Fell In Love With Mr. Cookies

"Pikiranmu terlalu jauh, dia tidak akan menikahi perempuan sepertiku. Tapi kalau dia mau, dengan senang hati aku menerimanya," ujar Jena tertawa. Memangnya siapa wanita yang tidak mau menikah dengan pria seperti William.

"Sangat disayangkan mereka putus. Padahal berita skandal kemarin tidak benar," lanjutnya.

"Mungkin mereka tidak cocok lagi. Tapi dengan putusnya mereka, orang-orang akan berpikir jika berita itu memang benar," tutur Bella.

"Kamu benar Bel," balas Jena.

******

Kendrick sedang berada di unit Grace. Pria itu sedang menunggu Grace bersiap-siap sembari menikmati cookies nya. Grace akhirnya menerima ajakan makan malam dari Felip. Grace keluar dari dalam kamarnya memakai gaun hitam model sabrina.

"Ken, apa ponselku ada di sana?" tanya Grace yang sedang mencari ponselnya.

"Ada di meja," balas Kendrick memutar tubuhnya. Terpana dengan penampilan Grace. Sebenarnya penampilan Grace tidak terlalu mewah, namun di mata Kendrick Grace sangat cantik.

"Astaga Ken, kenapa kamu memakannya? Itu untuk Grandpa," ujar Grace saat melihat Kendrick memakan cookies yang sengaja ia letakkan di meja agar tidak lupa membawanya. Sebenarnya satu hari yang lalu tak lama setelah Kendrick mengirimnya pesan karena cookiesnya habis, Felip menghubunginya untuk dibuatkan cookies.

"Apa? Aku tidak tahu kalau ini untuk Grandpa. Ku pikir ini milikku. Lagian kenapa kamu malah membuat cookies untuk kakek tua itu sementara aku tidak. Untuk selanjutnya tidak perlu merepotkan diri membuat cookies untuknya," balas Kendrick cemburu. Ya, dia cemburu karena Grace membuat cookies untuk kakeknya. Baginya Grace hanya boleh membuat cookies untuknya.

"Jangan memakannya lagi. Cookies untuk grandpa sengaja aku kurangi gulanya," ucap Grace mengambil toples dari tangan Kendrick lalu menutupnya.

"Pantas saja tidak seperti biasanya," batin Kendrick.

"Lihat, kamu sudah menghabiskannya hampir seperempat bagian," kata Grace menaruh kembali toples ditangannya di atas meja.

"Lalu cookies untukku dimana?" tanya Kendrick cemberut seperti anak kecil melipat kedua tangannya di depan dadanya saat Grace berjalan menuju kamarnya karena merasa diabaikan. Percayalah, Kendrick bisa bersikap seperti itu karena Grace.

"Di atas meja dapur. Aku menaruhnya di sana," kata Grace masuk ke dalam kamarnya.

Kendrick lalu bangkit dari sofa untuk mengambil cookies miliknya.

"Ken.." panggil Grace dengan kepala menyembul dari balik pintu mencari sosok Kendrick.

"Ada apa?" sahut Kendrick dari dapur.

"Satu toples saja. Jangan mengambil semuanya. Tidak baik terlalu sering makan cookies," kata Grace memperingati Kendrick.

"Iya sayangnya aku, terima kasih sudah peduli denganku," kata Kendrick refleks membuat Grace membulatkan matanya.

"Dia mulai gila lagi.." gumam Grace menutup pintu kamarnya. Kendrick lalu terkekeh.

"Ceklek.." Jena membuka pintu Grace yang kebetulan tidak terkunci. Ia lalu masuk ke dalam.

"Grace.. aku pin___" matanya terbelalak saat pandangannya bertemu dengan Kendrick saat sedang berjalan menuju sofa.

"Aku tidak salah lihat kan?" batin Jena. Ini kamar temannya. Seingatnya Grace belum pindah. Tadi pagi ia masih dari unit Grace. Ia dan Grace tinggal di lantai yang sama. Hanya saja, unit miliknya berada di ujung lorong. Jena mengamati seluruh ruangan, masih sama.

"Dia ada di kamarnya," timpal Kendrick mendaratkan bokongnya di sofa.

"Y..ya.. aku ke..sana dulu," kata Jena terbata lalu berjalan dengan langkah yang cepat menuju kamar Grace.

"Grace.."

"Jena," Grace terkejut saat melihat Jena berada di dalam kamarnya. Jena pasti sudah melihat Kendrick. Dilihat dari ekspresi Jena, Grace yakin Jena akan memakinya.

"Sialan kamu Grace. Kenapa Kendrick ada di sini?" Jena melempar Grace dengan bantal.

"Apa kalian akan keluar?" tanya Jena mengamati penampilan Grace.

"Ya," balas Grace.

"Jadi sejak kapan kalian dekat? Gila.. kamu kok bisa dekat dengan pria itu. Kamu kasih pelet apa dia," kata Jena menggeleng-gelengkan kepalanya.

Grace terkekeh, memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.

"Ceritanya cukup panjang. Kita bicarakan besok saja," ujar Grace.

"Awas saja kamu menghindar."

"Akh.. aku masih belum terima. Kita bertemu setiap hari dan kamu tidak pernah menceritakannya," ujar Jena kesal.

"Kenapa kamu datang ke sini?"

"Hair dryer ku rusak. Aku ingin meminjam punyamu," kata Jena.

"Ada di laci nakas," kata Grace. Jena lalu mengambilnya. Keduanya lalu keluar dari dalam kamar bersamaan.

"Aku pergi dulu. Aku tidak ingin menjadi nyamuk di sini. Ck.. sepertinya tinggal aku yang sendirian," ujar Jena lalu pergi.

"Ayo Ken.." ajak Grace membawa cookies untuk Felip.