Lensi Deva Gumilang. Seorang anak kandung yang tersisih. Anak pengusaha ternama, namun lebih bahagia hidup di dunia hitam. Siapa sangka pergaulannya di dunia itu, menjadikan dirinya dijuluki sebagai Dewi judi.
Lensi seorang gadis lulusan design. Menjadi seorang model busana muslim. Prkerjaan sampingan yang tidak seorangpun tahu, kecuali sahabat setianya. Perjodohan bisnis yang dilakukan ayahnya membuat dirinya kabur dari rumah, dan mengikuti perjudian kelas kakap. Lensi memenangkan hasil perjudian 300 milyar dan dikejar oleh bandar judi. Hingga dirinya masuk kedalam kawasan terlarang dari dunianya, dan bertemu seseorang yang mampu menggetarkan hatinya.
Akankah Lensi selamat? apakah Lensi mampu menundukkan hati pria pujaannya?
Yuk kepoin kisahnya🙈🙈🙈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neti Jalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Fitnah Maut
Pria itu mengerutkan dahinya saat melihat pergerakkan didalam selimut. Dia yakin didalam itu pergerakkan manusia, bukan seekor kucing. Pria itu perlahan mendekati tempat tidur, dan naik keatas tempat tidur pelan-pelan. Sedikit-Sedikit dia menarik selimut berwarna coklat itu, dan matanya terbelalak saat melihat ada seorang gadis cantik diatas tempat tidurnya.
Matanya sempat terpaku kearah dada Lensi yang besar dan penuh. Bibir lensi yang mungil dan merah dengan hidung mancung dan wajah cantik sempurna.
"Astagfirullahaladzim...." Ibrahim memalingkan wajahnya.
Ibrahim berkali-kali mengelus dadanya yang berdebar saat melihat pemandangan indah itu.
"Siapa gadis ini? kenapa dia bisa berada di kamarku? aku harus bagaimana sekarang?" batin Ibrahim.
"Nona bangunlah!" Ibrahim berkata, namun matanya mengarah kearah lain. Dia tidak ingin matanya melihat sesuatu yang belum jadi muhrimnya.
Berkali-kali Ibrahim memanggil dengan mulutnya, tapi Lensi sama sekali tidak bergerak. Bahkan gadis itu terdengar mendengkur. Ibrahim yang tidak ingin terkena fitnah maut, langsung menarik tangan Lensi dengan sedikit kasar. Lensi yang terkejut dan mengira itu adalah perbuatan musuh, langsung membuat gerakkan cepat dan langsung ingin melayangkan tinjunya.
Tap
Tap
Brukkkkkkk
Mata Ibrahim terbelalak. Karena posisi dirinya sudah berada dibawah Lensi. Sementara Lensi dengan mantap berada diatas tubuh Ibrahim, dengan tinju yang tertahan di udara. Mata Ibrahim dan Lensi saling bertatapan, dengan tangan Lensi yang satunya bertumpu pada perut berotot Ibrahim.
"Ta-Tampan sekali dia. Wajahnya bersinar seperti bulan. Dan tubuhnya,"
Mata Lensi tiba-tiba beralih pada tubuh Ibrahim yang terlihat sempurna.
"Dia sangat cantik. Matanya sangat indah. Apa dia keturunan orang timur tengah?" batin Ibrahim.
Krieekkkk
"Astagfirullah...."
Pranggggggg
"Astagfirullahaladzim...ya Allah...."
Ibrahim yang tersadar langsung membanting tubuh Lensi kesamping tempat tidur.
Brukkkkkkkk
Ibrahim segera bangkit dari tempat tidur dan turun dari atas ranjang. Sementara itu karena terdengar keributan, beberapa Santri yang bermaksud ingin minta spidol dan penghapus, terpaksa mengiringi ustad besar mereka untuk melihat keasal suara.
Aisyah yang melihat Ibrahim berada satu kamar dengan seorang gadis jadi menjerit histeris, hingga ustad Gofur dan Santri semakin mempercepat langkah mereka.
"Umi ada apa?" tanya Ustad Gofur yang melihat segelas susu sudah berhamburan dilantai beserta nampan.
Lensi yang kebingungan hanya bisa melongo. Ustad Gofur segera menoleh kearah kamar, dan melihat ada seorang gadis didalam kamar putranya.
"Astaggirullahaladzim...."
Ustad Goful beristigfar bersamaan dengan beberapa Santri.
"Kalian kembalilah ke pesantren. Ingat! jangan menyebarkan apapun yang kalian lihat, sebelum semuanya jelas," ucap Ustad Gofur.
"Baik Ustad." Jawab para Santri. Dan merekapun bergegas pergi dengan membawa sejuta pertanyaan dalam benak mereka.
Lensi yang sudah mengerti segera menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Sementara Ibrahim segera meraih baju kokonya, dan sehelai sarung dari gantungan paku samping lemari.
"A-Abi. Umi, Baim bisa menjelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kalian lihat," ujar Ibrahim gugup.
"Harus! kamu memang harus menjelaskan semuanya. Kami tunggu di ruang keluarga," ujar Ustad Gofur sembari berbalik badan.
