Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu teman baru.
“Kamu akan tinggal di asrama Putri. Ingat, tidak boleh membawa teman lelaki masuk ke dalam kamar. Jam malam berlaku untuk semua penghuni, kamu boleh keluar tapi jika jam 9 malam belum pulang ke asrama, pintu asrama tidak akan terbuka untukmu. Jadi berhati-hatilah,” ucap Miss Claudia –wanita yang di tadi mendapat perintah dari Nyonya Charlotte untuk mengantar Amy ke kamarnya.
“Oui,” jawab Amy sambil menganggukkan kepalanya –mengerti.
“Ini kunci kamar mu, dan ini adalah kamarmu. Sekali lagi aku ucapkan selamat bergabung, semoga kau betah dan berusahalah sebaik mungkin!” Miss Claudia tersenyum sambil menepuk bahu Amy memberikan semangat padanya.
Amy tersenyum senang, “Merci beaucoup.” Lalu dia pun masuk ke dalam kamarnya dan terkejut karena ternyata di dalam sana ada seorang gadis yang seumuran dengannya sedang duduk di meja belajar.”
“Eh, bonjour?” sapa Amy.
Si gadis yang dari tadi tampak serius belajar, menoleh ke arah Amy dan menatapnya dengan ekspresi penasaran. “Bonjour…” dia bangun dari duduknya lalu mendekati Amy.
“Kamu teman sekamarku? Siapa namamu? Dari mana asalmu? Kamu seperti orang Asia tapi matamu berwarna biru kehijauan?” cerocos gadis itu.
“Oh iya, maafkan ketidak sopananku, namaku Amanda, siapa namamu?”
Amy tersenyum lalu duduk di tepi ranjang yang akan dia gunakan, “Amy, namaku Amy. Senang berkenalan denganmu, Amanda.”
“Amy? Dari kata Aimee yang berarti kekasih, namamu sangat indah,” ucap Amanda.
“Merci…”
“Dari mana asalmu?” Amanda mengekori Amy, dia duduk tepat di sebelah Amy. Amanda benar-benar terlihat sangat ramah dan Amy bersyukur karenanya, dan akhirnya mereka pun saling mengobrol dengan akrab.
Setelah membereskan semua barang-barang bawaannya –memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari dan menata sprei di ranjangnya, Amy pun merebahkan tubuhnya yang lelah.
Kamar asrama yang ditempati Amy, cukup besar. Terdapat dua ranjang yang berdekatan dan hanya diberi jarak oleh dua buah meja belajar. Terasa cukup nyaman apalagi di temani teman yang sangat ramah.
Amy menarik napas panjang sambil tersenyum senang, “ternyata hidupku tak seburuk itu. Punya saudara jahat tapi aku yakin teman-temanku nanti adalah orang-orang baik seperti Amanda…” gumamnya dalam bahasa Indonesia yang tak dipahami Amanda.
“Hey! Aku lupa mengatakan hal penting padamu,” ucap Amanda. Dia berbaring miring ke arah Amy.
“Apa itu?” Tanya Amy penasaran.
“Di kelas nanti, ada yang namanya Blanche Salvator! Please, kalau kamu ingin bersekolah dengan tenang di kota ini –jauhi dia!” ingat Amanda.
“Kenapa?” Amy semakin penasaran, dia bahkan ikut berbaring miring menghadap Amanda.
“Ayah Blanche adalah seorang Mafia yang sangat menakutkan! Temanku yang dulu satu SMA dengannya bercerita, katanya ada seorang lelaki yang mendekati Blanche dan berani menciumnya –besoknya di temukan tewas di tepi sungai Garonne!”
“Astaga! Benarkah?!” kaget Amy.
“Bahkan ada juga teman perempuan yang tak sengaja membuat Blanche terjatuh. Kau tau apa yang terjadi padanya?”
Amy menatap Amanda sambil menggelengkan kepala.
“Kakinya di patahkan oleh Ayahnya Blanche! Gila kan!”
Amy menganga –antara kaget dan takut. Ternyata Mafia memang se-menakutkan itu! Amy jadi kembali teringat kejadian semalam. Bagaimana kabar lelaki yang tertusuk itu ya? semoga dia baik-baik saja.
“jadi, jangan dekati dia, oke!” ingat Amanda.
Amy mengangguk seraya mengucapkan terima kasih karena sudah diperingatkan oleh Amanda.
…
“Kelasmu di sini, sedangkan kelasku di sebelah sana,” ucap Amanda yang pagi ini mengantarkan Amy menuju kelasnya.
