Keputusan berlibur selama sebulan penuh untuk memulihkan patah hati sukses besar. Rhea De Santiago tidak lagi menyalahkan dirinya atas perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan kekasih. dia benar-benar sudah pulih dan siap menjalani kehidupan baru.
Namun sehari sebelum pulang ke Meksiko, Rhea menghabiskan malam panas tanpa paksaan dengan William Riagen. Paman dari mantan kekasihnya. Setelah bercinta dengan intens, Rhea langsung terbang ke Meksiko dengan anggapan William tidak mungkin peduli dengan hubungan satu malam yang telah terjadi. Dia tidak tahu tentang William yang sudah menaruh rasa sejak lama.
“... Usai bertemu lagi dengan Mu setelah sekian lama, bahkan menghabiskan malam panas bersama, Aku ingin memiliki Mu seutuhnya. Aku ingin Diri Mu. Rhea De Santiago, Aku akan mengejar Mu tidak peduli jika harus sampai ke ujung Dunia sekalipun. Aku akan menangkap Mu dengan kedua tangan ini, dan menjadikan Mu milik Ku. Milik William Riagen!”
=>Kalau suka, Silahkan dibaca♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Rhea termenung di kursi duduknya. Kini sudah 20 menit berlalu semenjak kepergian Dokter Jack. Tidak terasa lama, justru ini terasa singkat. Rhea masih menatap langit-langit ruangan... Kemudian bergumam kecil, “Jangan datang terlalu cepat, Aku masih ingin bersama dengan anak Ku.”
Klek
“!” Bahu Rhea sedikit terangkat sekilas, kemudian Dia kembali tenang.
“Sudah saat nya Kita berpisah, Sayang...” Batinnya sambil membelai pelan perut yang masih datar itu.
“Haahh... Haahh...”
“!” Lagi, Rhea terkejut. Bukan karena nafas Dokter Jack yang aneh, tetapi suara ngos-ngosan itu mirip dengan seseorang.
Perlahan Rhea memalingkan wajah dan menahan agar atensi nya tidak segera bertemu dengan seseorang. Di depan pintu, sudah berdiri William dengan penampilan berantakan yang di sertai peluh yang membanjiri wajah dan seluruh tubuh.
“Ayo pergi.” Tutur William yang sudah berada di hadapan Rhea usai membuka empat langkah lebar dengan sangat gesit. Pergelangan Rhea Dia genggam namun tidak sampai menciptakan rasa sakit. William berusaha agar tidak mengikuti otaknya yang ingin marah. Dia sangat marah saat ini, sangat! Tapi Dia tidak bisa menaikkan intonasi nada di hadapan Rhea sedikit pun.
“Lepas! Uncle William, Kenapa Kau datang ? Bagaimana bisa Kau di sini ?”
“Jack adalah Dia teman Ku, teman yang sangat dekat malah. Aku selalu menceritakan tentang wanita yang Ku sukai, yang Kucintai, yang Kuincar dan yang ingin Ku miliki. Kuping nya hampir berdarah karena setiap kali berceria, ‘Rhea De Santiago’ adalah nama yang selalu Ku sebutkan. Lagi dan lagi. Berkali-kali. Jack pun menelfon, memberitahu. Ku pinta pada nya agar mengulur waktu paling cepat 20 menit. Sekarang sudah jelas kan? Ayo pulang. Kita bicarakan ini di rumah Ku atau di rumah Mu.”
“Tidak ada yang perlu di jelaskan. Aku sudah berada di sini, apa perlu di jelaskan lagi maksud dan tujuan kedatangan Ku ? Come on, Uncle. Aku sudah memutuskan nya. Lepaskan tangan Ku!”
“Tidak! Aku tidak akan melepaskan tangan Mu. Ayo pulang, Rhea De Santiago!” Pungkas William dengan nada tertahan. Lingkar matanya memerah, tidak suka dengan keputusan yang Rhea ambil.
“Tidak mau!” Kelakar Rhea balik. Dia sudah berdiri, pun menengadah. Atensi mata keduanya terkunci dalam satu resonansi yang sama.
“Kenapa Kau tiba-tiba mengambil keputusan ini ? Okay, mari tarik kesimpulan sejak insiden itu. Kau membenci Ku semenjak insiden itu ? Rhea, Aku tau Aku salah. Aku ingkar janji karena tidak menjaga Mu dengan baik. Aku Tidak datang di waktu yang tepat untuk menolong Mu, juga teman Mu. Tapi kalau begitu, benci saja Aku. Lepaskan semua kekesalan Mu pada Ku, bukan pada tubuh Mu atau janin di rahim Mu.”
