Tiga tahun menikah dengan Suami yang bernama Imran laki-laki yang dijodohkan karena sebuah perjanjian kedua Kakek mereka tidak mampu membuat kehidupan Azalea bahagia bahkan berani menggugat cerai Imran karena Imran lebih memilih kekasihnya yang bernama Nathasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Keesokan paginya Imran mengantar Azalea langsung kekantor setelah semalam menginap dirumah Ayah Azalea.Mobil melaju dengan kecepatan sedang karena jalanan masih terlihat lengah,pengendara lain juga tidak terlalu berisik pagi ini hingga membuat mood lebih baik.
"Aku antar sampai dalam ya."kata Imran
"Gak usah Mas,nanti kamu malah telat."kata Azalea
"Ya udah kamu hati-hati."kata Imran
Azalea tersenyum sambil melepas sit beltnya,dia keluar dengan menenteng tas tanpa sadar jika ponselnya jatuh,setelah melepas Azalea tanpa sengaja Imran melihat ponsel Azalea menyala,dia buru-buru keluar namun setelah berfikir dia malah jalan lebih lambat seakan sedang mengulur waktu.
Imran masuk kedalam gedung kantor milik Azalea,disana dia disambut dengan ramah dan hangat karena kini publik tahu bahwa Imran adalah suami dari Azalea.
"Pak Imran,ada yang bisa dibantu?"tanya seorang karyawan
"Ah,mana ruangan Azalea?"tanya Imran
"Sebelah sana,sepertinya Bu Lea juga baru masuk."jawabnya
Imran berjalan menyusuri setiap ruangan,dia melihat satu pintu dengan warna putih polos lalu mengetuknya perlahan.
"Masuk."kata Azalea sambil bersandar dimeja kerjanya,tangannya sibuk membolak balik kertas tanpa melihat siapa yang datang.
Imran terpesona dengan gaya Azalea,ditambah lagi dengan hembusan angin kecil yang menerbangkan hijab seakan terlihat melambai membentuk kepakan sayap.
"Sudah sibuk?"tanya Imran
"Eh Mas,sorry semalam harusnya aku gak pergi tapi gimana lagi,oh ya kamu kesini?ada perlu apa?"tanya Azalea sambil menutup lalu meletakkan diatas meja.
"Kamu menjatuhkan sesuatu."kata Imran
Azalea membuka tas dan melihat ponselnya tidak ada,dia meraih dengan memasang senyum diwajahnya membuat Imran lebih bahagia karena mampu membuat Azalea tersenyum.Azalea kembali menguji Imran,dia memintanya agar menemaninya sampai jam makan siang.
"Mas,bisa temani aku sampai jam makan siang?"tanya Azalea
"Tentu saja."jawab Imran
Azalea pura-pura tertawa kali ini,dia juga memeluk Imran,dia ingin tahu sedalam apa dia bisa percaya kepadanya.Pelukan Azalea mendapatkan balasan,namun mereka melepaskan karena Minarti masuk tanpa mengetuk pintu.
"Mbak Lea,sudah....,ah silahkan kalian lanjutkan."kata Minarti
Imran membantu pekerjaan Azalea sehingga lebih cepat selesai,dia pamit sebelum jam makan siang karena Maher sudah beberapa kali menghubunginya.
"Lea,aku harus segera kembali."kata Imran sambil memperlihatkan nama Maher yang terus berkedip
"He hem,pergilah."kata. Lea
Imran melangkah keluar dengan perasaan gembira,kali ini kebahagiaannya berlebih karena bisa membuat Azalea tersenyum.Kesempatan kali ini Imran gunakan untuk menutupi kesalahan lalu tanpa meminta bakti Azalea kepadanya,baginya Azalea mau tersenyum dan menatapnya itu sudah menjadi bonus besar baginya.
Imran menjadi orang terakhir yang masuk kedalam ruangan meeting bersama dengan rival kerjanya,meski sebelumnya saham perusahaan sempat merosot namun dengan kerja keras Imran kini kembali naik.
"Pak Imran saya salut dengan keberanian Bapak saat membuat sebuah pengakuan,tidak sedikit dari kita lebih memilih bermain seperti kucing dan tikus."kata Seseorang yang duduk disebelah Imran
"Entahlah,saat itu keberanianku muncul tiba-tiba."kata Imran sambil melihat keponselnya yang menyala.