“Terima kasih Amanda, sampai bertemu lagi saat makan siang,” ucap Amy sambil membuka pintu kelas dan berjalan masuk.
Kelas yang diikuti Amy cukup ramai dan banyak peminat, itu berarti Amy memiliki banyak saingan di dunia fashion Designer and Creation. Tapi itu bukanlah masalah, Amy justru merasa tertantang untuk melakukan yang terbaik agar tak kalah saing dengan orang lain.
Seperti yang Amy perkirakan, teman-teman sekelasnya begitu modis. Mereka Nampak seperti para model yang sedang mengenakan pakaian karya desainer untuk dipamerkan di catwalk. Jantung Amy berdebar di buatnya. Amy jadi merasa seperti kutu di antara teman-temannya yang menakjubkan ini.
Dengan perlahan, Amy berjalan menuju kursi kosong yang ada di pojok ruang kelas –karena hanya itu yang tak ada penghuninya. Amy pun duduk tenang di sana lalu mengeluarkan bukunya –menanti pengajar yang masuk.
Saat Amy sedang sibuk membaca buku, suasana kelas yang tadinya ramai, tiba-tiba berubah hening. Amy mengira, mungkin staf pengajar sudah datang. Amy pun mendongakkan kepalanya namun yang di lihat Amy bukanlah staff pengajar melainkan seorang gadis seusianya yang berdiri tepat di depan kursi Amy. Dan lebih anehnya lagi, semua teman sekelas sedang memandanginya saat ini.
“Hmm… bonjour…?” sapa Amy pada gadis yang berdiri di depannya dan menatapnya.
“Ini kursiku,” ucapnya singkat.
“Oh! maafkan aku…” Amy segera bangun dari duduknya, lalu berpindah ke kursi yang ada di sebelahnya. “Silakan,” ucapnya ramah.
Gadis itu mengangguk –tanpa ekspresi, lalu duduk di kursi yang telah diberikan Amy.
“huh menyebalkan! Perusak suasana sudah datang!” celetuk salah satu wanita berambut merah yang duduk di bangku paling depan.
“Ih! Gila, kau ingin mati!” balas temannya.
“mati, ya mati saja…” lanjut si rambut merah.
“Kenapa sih, dia harus masuk jurusan ini! Kenapa nggak sekolah di tempat lain yang sesuai dengan keluarganya!” timpal yang lain.
Amy mengernyitkan alis memandangi orang-orang yang terlihat kesal sambil mengoceh tak jelas, lalu Amy menoleh kearah gadis yang baru datang.
Gadis itu tampak cuek, terus menggambar di kertasnya seolah tak mendengarkan ucapan-ucapan sarkas yang ditujukan padanya.
Amy tersenyum saat melihat telinga gadis itu disumpal earbud. Entah kenapa melihat gadis itu, Amy merasa seperti melihat dirinya sendiri yang tengah dipojokkan oleh Tante Siska dan Om Jo.
Amy mengetuk pelan meja gadis yang ada di sebelahnya. Gadis itu pun menoleh dan menatap Amy.
“Hai, namaku Amy. Senang berkenalan denganmu,”ucap Amy sambil mengulurkan tangannya.
Merasa gadis itu tak akan membalas uluran tangannya, Amy segera membuka tasnya dan mengambil sketch book dan menunjukkan gambar desain buatannya. “Ini design ku, menurutmu apa yang kurang? Ku lihat punyamu sangat bagus.”
Si gadis menatap gambar yang ditunjukkan Amy lalu tersenyum, “ini juga bagus, aku suka bagian ini…” ucapnya sambil menunjukkan design rok mengembang yang di buat Amy. “Akan lebih cocok jika atasannya dibuat dengan lengan puff…”
“Tapi sepertinya bentuk tulip juga oke?” balas Amy.
“hmm, benar juga, atau.. model balon pendek dengan kerutan di ujungnya,” balas gadis itu.
“Waw…” Amy membola tak percaya, lalu menatap gadis itu dengan tatapan penuh semangat, “kamu bisa membuat design ku jadi terlihat sangat elegan… kamu keren sekali. Tolong bantu aku belajar mendesain lagi, bisa?” pinta Amy.
Gadis itu tersenyum dengan pipi merona. Dia malu-malu –imut sekali.
“Oh iya, aku belum memberitahu namaku,” gadis itu mengulurkan tangannya, “Namaku Blance Fluorine Salvator.”
Amy terkesiap, mulutnya sempat menganga sepersekian detik. Ternyata gadis yang ingin dijauhinya, malah jadi teman paling akrab dengan Amy. Bagaimana ini…
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️