Namun untuk sesaat langkahnya terhenti. Tanpa menoleh, ucapan Ustad Gofur cukup membuat hati Lensi tidak tenang untuk pertama kalinya.
"Sekalian kamu bawa gadis itu menghadapku," ujar Ustad Gofur.
"I-Iya Bi." Jawab Ibrahim.
Ustad Gofur dan Aisyah beranjak pergi dari situ. Sementara itu Ibrahim jadi terduduk lemas ditepi tempat tidur, sembari membelakangi Lensi.
"Aku tidak tahu kamu datang darimana, dan tujuanmu apa. Tapi demi Allah, kamu sudah menimbulkan masalah untukku saat ini."
"Sekarang kamu bersiap. Kita harus menghadap kedua orang tuaku untuk menjelaskan semuanya," sambung Ibrahim.
"Rapikan pakaianmu, aku tunggu kamu diluar kamar,"
Ibrahim langsung bangkit dan keluar sembari menutup pintu dengan lumayan keras.
Brakkkk
"Aihhh...baru juga sudah lepas dari mulut buaya. Sekarang aku malah masuk ke kandang harimau. Mana harimaunya pintar ruqiyah lagi. Bisa-Bisa jin dalam tubuhku keluar semua ini," ucap Lensi lirih.
"Aku harus pakai apa ini? biar tingkahku seperti titisan Fir'aun, aku juga ngerti kalau yang kuhadapi Ustad besar. Aku tidak mungkin berpakaian seperti ini kan?"
Lensi tampak berpikir keras, dan akhirnya tersenyum penuh kemenangan. Sementara itu Ibrahim yang tidak sabar langsung pergi duluan ke ruang tamu, tanpa perduli Lensi tahu tempatnya atau tidak.
"Mana gadis itu?" tanya Ustad Gofur.
"Nanti nyusul. Mungkin dia mau membersihkan diri dulu." Jawaban Ibrahim tanpa Ibrahim sadari sudah menggiring opini orang tuanya.
Ustad Gofur dan Aisyah jadi memberikan tatapan aneh pada dirinya.
"Eh? Ba-Baim...ah...."
Ibrahim jadi menepuk dahinya sendiri. Dia bingung harus memberikan penjelasan seperti apa.
Sementara itu Lensi yang baru selesai mandi kilat. Segera berpakain. Lensi dengan segala kegilaannya mengenakan pakaian Ibrahim tanpa izin, termasuk ****** ***** pria itu.
"Tidak buruk. Begini juga oke," ucap Lensi sembari mematut dirinya dicermin.
Lensi segera keluar kamar. Matanya berlari kesana kemari, untuk melihat keberadaan Ibrahim. Namun dirinya sama sekali tidak menemukan keberadaan pria itu.
"Kemana dia? jadi dia ninggalin aku duluan? huh...kalau bukan aku kasihan sama dia, pasti aku tinggal pergi saja. Pasti telinganya akan lepas karena kena tarik oleh orang tuanya itu," gerutu Lensi.
Lensi mencari peruntungan dengan memasuki ruangan yang kebetulan tepat sesuai dengan prediksinya.
Krieekkkk
Semua mata tertuju lada Lensi yang baru masuk. Entah mengapa Aisyah jadi mengulum senyumnya saat melihat penampilan gadis itu. Sementara Ibrahim dan Gofur jadi saling berpandangan karena heran melihat penampilan Lensi yang sangat aneh itu.
Bagaimana tidak? saat ini Lensi tengah mengenakan baju kemeja putih lengan panjang, celana dasar panjang warna hitam, dengan kepala ditutupi oleh sorban. Lensi melangkah masuk dan duduk disebelah Ibrahim.
Tanpa Baim duga, Lensi malah berbisik ditelinganya, seolah mereka sudah sangat akrab. Ibrahim jadi melihat kearah Ustad Gofur yang biji matanya sudah hendak meloncat dari kelopaknya.
"Maaf aku pakai bajumu, termasuk celana dalammu," bisik Lensi.
"Gadis ini benar-benar sudah gila. Matilah aku, jangan sampai aku kena rajam oleh Abi," batin Ibrahim.
"Duduklah dengan benar kalau pinggangmu itu tidak bermasalah," ujar Ibrahim dengan tegas.
"Kamu tahu saja pinggangku bermasalah gara-gara tadi malam.Tidak hanya pinggangku, bahkan semua tubuhku terasa remuk karena tadi malam."
Mata Ustad Gofur dan Aisyah terbelalak saat mendengar ucapan Lensi. Sementara Ibrahim wajahnya jadi pucat pasi karena melihat amarah Ustad Gofur.
"Tamatlah sudah riwayatku. Kenapa Allah mengujiku dengan wanita. Kenapa tidak mengujiku dengan yang lain saja. Kalau begini, aku bisa di gorok oleh Abi," batin Ibrahim.
"Eh? ada apa dengan ekspresi mereka? apa mereka kasihan padaku? jadi sebenarnya apa sih yang mau mereka bahas? apa karena aku memasuki kamar anak mereka tanpa izin?" batin Lensi.
Kepala Ibrahim jadi tertunduk. Karena dia tidak sanggup lagi menatap mata orang tuanya itu.