunjung malam-malam ke kamar Ziva. Semuanya hanya patuh pada perintah Andreas.

Andreas memutar kunci kamar dan membuka pintu. Dia masuk dan menutup kembali pintu kamar Ziva dengan pelan. Andreas menatap Ziva yang tengah tertidur pulas itu.

Dia mendekatkan hidungnya di pipi Ziva. Dia membelai bibir Ziva dengan jari jempolnya. Ziva terbangun saat jari-jari Andreas membelai wajahnya. Ziva membuka matanya dan dia sangat kaget melihat Andreas sudah berada di atas tubuhnya.

"A-apa yang kau lakukan," pekik Ziva.

"Tentu saja bercinta, sayang," ucap Andreas.

Ziva mendelik mendengarnya. Dia berusaha melepaskan diri dari cengkraman Andreas. Ziva berusaha untuk mempertahankan dirinya. Dia memukul tubuh Andreas namun tidak membuat sang empunya tubuh kesakitan.

Andreas merobek pakaian Ziva. Dia sudah tidak tahan lagi. Ziva mencakar leher Andreas dengan kuku panjangnya.

"Awww ... berani sekali kamu mencakarku," kesal Andreas.

Ziva mengambil apa saja yang berada di dekatnya. Dia mengambil vas bunga lalu memukul kepala Andreas. Ziva mendorong tubuh besar Andre. Dia segera melangkah menuju pintu dan keluar.

Ziva juga mengunci Andreas di dalam kamarnya. Kunci kamar memang tidak di lepas oleh Andreas saat dia membuka pintu kamar Ziva.

Ziva tidak bisa berada di rumah Andreas. Dia melarikan diri dan pulang ke rumahnya. Dengan menangis, Ziva berlari dengan kain hordeng untuk menutupi dirinya. Beruntung saja di dalam perjalanan ada orang baik hati yang mengantarnya untuk pulang menemui ibunya.

Saat sampai dirumah, Ziva menceritakan semua pada ibunya. Wanita paruh baya itu tentu saja sangat kaget. Ibu Ziva lalu menyuruh Ziva untuk pergi. Dia juga merubah penampilan Ziva.

Ibu Ziva mengoles wajah putrinya dengan arang. Rambut Ziva juga di buat acak-acakan. "Nak ... kamu harus pergi dari sini."

"Tapi ... Ibu lagi sakit," lirih Ziva.

"Pergi Ziva ... Ibu yakin, Tuan Andreas akan datang mencari kamu," ucap Ibu Ziva.

Ziva akhirnya pergi dari rumah meninggalkan ibunya sendiri. Perkataan ibunya memang benar. Andreas datang mengamuk ke rumah Ziva. Dia ingin Ziva bertanggung jawab atas luka yang dia derita.

Seminggu kemudian Ziva kembali kerumahnya. Dia berpenampilan jelek hingga tidak ada satu orang pun yang mengenali rupa wajahnya.

Namun Ziva mendapat berita duka. Ibunya telah tiada saat dia pergi. Ziva pergi ke pemakaman ibunya dan menangis lirih. Ziva memutuskan untuk menutupi wajahnya karna trauma yang di sebabkan oleh Andreas.

TBC

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.