Saat berumur lima tahun orang tua Santika membuangnya namun 12 tahun kemudian orang tuanya berusaha mencarinya. Hingga pada akhirnya mereka dipertemukan kembali.
Namun dua tahun kemudian dirinya di paksa untuk menggantikan Adik Tirinya yang dijodohkan dengan seorang pria yang terkenal dengan kekejaman dan dingin namun lebih parahnya pria tersebut ternyata lumpuh.
Awalnya Santika menolaknya namun orang tuanya mengancamnya akan menghentikan biaya rumah sakit Nenek angkatnya membuat Santika terpaksa bersedia menikah dengan pria tersebut.
Santika sama sekali tidak menyangka kalau banyak rahasia keluarga suaminya yang selama ini tidak diketahui oleh orang luar. Rahasia apakah itu?
Apakah Santika bahagia menikah dengan suaminya atau berakhir bercerai mengingat keluarga suaminya sangat membenci suaminya dan juga dirinya? Ikuti yuk novelku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Triatmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sulit Untuk Disembuhkan
"Tuan Besar Alberto, kenapa bisa melahirkan putri seperti ini. Menurutku seharusnya di hukum dengan cara dipukuli sampai mati akibat perbuatan sendiri." Ucap salah satu pelayan milik Ibu Veni yang bertugas menjatuhkan nama buruk Santika.
"Betul sekali, biar menjadi pelajaran anak-anak lain agar tidak berani melawan orang tua ataupun bertindak semena-mena." sambung pelayan lainnya yang juga bertugas menjatuhkan nama buruk Santika.
"Hukum! .... Hukum! ... Hukum! ..." Teriak para penonton dengan serempak.
"Satya, tolong ambilkan mas kawin yang diberikan Ayahku." Pinta Santika tanpa mempedulikan ucapan Ayah Rese dan para penonton.
Satya hanya menganggukkan kepalanya kemudian Satya masuk ke dalam gerbang. Tidak berapa lama Satya keluar dari gerbang sambil membawa ayam jago.
"I ... Ini maksudnya apa?" Tanya Ayah Rese dengan wajah terkejut begitu pula dengan para penonton sedangkan wajah Ibu Veni langsung pucat pasi.
Hal ini dikarenakan Ayah Rese dan para penonton melihat salah satu kaki ayam tersebut cacat dan lehernya dikalungi bunga yang terbuat dari pita berwarna merah.
"Apa yang kamu ingin lakukan?" Tanya Ayah Rese penasaran.
Ayah Rese kemudian menatap ke arah istrinya yang terlihat pucat pasi membuat Ayah Rese kembali menatap ke arah Santika untuk meminta penjelasan.
"Semua yang ada di sini. Apakah kalian mengenali benda-benda ini?" Tanya Santika tanpa menjawab pertanyaan Ayah Rese.
"Untuk apa wanita ini membawa ayam dan menunjukkan ke kita?" Tanya salah satu dari penonton dengan wajah bingung begitu pula dengan yang lainnya.
"Inilah yang di sebut mas kawin yang sangat mewah dari kediaman Keluarga Alberto." Jawab Santika menjelaskan
Ayah Rese dan istrinya langsung menundukkan kepalanya dengan wajah sangat malu yang teramat sangat dan ingin rasanya menghilang dari pandangan mereka.
"Apa?" Tanya mereka dengan serempak dengan wajah sangat terkejut.
"Bagaimana mungkin seorang Kepala keluarga Alberto yang terhormat mempersiapkan dan memberikan mas kawin untuk putrinya sendiri seperti itu?" Tanya salah satu penonton dengan wajah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Benar sekali. Ini sama saja tidak menghormati Tuan Muda Diego sama sekali." Ucap penonton lainnya.
"Benar sekali." Jawab para penonton dengan serempak.
"Kalian semuanya bisa melihatnya. Kepala keluarga Alberto tidak hanya memandang rendah Tuan Muda Diego dengan memberikan mas kawin seperti ini. Tapi juga menggunakan ayam yang kakinya pincang untuk menghina Tuan Muda Diego." Ucap Santika menjelaskan panjang lebar.
"Seakan-akan Kepala keluarga Alberto mengatakan kalau Tuan Muda Diego tidak akan pernah bisa berdiri." Sambung Santika.
"Bagaimana bisa seperti ini?" Tanya mereka dengan serempak sambil menahan amarahnya terhadap keluarga Ayah Rese.
"Ini benar-benar keterlaluan." Sambung yang lainnya.
