NovelToon NovelToon
Cinta Itu (Tidak) Buta

Cinta Itu (Tidak) Buta

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Tamat
Popularitas:95k
Nilai: 5
Nama Author: Cygni

Yang Sara tahu, Tirtagama Wirasurya itu orang terpandang di seluruh negeri. Setiap orang membicarakan kehebatannya. Tapi mengapa tiba-tiba dia mau menikah dengan Sara yang hanyalah seorang pegawai biasa yang punya banyak hutang dan ibu yang sakit-sakitan? Sara pun juga tidak pernah bertemu dengannya.

Dan lagi, ada apa dengan ibu mertuanya? Mengapa yang tadinya sangat baik tiba-tiba saja berubah? Apa salah Sara?

Terima kasih banyak untuk semua bentuk dukungannya.
Cygni 💕

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cygni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 23-2 : Bukan Gila Tapi Sinting (POV Agam)

[Agam]

Entah sudah jam berapa sekarang, tapi angin yang bertiup di teras belakang sudah terasa sejuknya. Tanda-tanda matahari sedikit demi sedikit mengurangi panasnya.

Padahal tadi waktu turun dari mobil masih terasa teriknya.

“Jam berapa sekarang?,” tanya Agam pada Yuda yang dia tahu sedang berada di dekatnya.

“Empat lewat.” Yuda menjawab singkat. Lalu, dengan cepat menyahut, “Kenapa? Kau mau mengusirku?”

“Memangnya kalau kuusir, kau akan pulang?,” tanya Agam dengan nada menyindir.

Yuda tertawa. “Oh, tentu tidak.”

Agam mendengus kasar.

“Apa kamu sudah tahu kalau adikmu akan kembali ke Indonesia?,” tanya Yuda. Dia terdengar cukup serius kali ini.

“Iya. Pendidikannya sudah selesai. Dia mungkin akan kembali lebih cepat.”

“Kamu bahkan tidak menghadiri acara wisudanya,” ucap Yuda lirih.

Agam beretoris. “Dan membiarkan wanita itu mendekatiku?”

Yuda kali ini menghela napasnya perlahan. “Adik tirimu itu boleh jadi anak kesayangan Widia. Tapi, dia sangat menghormatimu, Gam. Kalau dia disuruh memilih antara kamu atau ibunya, dia jelas akan memilihmu.”

Agam hanya diam. Dia mulai memainkan jemarinya, tanda hatinya sedang tidak tenang.

“Dia pasti akan sanggup melawan ibunya sendiri. Tapi selamanya, dia tidak akan mau melawanmu,” lanjut Yuda lagi.

Aku tahu. Tapi ...

“Biar aku sendiri yang akan menilainya,” kata Agam datar.

Yuda terdiam sejenak. Lalu berkata, “Yang aku takutkan, rasa tidak percayamu itu akan membutakan mata dan pikiranmu.”

Suasana menjadi hening kembali. Suara Tania yang sedari tadi berteriak bersenda gurau bersama Sara kini juga tidak terdengar lagi. Tidak tahu entah kemana. Tiba-tiba saja mereka sudah ada di teras.

“Lho, kalian mau ke mana?,” tanya Yuda.

Agam hanya terdiam mendengarkan pembicaraan Yuda dan Sara yang terdengar seperti percakapan sebuah keluarga.

Sesuatu yang rasanya menusuk tiba-tiba menyerang dadanya. Perasaan apa ini?

Tiba-tiba saja, sebuah tangan menggenggam tangannya. Lalu, membuka telapaknya dan menggerakkan sesuatu di atasnya.

“Mas, aku pinjam dapurnya boleh, ya?”

Kenapa dia begitu formal kalau denganku? Bahkan untuk dapur saja masih harus bertanya. Padahal sudah berapa lama dia tinggal disini?

Agam hanya menjawab seadanya, lalu mendengus kasar melampiaskan kekesalannya. Gadis itu pergi setelah mengucapkan terima kasihnya. Tapi kekesalan Agam tidak juga hilang.

“Jadi gimana?,” tanya Yuda tiba-tiba setelah Sara dan Tania mungkin sudah agak jauh dari teras.

“Apanya?”

“Sara. Is she good or nah? (Dia baik atau tidak?)”

