NovelToon NovelToon
Cinta Sabrina

Cinta Sabrina

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Yatim Piatu / Teen Angst / Mengubah Takdir / trauma masa lalu / Slice of Life
Popularitas:2.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: cacasakura

"kamu pembunuh"
"kamu pembawa keburukan bagi kehidupanku"
"seharusnya kamu tidak pernah lahir"

Sabrina harus menanggung semua perkataan dan perlakuan buruk dari ayah kandungnyan yang sangat membencinya. Hingga akhirnya Sabrina di buang oleh ayah kandungnya sendiri.

Semua kesedihan Sabrina berakhir saat Bibi adik dari ibunya mengajaknya tinggal bersama keluarga besar ibu Sabrina di kota Solo.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep. 32

Bima mengendarai mobilnya menuju rumah Cakra, dalam perjalanan sesekali dia melihat ke arah Adiwijaya yang duduk di bangku penumpang samping kemudi mobil.

Ingin rasanya dia menceritakan maksud Adrian mengundang seluruh keluarga besar Adiwijaya untuk datang ke Jakarta, saat dia akan menyapa Adiwijaya yang sedang menatap pemandangan di luar kaca mobil. Terbayang olehnya kondisi Candra yang terbaring lemah di rumah sakit saat ini.

Nggak Bima, ini bukan saat yang tepat. Cukup opa yang terkena imbas dari masalah yang kamu timbulkan, jangan ada korban lagi Bima kembali fokus menyetir memperhatikan jalanan.

Adiwijaya tahu jika ada sesuatu yang ingin di bicarakan Bima, namun dia terlihat ragu untuk berbicara.

“ada apa nak? Kelihatannya kamu ingin membicarakan sesuatu?” tebak Adiwijaya.

“itu eyang, karena sudah larut malam. Om Cakra dan keluarga mungkin sudah tidur, jadi bagaimana jika eyang dan yang lainnya menginap saja di rumahku” tawar Bima yang merasa tidak enak mengganggu Cakra tengah malam.

“ooo ndak apa-apa kok nak Bima antar saja kami ke rumah Cakra. Sebelum kami berangkat dari Surakarta kami sudah mengabari Cakra jika kami datang” jelas Andhini yang duduk di belakang bersama Ningsih.

“baiklah kalau begitu tante,” Bima mengendarai mobilnya dengan perasaan kalut. Dia merasa sangat bersalah pada keluarga Adiwijaya dan mencoreng nama baik keluarganya. Walaupun dia tahu ini adalah jebakan dan tidak sepenuhnya kesalahannya, namun hal itu tidak dapat mengubah fakta jika dia sudah menodai Anjani.

Suasana dalam mobil Bima kembali hening, dia melajukan mobilnya memasuki perkarangan rumah Cakra yang sederhana dan asri. Rupanya, Cakra sudah menunggu di depan pintu rumahnya. Dia sangat terkejut saat mendengar jika keluarga besarnya akan ke Jakarta karena undangan Adrian tetangganya.

“bapak... ibu.... mbak Andhini” sapa Cakra yang langsung menyalami kedua orang tuanya dan juga kakak perempuannya.

"assalamualaikum" salam mereka berempat pada Cakra dan Wulan.

“waalaikum salam, syukur alhamdulillah akhirnya bapak, ibu dan mbak sampai juga di rumah kami. Makasih ya nak Bima sudah mau repot-repot mengantar keluarga kami” ujar Wulan yang juga ikut menyambut kedatangan mertua dan kakak iparnya.

“nggak masalah tante, sudah seharusnya juga Bima melakukannya karena Papi yang mengundang langsung Dokter Sabrina dan keluarga” ujar Bima.

“ayo masuk bapak, ibu, mbak” ajak Wulan, Cakra membantu Bima menurunkan barang-barang milik Adiwijaya dan keluarganya.

“mbak, Sabrina dan mas Wiyasa mana?” tanya Wulan yang tidak melihat Sabrina dan Wiyasa. Mereka semua duduk dan beristirahat di ruang tamu, begitupun Bima di minta bergabung bersama mereka.

“Sabrina dan mas Wiyasa langsung ke rumah sakit” ujar Andhini membuat kening Wulan dan Cakra berkerut bingung.

“kenapa Sabrina dan mas Wiyasa kerumah sakit mbak? Bukannya Sabrina masih tiga hari lagi masuk kerja di Arbecio Medical?” tanya Wulan bingung.

“begini tante, om. tadi opa kena serangan jantung, jadi papi meminta dokter Sabrina untuk datang lebih cepat” jelas Bima.

“innalillahi wa innailaihi raji’un, kapan Bima?” tanya Cakra yang terkejut mendengar keadaan Candra.

“sekitar lima yang lalu om, sekarang ini mungkin saja opa akan operasi pencangkokan jantung. Mohon doanya semoga semuanya baik-baik saja" ucap Bima yang langsung di Amiinkan keluarga Adiwijaya.