"Santika, jika ingin berbicara seharusnya berbicara dengan bukti. Kenapa kamu memfitnah Ibumu seperti ini? Ini adalah kejahatan besar karena kamu tidak berbakti terhadap orang tua!" Bentak Ayah Rese sambil menunjuk-nunjuk jarinya ke arah wajah Santika.
"Dia bukan Ibuku karena Ibuku masih hidup dan setiap hari tersiksa karena Ayah lebih mementingkan wanita itu. Wanita itu adalah wanita perusak rumah tangga orang dan sekaligus penyebab Ibuku tidak menyayangiku." Ucap Santika dengan nada satu oktaf.
Santika tahu kalau sebenarnya Ibunya menyayangi dirinya namun karena terpengaruh ingin hidup enak dan tekanan dari suaminya membuat Ibunya membenci dirinya.
"Kamu ..." Ucapan Ayah Rese terpotong oleh Diego yang tiba-tiba datang dengan menggunakan kursi roda.
"Aku adalah buktinya." Ucap Diego dengan nada dingin.
Semua orang yang ada di tempat tersebut sangat terkejut dengan kedatangan Diego terlebih sepasang suami istri tersebut. Karena mereka semua tahu kalau Diego mengalami koma dan beberapa bulan lagi akan meninggal dunia.
("Tuan Muda Diego, sudah bangun." Ucap Ayah Rese dengan wajah terkejut).
"Aku adalah buktinya." Ucap Diego mengulangi perkataannya.
"Tuan Muda Diego eh salah maksudku menantuku." Ucap Ayah Rese meralat ucapannya.
"Ayah Mertua, kamu tidak hanya menggunakan hewan ternak sebagai mas kawin putrimu tapi kamu dengan sengaja mempermalukanku." Sambung Diego dengan nada satu oktaf.
"Selain itu kamu dengan sengaja membiarkan putri keduamu membawa peti mati dan ingin menerobos masuk ke tempat kediamanku." Sambung Diego lagi.
"Ayah ..." Ucapan Ayah Rese terpotong oleh Diego.
"Kamu bahkan memfitnah istriku karena tidak berbakti. Apakah kamu masih menganggap Aku ini masih ada? Akibat perbuatanmu maka Aku akan menghukummu berdasarkan hukuman yang berlaku di negara ini." Ucap Diego dengan nada tegas yang penuh dengan aura tidak bisa dibantahkan.
"Ternyata yang dikatakan Nyonya Diego semuanya benar." Ucap salah satu penonton.
"Menghina Tuan Muda Diego harus di hukum dengan berat." Ucap yang lainnya.
"Betul sekali." Ucap mereka dengan serempak.
Ayah Rese dan istri keduanya hanya bisa menundukkan kepalanya karena tidak berani membantah perkataan Diego.
"Nyonya Diego benar-benar bintang keberuntungan yang di kirim dari surga. Karena setelah mereka berdua menikah, Tuan Muda Diego langsung sadar dan hidup Tuan Muda Diego menjadi lebih baik." Ucap salah satu dari mereka.
"Betul sekali. Kita harus membela Nyonya Diego dan mendapatkan keadilan untuk Nyonya Diego." Sambung yang lainnya.
"Ya, dapatkan keadilan untuk Nyonya Diego." Jawab mereka dengan serempak.
"Lempar mereka berdua!" Teriak salah satu mereka yang kebetulan membawa sayur.
Sambil berbicara orang tersebut melempar ke arah sepasang suami istri tersebut dengan sayuran. Hal itu membuat para penonton yang ada di tempat itu berbondong-bondong melempar sayuran ke arah sepasang suami istri tersebut.
Sedangkan sepasang suami istri tersebut menutupi wajahnya dengan ke dua tangannya agar tidak mengenai wajahnya.
Para penonton memaki, mengumpat sambil melempar barang-barang yang di bawa oleh mereka. Sedangkan Santika yang melihat hal itu hanya tersenyum jahat karena sudah berhasil membuat sepasang suami istri tersebut malu di depan orang banyak.
("Aku harus cari cara agar Aku dan istriku tidak dilempari barang-barang oleh mereka." Ucap Ayah Rese).
"Menantuku Diego, mohon ampuni kami. Mas kawin sebenarnya sudah direncanakan tapi karena pernikahan dilakukan secara mendadak dan terburu-buru maka kami belum sempat memberikannya." Ucap Ayah Rese mencari alasan yang tepat.
"Setelah kami kembali ke tempat kediaman maka kami segera mengirimkan mas kawin ke tempat kediamanmu." Sambung Ayah Rese.
