NovelToon NovelToon
Pembalasan Anak Korban Pelakor

Pembalasan Anak Korban Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Cerai / Keluarga / Balas Dendam
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Dara

"Aku akan menghancurkan semua yang dia hancurkan hari ini."
Begitulah sumpah yang terucap dari bibir Primordia, yang biasa dipanggil Prima, di depan makam ibunya. Prima siang itu, ditengah hujan lebat menangis bersimpuh di depan gundukan tanah yang masih merah, tempat pembaringan terakhir ibunya, Asri Amarta, yang meninggal terkena serangan jantung. Betapa tidak, rumah tangga yang sudah ia bangun lebih dari 17 tahun harus hancur gara-gara perempuan ambisius, yang tak hanya merebut ayahnya dari tangan ibunya, tetapi juga mengambil seluruh aset yang mereka miliki.
Prima, dengan kebencian yang bergemuruh di dalam dadanya, bertekad menguatkan diri untuk bangkit dan membalaskan dendamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejutan Besar

Anita kembali memperhatikan wajahnya di depan cermin. Sekali lagi memastikan polesannya sempurna pagi ini. Hari ini adalah hari yang penting baginya. Hari di mana perusahaan desain interior impiannya sejak dulu akan diresmikan. Tentu saja Anita ingin tampil menawan di hadapan para tamu undangan yang datang.

"Kau sudah siap sayang?"

Pramoedya yang juga tengah bersiap, dengan setelan jas berwarna hitam menghampiri Anita yang memagut-magutkan kepalanya di depan cermin.

"Sebentar lagi."

"Kamu sudah cantik. Apa lagi yang mau kau poles?"

Pram berdiri di belakang istrinya mengendus aroma harum minyak wangi dan mencium Anita di leher belakang. Anita tersenyum geli.

"Aku hanya tidak mau terlihat berantakan di depan kolegaku. Jujur saja aku sedikit gugup."

"Memangnya apa yang membuatmu gugup? Tidak usah khawatir, penampilanmu sempurna hari ini. Kau pasti akan jadi wanita tercantik di sana."

Anita terkekeh mendengar pujian dari suaminya. Pram bukan orang yang pandai memuji atau merayu. Dia adalah tipe laki-laki yang lugas dan hanya bicara seperlunya saja. Bahkan jauh dari kata romantis. Namun perlakuan Pram selalu bisa membuat Anita luluh dan semakin jatuh cinta.

"Memangnya berapa tamu yang kau undang hari ini sayang?"

"Tdak banyak. Tidak lebih dari 30 orang. Tapi semuanya adalah orang-orang yang penting bagiku. Beberapa diantaranya adalah klien-klien setiaku sejak lama. Perusahaan-perusahaan besar yang dulu pernah bekerja sama dengan perusahaan kita dan orang-orang yang pernah menggunakan jasa desain ku dulu."

"Baguslah kalau begitu. Artinya mereka adalah orang-orang yang sudah mengenalmu. Orang-orang yang sudah tahu betapa hebat dan cantiknya istriku. Kamu tidak perlu repot-repot untuk membangun image dan memperkenalkan dirimu lagi."

Sekali lagi Pram mencium leher istrinya. Membuat rasa percaya diri Anita meningkat. Anita seolah mendapat asupan semangat yang paling ampuh.

"Segeralah turun. Aku menunggumu di bawah. Kamu tidak mau terlambat di acaramu sendiri bukan?"

"Turunlah, aku segera menyusul."

Pram memberikan kecupan terakhirnya di kepala belakang Anita yang masih menghadap cermin, sebelum ia keluar dari kamar dan membiarkan Anita menyelesaikan apa yang menurutnya masih belum sempurna.

Terimakasih sudah mau menemaniku hari ini sayang, batin Anita lirih menatap bayangan punggung Pram dari cermin.

Pak Yusuf sudah menunggu mereka sambil mengelap mobil yang baru selesai ia cuci sejak subuh tadi. Ia tak memberi kesempatan untuk debu dan kotoran menempel di sana. Pak Yusuf tau bahwa hari ini adalah hari yang sudah ditunggu oleh majikan wanitanya. Ia tak mau membuat kecewa Anita jika mobil yang akan ia gunakan untuk mengantar Pram dan Anita tidak terlihat bersih dan mengkilat.

"Sudah siap pak Yusuf?"

Gerakan tangannya yang memegang lap mobil berhenti melihat kedatangan Anita dan Pram yang tampak sangat rapi dan anggun.

"Oh sudah Tuan, mari silakan masuk."

Pak Yusuf membukakan pintu untuk kedua orang yang akan duduk di kursi belakang, Pram dan Anita, secara bergantian. Keduanya masuk dan duduk bersebelahan.

"Kau siap sayang?"

Pram memastikan sekali lagi dan Anita menyambutnya dengan senyuman.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju gedung baru yang akan diresmikan menjadi kantor pertama Nyonya Anita. Beberapa kali pak Yusuf melirik ke arah kaca spion di dalam mobilnya, memperhatikan pasangan suami istri yang duduk di belakangnya nampak saling berpegangan tangan. Pak Yusuf tersenyum bahagia melihatnya.

"Sudah menyiapkan kata-kata terbaikmu untuk memberikan sambutan?"

"Iya, sudah. Tapi aku berharap kau ikut memberikan sambutan juga sebagai suamiku."

Pram sedikit terhenyak. Ia tidak menyangka bahwa Anita akan memintanya untuk ikut memberikan sambutan.

"Sedikit saja sayang, cukup sebagai ucapan selamat datang untuk tamu-tamu kita."

"Ya, baiklah. Apapun yang kamu minta."

Anita tersenyum lega mendengar jawaban dari suaminya. Tak ayal pak Yusuf pun ikut tersenyum mendengarnya.