"setelah opa siuman dan semua keadaan stabil, ada sesuatu hal yang ingin kami rundingkan bersama keluarga besar om Cakra” ujar Bima semakin membuat keluarga Adiwijaya penasaran.

“sebenarnya ada apa nak Bima? Kelihatannya ini sesuatu yang sangat serius” tanya Cakra menatap serius Bima.

“maaf om, Bima rasa pembicaraan ini sebaiknya di bicarakan dengan keluarga besar Bima dan om Cakra. Maafkan Bima sekali lagi om” ujar Bima sambil menundukkan wajahnya.

Dalam hati Bima merasa sangat malu dan bersalah, dia benar-benar tidak dapat menatap wajah keluarga Adiwijaya.

“ya sudah, sebaiknya kita menunggu kesehatan opanya Bima membaik. Baru kita kembali membicarakan maksud dari keluarga Bima mengundang kita ke sini” Adiwijaya menenangkan keluarganya. Dia menyadari ada sesuatu yang tidak bisa di ungkapkan Bima dan dia juga menebak jika pembicaraan ini sangat sensitif.

“o ya, di mana Asmirah dan Anjani? Apa mereka masih tidur?” tanya Andhini.

“iya mbak, Asmirah masih tidur nanti pagi dia ada kuliah. Kalo Anjani menginap di rumah Eliana, rumahnya ada di depan rumah kita itu. Nah Bima ini kakak Eliana nomor dua” jelas Wulan pada keluarganya.

“baiklah om, tante dan eyang. Bima musti pamit sekarang mau ke rumah Sakit” Bima undur diri dengan keluarga Adiwijaya.

“sekali lagi terima kasih ya Bima, sudah repot mengantarkan kami” ujar Ningsih,

“Iya eyaang. Kalo begitu Bima permisi, assalamualaikum” Bima menyalami satu persatu keluarga Adiwijaya, setelah itu melangkah keluar dari rumah Cakra.

“waalaikumussalam” mereka serempak menjawab salam Bima.. mereka semua menatap mobil yang melaju ke jalanan menuju rumah sakit.

***

Di kamar Eliana...

Anjani sama sekali tidak bisa tidur, masih teringat olehnya kejadian di hotel tadi. Dia bingung dan khawatir tidak tahu harus bagaimana menghadapi keluarganya.

Matanya menatap jam dinding di kamar Eliana yang sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Terdengar lantunan ayat suci di mesjid yang menandakan sebentar lagi masuknya waktu subuh.

Anjani bangkit dari tempat tidur dan turun dari ranjang. Eliana merasakan pergerakan di sampingnya juga ikut terbangun.

“Anjani... kamu mau ke mana?” tanya Eliana sambil mengucek matanya.

“ aku mau mengambil wudu’, sebentar lagi sholat subuh” kata Anjani dengan suara lemah. Eliana tahu jika sahabatnya ini masih sedih,

“Jani... maafin aku nggak bisa jagain kamu. Seharusnya aku selalu di samping kamu, nggak ninggalin kamu sendirian aja”

“Elia, kamu jangan minta maaf. Ini semua bukanlah kesalahanmu, aku sadar jika ini semua jebakan dari seseorang”

“Maksud kamu Jani? Kamu ingat siapa yang bawa kamu ke kamar kak Bima?”

“Aku nggak tau siapa orangnya, tapi aku tau dia cewek. Samar-samar aku mendengar suara dan melihat siluet dia saat berbicara dengan seseorang. Aku tidak melihat begitu jelas namun dari pakaian yang di kenakan seseorang itu sepertinya dia karyawan hotel AST, dia juga ikut memapah dan membawaku ke kamar kak Bima” Anjani samar-samar mengingat siapa yang telah membawanya ke lantai atas.

“Aku akan telepon kak Raka dan memberi tahu tentang petunjuk dari mu” Eliana mengambil ponselnya di nakas samping ranjangnya, dia akan menghubungi Raka namun di urungkannya saat melihat jam dinding di kamarnya.

Azan subuh pun berkumandang, Anjani dan Eliana memutuskan untuk sholat terlebih dahulu, baru setelahnya mereka memberi tahu apa yang di ingat Anjani dan sekalian bertanya bagaimana keadaan Candra.

***

Rumah sakit Arbecio

Sabrina dan Wiyasa tampak bersiap-siap untuk melaksanakan sholat subuh di mushalla milik rumah sakit Arbecio.

Saat akan mengambil wudu’, Sabrina berpapasan dengan Raka yang baru saja selesai berwudu’. Sabrina menyapa Raka dengan senyuman membuat jantung Raka kembali berdebar-debar. Senyuman itu begitu meneduhkan membuat Raka menatap lama Sabrina.

“Maaf tuan Raka, permisi” ujar Sabrina membuyarkan lamunan Raka, keningnya berkerut saat melihat Sabrina kebingungan.