“Dia baik,” jawab Agam tanpa nada berlebihan dalam kalimatnya. “Dia bisa mengatasi Mama. Semua pekerjaannya juga bagus.”

Selain Raka, Yuda adalah orang yang ikut mengusulkan pernikahan itu. Mereka berhasil meyakinkan Agam yang keras kepala agar mau menikah dengan seseorang untuk berhadapan dengan Widia. Yuda yang memiliki banyak pengawal yang bisa ditugaskan sebagai informan lah yang bertugas menyelidiki latar belakang Sara dan juga orang-orang lainnya yang Agam butuhkan informasinya.

Yuda tertawa pelan. “Tapi bukan itu maksudku.”

Apa maksudnya buaya satu ini?

“Yang aku maksud itu apakah gadis yang bernama Sara ini sudah bisa menaklukan seorang pria bernama Tirtagama Wiryasurya?,” kata Yuda berpuisi.

Agam langsung kesal mendengarnya. Bukan cuma karena gaya berpuisi Yuda, tapi juga karena pertanyaan Yuda yang menyangkut Sara.

“Jangan konyol! Aku bukan kamu!,” kata Agam dengan suara yang cukup keras.

“Kamu memang bukan aku, Gam. Karena itu aku memilihkan gadis seperti Sara untuk kamu. Padahal aku berharap banyak pada Sara.”

Agam hanya mendengus kesal. Tanpa banyak bicara dia menggerakkan kursi rodanya untuk berputar dan masuk ke dalam. Yuda ikut membantunya.

“Sedikitpun nggak ada, Gam?,” rengek Yuda terus-menerus meminta jawaban dari Agam sedari teras tadi.

“Dia sudah punya pacar!” Agam menjawab seadanya yang terlintas di kepalanya agar Yuda berhenti rewel bertanya terus-terusan.

Tapi, bukannya berhenti, malah semakin menjadi.

“Benarkah?,” tanya Yuda yang tiba-tiba terdengar sudah muncul di samping kepala Agam. “Aneh? Mereka nggak bilang apa-apa. Kok bisa luput?”

Agam menyeringai. “Itu artinya tim mu itu tidak berguna.”

“Enak saja!,” timpal Yuda tidak terima. “Pasti ada sesuatu yang aneh. Lagipula dalam foto-fotonya nggak ada satupun pria di sampingnya. Hidupnya hanya seputar ibunya dan pekerjaan. Dah! Itu saja! Pacar dari mana? Atau kamu yang ngada-ngada untuk ngatain tim ku nggak berguna?”

Agam mengeluarkan tawa kecil. Dia merasa puas. Pada akhirnya, ada juga yang tidak diketahui oleh seorang Yuda.

“Aku punya buktinya. Ibunya juga bilang begitu,” beber Agam penuh kemenangan.

Ada juga saatnya dia bisa membalas Yuda.

“Nggak, nggak ... Pasti ada yang salah disini,” gumam Yuda tidak terima.

Agam hanya diam saja mendengarkannya dan tetap menyeringai karena kemenangannya.

“Tapi ...”

Tiba-tiba saja Agam dapat merasakan suara Yuda di samping telinganya. Agam hampir terkejut dengan gerakan Yuda yang seketika muncul seperti itu.

“Kamu masih bisa menang, Gam. Kalian kan suami istri, jadi masih ada kesempatan untuk meraih hatinya.”

Secepat itu dibuat senang, dan secepat itu pula Agam sudah kembali merasa kesal. Dia menggerakkan kursi rodanya untuk menjauh dari Yuda.

“Jangan bicara omong kosong! Tidak ada cinta! Itu yang tertulis dalam perjanjian,” hardik Agam.

“Halah! Perjanjian hanya kertas, Gam. Kalau hati sudah bicara, isi perjanjian itu sudah nggak penting lagi,” timpal Yuda meremehkan ucapan Agam.

Tapi penting bagi Sara. Karena itu dia memintanya.

“Kau diam saja, Yud. Suaramu membuat kepalaku pusing.” Agam akhirnya menyerah. Dia sudah tidak mau menanggapi apapun yang dikatakan Yuda.

“Tenang, Gam. Aku akan cari tahu siapa pacarnya. Kau lakukan saja tugasmu disini. Curi hatinya! Buat dia klepek-klepek sama kamu!,” oceh Yuda yang malah tidak mau berhenti.