"Mengenai masalah putri kami Bela, Ayah pasti akan menyelidikinya dengan ketat dan memberikan penjelasan ke Diego secepat mungkin." Sambung Ayah Rese kemudian memberikan hormat.
"Kalian seharusnya berbicara dengan istriku bukan ke diriku." Ucap Diego dengan nada dingin kemudian menatap ke arah Santika sambil tersenyum.
Ayah Rese yang mendengarkan ucapan Diego langsung menghembuskan nafasnya dengan perlahan untuk mengurangi amarahnya. Sedangkan Ibu Tirinya Santika sangat kesal melihat Diego tersenyum manis ke arah Santika.
("Seharusnya putriku yang menikah dengan Tuan Muda Diego. Seandainya saja Aku tahu Tuan Muda Diego sadar pasti Aku langsung menyetujui putriku menikah dengan Tuan Muda Diego." Ucap Ibu Tirinya Santika sambil melihat Santika berjalan ke arah Diego dan berdiri di sampingnya).
Hal ini dikarenakan Diego terlihat sangat sehat dan sangat tampan terlebih sangat kaya karena itulah Ibu Veni tidak rela melihat Santika bahagia.
Walau begitu dirinya akan meminta putri semata wayangnya untuk mendekati Diego dan merayunya. Jika tidak mempan maka mencari cara lain yaitu memfitnahnya atau jika tidak berhasil maka melakukan yang lebih kejam yaitu menghilangkan nyawa Santika.
"Santika, mengenai masalah ini ..." Ucapan Ayah Rese terpotong oleh Santika.
"Sebagai biaya kompensasi dan uang mahar maka Aku hanya meminta uang satu milyar." Ucap Santika.
"Selain itu Aku ingin memutuskan hubungan Ayah dan Anak. Jadi jika terjadi sesuatu dengan kalian Aku sama sekali tidak perduli begitu pula sebaliknya." Sambung Santika dengan nada tegas.
"Bukankah tadi kamu meminta 500 juta?" Tanya Ayah Rese dengan wajah terkejut begitu pula dengan Ibu Tirinya.
"Memang benar Aku meminta 500 juta untuk biaya menebus putri angkatmu yang selama ini sering menindasku. Di tambah kalian datang dan memfitnahku di depan orang banyak maka Aku meminta uang tambahan 500 juta." Jawab Santika.
"Kamu ..." Ucapan Ayah Rese terpotong oleh Santika.
"Ayah, Aku sangat heran sama Ayah. Kenapa Ayah lebih menyayangi anak angkat yang jelas-jelas tidak tahu siapa ayah kandungnya daripada dua putri kandung Ayah?" Tanya Santika sambil menatap tajam ke arah Ibu Tirinya.
"Santika!" Teriak Ibu Tirinya dengan nada tinggi.
"Karena kamu tidak memanggilku dengan sopan dan tidak menghormati Nyonya Diego. Maka Aku akan meminta tambahan 500 juta lagi jadi total 1 milyar 500 juta." Ucap Santika dengan nada santai.
"Kamu ..." Ucapan Ibu Tirinya terpotong oleh Santika.
"Tambah 500 juta lagi jadi totalnya 2 milyar." Ucap Santika sambil tersenyum jahat.
"Setiap kamu bicara maka Aku akan menambahkan 500 juta." Sambung Santika.
"Ka ..." Ucapan Ibu Tirinya kembali terpotong tapi bukan Santika melainkan suaminya.
"Diam!" Perintah suaminya sambil menggenggam ke dua tangan istrinya agar tidak lagi membantah perkataan Santika.
"Ayah hanya membawa 500 milyar dan kekurangannya besok. Ayah pastikan besok pagi sudah ada di tempat kediaman Diego." Ucap Ayah Rese sambil memberikan cek ke Santika.
"Istriku, ayo kita pergi." Ajak suaminya sambil menarik tangan istrinya dengan kasar.
"Jangan lupa membawa peti matinya." Ucap Santika sambil menerima cek tersebut dan tersenyum dengan penuh kemenangan.
("Aku tahu yang paling penting bagi seorang presiden direktur adalah reputasinya. Sekarang anggap saja sebagai balas dendam kecil karena Ayah tidak mengakuiku sebagai putrinya." Ucap Santika dalam hati sambil menatap kepergiaan mereka).