Imran beranjak lebih dahulu setelah meeting selesai,dia membuka ponsel lalu membaca pesan,menghubungi Mamanya dan meminta Mama untuk pulang kerumah.Imran masuk kedalam ruang kerja lalu meminta Maher memberikan amplop berwarna coklat kepada Natasha.
"Apa harus aku?"tanya Maher
"Kamu mau aku terjebak sama dia lagi?"tanya Imran
"Itu tergantung niatnya."jawab Maher yang akhirnya mengalah,dia keluar dengan membawa amplop.
Natasha masih terbaring dirumah sakit saat Maher menghubunginya,dia juga menanyakan dimana Imran,mengapa tidak menemaninya saat dia membutuhkannya.
"Nat,hubungan kalian tidak dilindungi hukum,jadi apapun keputusan Imran kamu harus terima."kata Maher sambil menyerahkan amplop kepada Natasha
"Apa ini?mengapa bukan Imran sendiri yang datang?"tanya Natasha
"Ingat Nat,kalau bukan karena kamu menjebaknya dia mungkin masih memikirkan kamu,tapi tindakan kamu sudah kelewat batas dan membuatnya memilih untuk berpisah denganmu."jawab Maher
Maher meninggalkan Natasha karena disana dia sudah didampingi kedua orang tuanya,kompensasi yang diberikan Imran juga tidak sedikit,dan hak asuh atas Amalia jatuh ketangan Imran namun Imran memberikan waktu kepada Amalia untuk memilih setelah Amalia berusia diatas dua belas tahun.
Dirumah Imran seluruh barang milik Natasha sudah dipacking dan langsung dikirim kerumah Natasha,sementara Imran merombak seluruh kamarnya dengan mengganti semua,Imran ingin membawa kembali Azalea pulang kerumah,apalagi Anita memilih bekerja diluar negeri setelah putus dengan kekasihnya dan terlalu lama mengurung diri.
"Imran,apa Azalea masih bersedia pulang kesini?"tanya Papa
"Belum tahu Pa,aku juga gak buru-buru."jawab Imran
"Kamu yakin Natasha bisa melepaskan kamu?"tanya Papa lagi
"Hem,entahlah."jawab Imran
Imran menyandarkan tubuhnya dikursi sambil memainkan ponselnya,dia menghubungi Azalea pagi ini sekedar bertanya kabar,meski jawaban Azalea hanya satu kata.
Amalia berjalan mendekati Imran dengan wajah sedikit dilipat,dia merasa saat ini Imran sangat jauh darinya,sehingga membuat Amalia tidak banyak memiliki waktu bersamanya.
"Papa."sapa Amalia
"Ada apa?kamu masih belum tidur?"tanya Imran
"Papa gak pernah dirumah,apa masih sibuk?"tanya Amalia
"Kenapa?bukankah ada Noni yang menemani kamu?apa kamu mau Ibu menemanimu?"tanya Imran
"Apa Ibu baik?"tanya Amalia
"Tentu saja,kamu mau bicara?"tanya Imran sambil mencari kesempatan agar bisa menghubungi Azalea
Tidak ada anggukan atau jawaban dari mulut Amalia,namun Imran mencoba untuk mendekatkan keduanya,Amalia masih merasa asing dengan Azalea karena intensitas pertemuan yang sebentar dan selalu bisa dipastikan berselisih dengan Natasha.Setelah tersambung Amalia dan Imran menatap layar dan melihat wajah Azalea.
"Ada apa?maaf aku masih sibuk."kata Azalea
"Tidak apa,lanjutkan saja,kami hanya menemani dari sini."kata Imran
"Kalian belum tidur?"tanya Azalea sambil menutup file dan merapikan meja.
"Aku belum ngantuk Ibu."jawab Amalia
"Sayang ini sudah malam,gak baik tidur malam-malam."kata Azalea sambil tersenyum
Amalia tersenyum balik lalu membisikkan sesuatu ditelinga Imran,kata dan bisikan dari Amalia hanya membuat Imran mengangguk lalu tersenyum.
"Lea,Amalia mau kamu menemaninya."kata Imran
"Satang sekali,Ibu gak bisa malam ini,bagaimana kalau besok?"tanya Azalea
"Mau."kata Amalia
Azalea tersenyum melihat perubahan wajah Amalia,dengan berjalannya waktu banyak sekali perubahan yang terjadi,cerita dari beberapa teman Natasha yang selalu mengatakan hal tidak baik,cerita lain dari tetangga yang terus menyalahkan Mama Imran karena mendukung pernikahannya dengan Natasha dan cerita lain yang membuat Azalea tidak mampu untuk lari lagi.