Agam mendengus keras. Dia jauhkan lagi kursi rodanya dari Yuda.

“Kalau kau nggak mau, aku yang maju, nih. Biar buat jadi mamanya Tania.”

“Kau!!”

Emosi Agam langsung menaik. Dadanya terasa panas hingga membakar kepalanya. Tangannya secara refleks memutar kursi rodanya untuk mencari Yuda yang tadi ada di belakangnya. Ingin rasanya dia memukul buaya gila itu.

Berani dia mengatakan itu di depanku? Sara masih istriku!

Kursi rodanya sudah meluncur mengejar Yuda tapi terhenti gara-gara dia harus menjawab teleponnya yang sudah berdering. Telepon penting dari Raka yang artinya ada sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Selesai dia menjawab telepon itu, Yuda malah sudah tidak ada di dekatnya.

“Yuda ...,” panggilnya untuk ketiga kalinya yang juga tidak mendapatkan jawaban dari si empunya nama.

Dia pasti ke dapur.

Membayangkan Yuda sedang bersama dengan Sara dan Tania di dapur saja sudah membuatnya marah. Agam menjadi sangat kesal hingga menjadi tidak sabaran saat kursi rodanya meluncur terlalu pelan menurutnya, padahal itu kecepatan yang wajar yang dia setting sendiri.

Beberapa langkah lagi mendekati dapur, Agam bisa mendengar suara tawa mereka, lalu cerita-cerita Yuda tentang Gita dan Tania.

Agam mengurungkan niatnya untuk masuk. Dia masih di samping pintu masuk dapur mendengarkan pembicaraan mereka.

"Saat itulah, Agam datang dengan idenya membuatkan alat bantu dengar untuk Tania melalui gerakan pada tangannya. Dengan entengnya dia bilang, ‘Ayo, kita buat Tania mendengar’,” cerita Yuda sembari menirukan gaya bicara Agam.

“Kukira dia sudah gila. Tapi saat dia memberikan aku cetak birunya, aku baru sadar dia bukan gila, tapi sin ting,” lanjutnya berceloteh.

Dia berani mengatai aku gila! Grr ...

Tapi ... Sara tertawa. Dia tertawa bersama Yuda.

“Beberapa hasil penemuan selalu menuding ilmuwan penemunya sebagai orang gila. Copernicus misalnya. Saat dia mengatakan matahari adalah pusat tata surya, dia dianggap orang gila oleh semua orang, bahkan komunitas gereja menganggapnya murtad dan sesat. Tapi sekarang, pemikirannya itu yang malah menuntun ilmuwan lain ke penemuan-penemuan baru. Bulan, bintang, planet baru, entah apa lagi nanti.”

Itu suara Sara ...

“Semua hal baru selalu diawali dengan hal tidak biasa. Dia saat yang lain berpikir tetap pada jalurnya. Tapi mereka yang disebut gila selalu berpikir di jalur yang tidak biasa. Mungkin karena itu, mereka disebut gila. Padahal bukan salah mereka juga jika mereka melihat sesuatu dari arah yang berbeda.”

“Sama seperti Tania dan orang-orang seperti Tania. Hanya karena dia tidak sama dengan yang lainnya, semua orang menganggapnya dia tidak pantas ada di dunia ini.”

Kini Agam mengeluarkan tawa lirihnya. Hatinya sumringah. Kupu-kupu seperti baru saja mengelilinginya. Dia sedang berbunga-bunga.

Untuk pertama kalinya, Agam merasa yang dilakukannya tidak dipandang sebelah mata.

“Ah, maaf, maaf ... Bukan maksudku ...” Suara Sara terdengar panik.

“Nggak apa-apa. Saya mengerti,” timpal Yuda.

Dan semua seperti kembali menjadi normal. Lebih normal daripada tadi.

“Itu muffinnya nggak dimakan?,” tanya Yuda di sela pembicaraan mereka.

“Oh ini untuk ....” Sara tidak melanjutkannya.

“Agam?”

Tidak ada jawaban.

Apa? Untukku atau bukan?

“Oh, dia nggak suka muffin. Sini biar kumakan.”

Untukku? Untukku, kan? Buaya itu mau makan jatahku? Si kurang ajar itu!!!