Ayah Rese dan Ibu Veni yang mendengar ucapan Santika hanya bisa menahan amarahnya. Sepasang suami istri tersebut pergi meninggalkan tempat tersebut namun sebelum melangkah ke arah mobil, Ibu Veni memerintahkan dua pelayan untuk membawa Bela yang berbaring di peti mati.
("Santika, tunggu saja pembalasanku." Ucap Ayah Rese dan Ibu Veni sambil masuk ke dalam mobil).
Di tempat yang sama hanya berbeda ruangan, di mana Ibu Wulan sedang duduk sambil menikmati teh hangat. Tiba-tiba datang Pelayan Surti dengan nafas megap - megap seperti habis lari 100 meter.
"Nyonya gawat." Ucap Pelayan Surti dengan nafas memburu.
"Ada apa?" Tanya Ibu Wulan dengan wajah terkejut.
"Nyonya Muda Diego membawa Tuan Muda Diego ke gerbang kediaman Tuan Muda Diego." Ucap Pelayan Surti sambil berusaha mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena habis berlari.
Ibu Wulan sangat terkejut dengan apa yang dikatakan pelayan setianya namun dirinya diam dan menunggu kalimat selanjutnya.
"Banyak orang mengatakan kalau Nyonya Diego adalah bintang keberuntungan. Mereka semua mengharapkan agar Tuan Muda Diego bisa kembali seperti dulu." Ucap Pelayan Surti.
"Dasar sekumpulan sampah yang tidak berguna!" Teriak Ibu Wulan sambil melempar cangkir yang barusan di pegangnya.
"Bukankah kamu mengatakan kalau Dia sulit disembuhkan bahkan oleh para dewa sekalipun? Tapi mengapa menjadi lebih baik lagi?" Tanya Ibu Wulan dengan wajah frustrasi.
Ibu Wulan kemudian menghembuskan nafasnya dengan kasar untuk mengurangi amarahnya sambil berpikir keras.
"Sampaikan perintahku agar Diego dan istrinya untuk datang ke tempat kediamanku besok pagi!" Perintah Ibu Wulan.
("Aku akan mengundang dokter pribadiku untuk mengecek kondisi Diego." Sambung Ibu Wulan sambil tersenyum jahat).
"Baik, Nyonya Besar." Jawab Pelayan Surti dengan patuh.
Kemudian Pelayan Surti pergi meninggalkan Ibu Wulan sendirian menuju ke tempat kediaman Diego. Sedangkan Ibu Wulan kembali marah-marah tidak jelas sambil membanting barang-barang yang ada disekitarnya.
Hal ini dikarenakan rencana yang selama ini di susunnya gagal total akibat ulah Santika yang berhasil menyembuhkan Diego.
xxxxxxxxxxxxx
Keesokkan paginya Santika dan Diego berada di meja makan untuk menikmati sarapan pagi. Tidak berapa lama datang Satya lalu memberikan hormat ke mereka berdua secara bergantian.
"Tuan Muda Diego dan Nyonya Muda Diego, mobilnya sudah siap." Ucap Satya.
Santika hanya menganggukkan kepalanya kemudian Santika berdiri dan berjalan ke arah meja dekat ranjang. Santika kemudian mengambil botol lalu kembali duduk di samping Diego.
Sedangkan Satya memberikan hormat ke mereka berdua lalu pergi meninggal mereka menuju ke arah mobil.
"Kali ini kita akan menemui orang tuamu dan Aku sangat yakin kalau Ibu Tirimu pasti akan mencoba lagi untuk menyakitimu tanpa sepengetahuan Ayahmu. Karena itu minumlah obat buatanku agar mereka tidak mengetahui kalau suamiku sebentar lagi akan sembuh." Ucap Santika.
Sambil berbicara Santika memberikan botol tersebut ke Diego dan tanpa ragu Diego meminum obat racikan Santika.
Diego sama sekali tidak marah ketika Santika mengatakan kalau Ibu Tirinya akan mencoba kembali menyakiti dirinya.
Hal ini dikarenakan dirinya sudah tahu kalau Ibu Tirinya sangat jahat. Karena itulah Diego saat ini sedang mengumpulkan bukti yang kuat untuk menghukum Ibu Tirinya.
"Suamiku, Aku sengaja memberimu obat untuk berjaga-jaga agar tidak bisa diketahui oleh Ibu Tirimu ataupun orang lain. Obat yang Aku berikan sama sekali tidak ada efek samping hanya saja orang akan mengira kalau penyakit suamiku sulit untuk disembuhkan." Ucap Santika.
mudh membunuh mafia juga diego sdh siao sedia dgn pengawal bayangannya