Sampai di gedung kantor baru milik Anita, sudah mulai terlihat kesibukan kesibukan disana. Beberapa orang pegawai baru Anita tampak melakukan pengecekan beberapa keperluan penyambutan tamu.

Beberapa buah karangan bunga lengkap dengan ucapan selamat untuk peresmian kantor baru Anita terlihat berjajar di tembok luar sisi tempat parkir kantor. Dua orang security sedang merapikan posisi karangan bunga itu agar tidak mengganggu arus kedatangan para tamu nantinya.

"Ibu sudah datang?"

Sambut seorang pegawai dengan papan nama bertuliskan Dinda di dada sebelah kirinya.

"Bagaimana persiapannya apa semua sudah beres?"

"Sudah Bu. Semua sudah beres, tinggal menunggu tamu datang."

"Catering aman?"

"Aman ibu. Sesuai arahan ibu, kita menyediakan beberapa jenis camilan dan minuman."

"Syukurlah kalau begitu."

Anita masuk ke dalam ruangan kantor barunya yang sudah didekorasi dengan elegan dan hangat, bersiap untuk menyambut para tamu yang akan segera datang. Ketegangan mulai tampak memudar dari raut wajah Anita melihat persiapan yang telah dilakukan oleh para pegawainya sudah sesuai dengan harapannya.

Hingga akhirnya satu persatu tamu undangan mulai datang memenuhi ruangan kantor. Dan Pramudya terlihat mulai sibuk menyalami dan berbincang dengan para tamu, seperti juga yang dilakukan Anita.

"Selamat datang bapak ibu semuanya, teman-teman yang saya kasihi, terimakasih sudah berkenan hadir."

Kata-kata sambutan itu meluncur dalam balutan senyum di bibir Anita, memulai acara dalam suasana hangat dan santai. Anita memang sengaja membuat peresmian kantor barunya itu tidak terlalu formal. Ia ingin tamu yang hadir merasa disambut dan diperlakukan seperti anggota keluarga. Gurauan dan candaan menyelingi sambutan yang disampaikan oleh Anita dan Pram secara bergantian. Gelak tawa dan senyum dari tamu yang hadir mengisyaratkan rasa bahagia dan puas di hati mereka.

"Selamat atas peresmian kantor barunya Nyonya Anita."

Berbagai ucapan selamat dari tamu yang datang disambut senyum bahagia dari Anita saat berbaur dengan tamu yang sedang menikmati hidangan yang telah disediakan.

"Selamat Nyonya, saya mewakili Ibu direktur yang tidak bisa hadir."

"Oh, tuan Hans. Terima kasih sudah berkenan datang. Iya, sayang sekali Nyonya tidak bisa ikut hadir."

"Nyonya menitipkan salam untuk Anda, dan beliau juga menyiapkan karangan bunga tetapi sepertinya datang terlambat."

"Tidak apa-apa Tuan Hans, terima kasih karena sudah merepotkan."

"Oh iya, saya belum sempat berkenalan dengan suami Anda, nyonya Anita."

"Ah, iya. Saya lupa mengenalkan suami saya. Tadi suami saya sedang menemani beberapa tamu di luar sambil merokok, perlu saya panggilkan sekarang?"

"Tidak nyonya, nanti saja. Mungkin beliau juga sedang sibuk dengan tamu yang lain."

"Baiklah, silahkan menikmati hidangan yang ada. Saya menyapa tamu yang lain dulu."

Anita bergeser ke tamu yang lain yang juga sedang menikmati hidangan yang disediakan. Beberapa diantara mereka sudah saling mengenal dan terlibat dalam obrolan yang tampak sangat seru.

"Sayang, kamu disini?"

Anita menghampiri suaminya yang berada di halaman parkir.

"Ya, baru saja ada kiriman karangan bunga yang datang di sebelah sana. Unik sekali kiriman bunga yang satu ini, kurirnya memintaku untuk menandatangani surat penerimaan karangan bunga. Dari siapa kira-kira karangan bunga itu?"

"Oh ya? Yang pasti dari kolegaku atau klienku. Ayo kita lihat siapa pengirimnya."

Anita menggandeng tangan Pram menghampiri sebuah karangan bunga dengan bentuk yang terlihat berbeda dari karangan bunga yang lain.

"Cantik sekali karangan bunga ini."

Anita bergumam saat ia berada di depan karangan bunga yang bersandar di tembok Salah satu sisi halaman parkir kantornya.

"Oh iya Ini dari klien pertamaku, Nyonya Julia. Barusan sekretarisnya menyampaikan kalau Nyonya Julia mengirim karangan bunga tapi datangnya terlambat."

Menelan ludah mendengar nama Julia disebut oleh Anita. Bahkan ia berkali-kali membaca nama pengirim karangan bunga itu yang tertera di papan karangan. Pram membaca tulisan itu berulang-ulang. Berharap ia salah membaca tulisan di hadapannya itu.

"Juliana Hopkins?"

"Ya, Juliana. Dia adalah klien pertama yang pernah aku ceritakan padamu dulu."

"Kau mengenal wanita ini di mana?"

Pertanyaan peran penuh selidik. Wajahnya terlihat sedikit pucat dengan urat leher yang menegang.

"Perusahaannya yang mengirimkan email padaku dan menawarkan kerjasama. Aku sungguh-sungguh beruntung mendapat klien pertama Nyonya Julia. Seorang perempuan pengusaha yang cantik dan sangat sukses."

Pram tak dapat mengedipkan matanya. Iya sangat terkejut dengan apa yang disaksikan dan didengar dari Anita. Rahangnya kaku gigi-gigi saling beradu.

"Apa maksut Julia melakukan semua ini?" batin Pram menutupi amarah.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!