Agam langsung menggerakkan kursi rodanya. Segera dia memasuki dapur.

“Aku mau!”

Hening. Semua diam. Tidak ada yang bicara.

“Aku juga mau muffin itu.”

“HAHAHA!!!”

Tawa Yuda yang keras dan panjang itu menyadari Agam bahwa dia baru saja dikerjai. Si buaya sialan!

“Aku dorong kursi roda Mas biar dekat sama island kitchen, ya,” ucap Sara lirih yang langsung mengangguk kepalanya.

“Terima kasih.”

Tak lama kemudian, sebuah tangan menuntunnya untuk memegangi sebuah piring. Aroma coklat yang lezat sudah menyapa hidungnya dengan berani.

Saat sebuah sendok digenggamkan di tangannya, Sara mulai menjelaskan apa yang ada di atas piringnya. Dan semenit kemudian, sesendok muffin sudah masuk ke dalam mulutnya.

Manis. Ini sangat enak. Belum pernah aku makan muffin seenak ini.

Tanpa disadarinya, sesendok demi sesendok muffin terus diantarkan ke dalam mulutnya tanpa henti. Dan tanpa dia sadari pula, muffin di atas piringnya sudah habis.

“Aku ambil ya piringnya,” kata Sara kemudian.

Agam merasa kecewa sekaligus. Tapi tidak berani dia ungkapkan. Yang dilakukannya hanyalah mengangguk lemah, dan menelan salivanya sisa-sisa muffin yang masih melekat.

Saat Yuda dan Tania pulang, Agam mencegah Sara yang akan kembali ke kamarnya.

“Sara ...”

“Ya, Mas?”

Agam ragu untuk mengatakannya. Tapi keinginannya begitu besar.

“Kenapa, Mas?”

Dengan sekali hembusan nafas, Agam akhirnya memberanikan dirinya.

“A-pa muffinnya masih a-ada?,” katanya gugup.

“Ya? Muffin? Itu ...”

Kenapa rasanya seperti anak kecil yang sedang minta jajan pada ibunya?

“L-lupakan saja. Aku cuma bertanya.”

Agam merasa malu pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya dia meminta hal seperti itu. Seperti anak kecil saja!

“B-besok. Besok aku bikinkan, ya. Tadi bahan-bahannya habis semua. Besok.”

Agam menganggukkan kepalanya. Tapi dia cukup senang. Hatinya kembali berbunga-bunga.

Ternyata rasanya semenyenangkan ini.

1
Aisyah Isyah66
Luar biasa
yuliana radja
iya tu kak,,dasar mas Agam kow di lawan ..hhhh
Yata Anjasari
Luar biasa
Syahrini Cacha
MaasyaaaAllah keren 👍🏻
Syahrini Cacha
cerita nya menarik 👍🏻
Ling 铃
anaknyaaa sweet bangett yaampun
bayanginnya imuttt
Xin Yue 新月
mau diapain tuh ntar malam
ひかる
aku udah kangen agam dan sara
Xin Yue 新月
dari 2 tahun jadi 4 tahun jadi 6 tahun. kontraknya tambah panjang bet /NosePick/
Ling 铃
hmm hmm ...
My atee
Luar biasa
Cygni: terima kasih banyak 🌟5 nya 🥰
total 1 replies
Ling 铃
semangat updatenya ya thor
penasaran tiap babnya nih, bagaimana nasibnya yaaa
Anang Sujarwo: author konthoooool anjiiiiiiing...
cerita nya gitu" aja muter-muter kaya jembuuuut
total 1 replies
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
Ling 铃
hmm hmmm .. apa yg ajan terjadi selanjutnya pada si mama widia yaaa
Ling 铃
loh yaa... wes kesengsem.. itu wes kate ke kamar lohhh, ga jadi nihh :))
Ling 铃
ceritanyaaa buagusss ya ampunnn

tapi... si mama widia harus dpt ganjarannya..
kasian tapi udh byk korban dr dia sendirii . dihhh :') mangkel
Ling 铃
toxic ya .. ga suka sama viannnnn
Ling 铃
ya ampun sedih... berkaca-kaca baca ini
Ling 铃
walahhhh vian viann
Ling 铃
ealahhh dasarrr AL AL
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!