Di saat bersamaan Wibisana tidak sengaja melihat tingkah Raka langsung tersenyum dan menghampiri kakaknya.

“Kak.... Dokter Sabrina juga mau berwudu. Kalo kakak berdiri di tengah jalan sambil melamun, menghalangi Dokter Sabrina untuk ke toilet” Wibisana merangkul pundak Raka dan sedikit menggeser kakaknya untuk memberi jalan pada Sabrina.

Senyuman itu kembali terlukis di wajah cantik Sabrina, menghipnotis dua pria di depannya.

“Subhanallah....dokter Sabrina. Bisa nggak kadar manisnya di kurangi” gombal Wibisana, membuat Sabrina menatapnya bingung.

“Maksud anda dokter Wibisana?”

“senyuman anda itu terlalu manis, bisa-bisa membuat kakak ku ini kena diabetes” sindir Wibisana melihat ke arah Raka menatap lama Sabrina.

Raka tersadar dari lamunan mendengar gombalan garing segaring kerupuk dari Wibisana. Sebelah tangannya menggeplak kepala Wibisana,

“maaf kan adik saya dokter Sabrina. Silahkan” Raka menarik Wibisana masuk ke dalam mushalla, meninggalkan Sabrina yang kemudian masuk ke dalam toilet.

*************

secepatnya author akan up lagi tiap hari, mohon bersabar menunggu kelanjutannya...🤗🤗🤗🤗

tetap terus dukung Author😊😊😊

dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻

jangan lupa juga kasih rate dan commetnya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat nulisnya...✍️✍️✍️

( Π_Π )

makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗

❤️❤️❤️❤️❤️ all...

1
Ira
keren
Nie
pemeran utamanya Sabrina tpi jarang dimunculin
#ayu.kurniaa_
.
Setyani Putri handayani
thor next kalo mau pakai b.jawa harusnya disesuaikan sama adat jawinya..karna solo ini jawi alus banget..dan kalimat jawa dinovel ini menurutku blm pas dan kasar bhasanya untuk bhs jawa
Linda Yani
harusnya bukan him tp her
Aini Nurkamilah
Aku suka baca nya kata kata nya rapi,, aku juga bikin novel tapi karna pemula dan mungkin kata kata nya kurang efektif dan tidak rapi jadi seperti ada yang kurang dan sedikit peminat...

Bagus kak cerita nya,, semoga aku bisa terinspirasi dari novel nya kakak...
Taa
ceritanya gak seru blibet gak happy
Wiedya Stuti
Luar biasa
Wiedya Stuti
Biasa
Meyma Chamie
Adela Thor bukan helena
Dewi Agustin
Luar biasa
Quen
Nginih kalau terlalu baik jadi orang gasih pelajaran ajah di undur undur mereka bukanya kapok malah akan makin menjadi si sabrina juga yang susah nantinya berlindung dari kata"apa dengan membalas mereka akan berhenti"jika ga di kasih pelajaran meraka akan makin seenaknya dan sifat si sabrina aga plin plan kalau sejak awal si sabrina bersikap tegas dan ngasi pelajaran ke meraka semua ini ga akan terjadi dalam hati kecilnya si sabrina masih menerapkan kasih sayang ayahnya tapi apa yang dia dapet karena kelemahan hatinya orang di sekitarnya jadi kena imbas sekarang kakek dan ayahnya entar siapa lagi yang akan jadi korban karena kelemahan hati si sabrina nunggu semua keluarga yang sayang sama dia mati semua dan hidup keluarga nya ancur baru sadar harus kasih pelajaran ke ayah biadab nya
Mariana Laitti
maaf thor q kecewa sama alur ceritax,makax skip mulai dri nico tidur ma sabrina,pikiranq di akhir cerita sabrina bakalan kembali ke raka,tp aaahh bikin q kecewa
A Yes
ya loe action dong, telpon Papa nya dulu
jaman now koq lelet🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Quen
Kalau sifat nya dibikin lemah terus nanti pas gede ya ketemu mereka lagi malah akan makin sengsara si sabrina
Risy Risyda
TQ author
Happy....
ditunggu karya lainnya
A Yes
kenapa gak kepikiran Sabrina aja, gak akan siremehkan Ulat Bulu, secara Sabrina dokter, pintar dan cantik💃💃💃 klo Anjani kan ketahuan anak magang dan diposisi Receptionis hotel ya bakalan siremehin lah ama iulet bulu😂🤪😂🤪😂🤪
A Yes
😂😂😂😂😂 mulut nyaaa dahbkaya Genk Mak Mak berdaster💃💃💃💃💃🤪🤪🤪🤪😂😂😂😂
A Yes
klo pake "a" jadi kesannya yg baca "ngapak"🤭😂 ya
awak dewek = Ibu dewe
Ngapa = Ngopo
A Yes
Subhanallah, astagfirullah ,,,, bapak kualat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!