Rhea menggeleng pelan. Netra nya memanas—Tidak! Dia hanya bisa menangis usai mendengar perkataan William. Pria itu sedang marah besar saat ini, namun ia mengontrol emosi nya dengan sangat baik agar tidak menaikkan intonasi suara pada Rhea. Rhea merasa Diri penjahat saat ini. Dia membuat Pria sebaik William menyalahkan diri atas semua kemalangan yang menimpanya.
“Uncle William, tolong jangan membuat Ku semakin membenci Mu,” “Tidak... Aku tidak bisa membenci Mu. Maaf... Maafkan Aku...” “...Ini tubuh Ku, ini pilihan Ku. Tolong hargai keputusan Ku.” “...Tidak, Aku juga menginginkan anak ini. Aku ingin membesarkannya. Aku ingin. Aku sangat ingin. Tapi... Orang lain yang akan menerima dampak nya. Mereka yang akan menerima kesialan dari keputusan egois Ku. Aku tidak sanggup lagi melihat kejadian seperti itu. Aku tidak mau lagi.”
Lebih sedikit perkataan yang keluar dari pada perkataan yang berputar-putar di benak Rhea.
“...Kau bersungguh-sungguh akan menggugurkan anak itu ? Ku mohon, pikirkan lagi. Tubuh Mu akan rusak, bayi akan tiada, Rhea... Ku mohon pikirkan lagi.” Pinta William dengan suara parau.
Dia mendukung para wanita di luar sana yang memilih menggugurkan kandungan karena di lecehkan. Dia sangat mendukung para wanita itu agar tidak mengandung anak dari para pelaku pelecehan. Tapi kini, Dia berhadapan dengan wanita yang ingin menggugurkan janin usai memutuskan untuk menikah dengan William. Kali ini ada pecahan darah nya di dalam rahim Rhea. Kali ini berhubungan dengan darah nya. William tidak mau kehilangan apapun. Siapapun. Dia rela bertransaksi dengan iblis asalkan tidak kehilangan apapun.
Rhea sudah menepis tangan William yang merenggang sejenak. Dia langsung berlari keluar drai ruangan. William mengejarnya. Berusaha menghentikan langkah Rhea dengan sabar walau di tepis berkali-kali. Walau di teriaki di depan umum berkali-kali. Aksi kejar-kejaran itu terus berlanjut sampai Rhea menaiki taxi dan William denga mobil nya.
Kali ini mobil nya tidak mengarah ke rumah sakit lain. Kali ini taxi nya mengarah ke kediaman Santiago.
“Rhea.. Rhea tunggu Aku. Katakan apa yang sebenar nya terjadi. Apa Pria itu mengancam Mu ? Rhea ? Rhea..?”
Yang di panggil bertingkah tuli. Dia terus melangkah menaiki anak tangga dan langsung masuk ke dalam kamar, tak lupa langsung mengunci pintu agar William tidak mencoba untuk masuk.
“Rhea... Ku mohon.... Pikir kan lagi,” cetus William. Tangis yang sejak tadi tertahan akhirnya pecah. William sudah tidak tau lagi harus berbuat apa. Dia sudah berlutut dengan kedua tangan yang bertumpu di daun pintu.
“Rhea, Kau mendengarkan Ku kan ? Jawab Aku.. Kumohon Rhea..”
“...” Dalam keheningan Rhea sudah berderai air mata. Dia terduduk lemas sambil memeluk perut. Sambil memeluk janin yang hampir di sedot paksa.
“Aku sudah memikirkan nya berkali-kali, Uncle William. Ribuan kali malah. Aku sungguh tidak mau, namun Kau tidak ada di tempat kejadian. Selama ini Aku hanya mendengar cerita dari mulut ke mulut tentang pemerk*saan yang terjadi. Hanya lewat berita Aku membaca kronologi kejadian. Itu saja sudah sangat mengerikan karena Ku bayangkan. Tapi kali ini terjadi tepat di depan mata Ku. Dan penyebab Rissha di perk*sa adalah diri Ku. Diri Ku yang mengabaikan pesan peringatan dan tetap mengizinkan Mu ada di samping Ku. Aku tidak mau ada korban lain. Aku tidak ingin ada lagi yang di setu*buhi karena Aku kekeh menerima Mu dalam hidup Ku.”
Untuk kesekian kali nya, perkataan itu tersangkut di tenggorokan Rhea dan tidak berani keluar. Hanya berputar-putar di kepala dan membuat nafas nya sesak.
Disaat bersamaan, sudah waktunya mentari akan berpulang ke peraduan, Dia melukiskan warna indah di langit... seringkali di sebut sunset yang indah. Sang mentari berhasil menciptakan pemandangan yang sangat cantik, seolah tidak peduli pada orang-orang yang sedang tertimpa masalah.
...*** ...
...Jangan lupa like dan komen Guys, thank you so much♥️...