NovelToon NovelToon
Transmigrasi Aziya

Transmigrasi Aziya

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Transmigrasi / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: lailararista

Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.

Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.

Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.

Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bara sebelum ledakan

Hari ulang tahun akhirnya tiba. Rumah keluarga besar itu dipenuhi tamu. Sepupu, paman, bibi, semua hadir dengan pakaian mewah. Tawa dan obrolan riuh terdengar, namun di balik itu ada bara yang siap menyala.

Aziya memandang kerumunan tamu. Tangannya menggenggam erat buku harian bidan yang kini sudah ia ikat dengan pita merah.

"Inilah saatnya. Gak ada yang bisa lari lagi."

Namun, di sisi lain. Ronald duduk di kursi kehormatan, menyapa para tamu dengan senyum teduh. Semua orang menaruh hormat padanya. Tak ada yang menyangka, di balik tatapan tenangnya tersimpan niat beracun.

Ia berbisik pada salah satu anak buahnya yang menyamar sebagai pelayan. "Pastikan buku itu lenyap sebelum cucuku sempat membukanya. Kalau perlu, gunakan cara apa pun."

Pelayan itu mengangguk patuh lalu menghilang dibalik kerumunan.

Acara pun dimulai. Dan bejalan lancar.

"Happy birthday, sayang," ucap Arion sambil mengecup puncak kepala Azira dan Azura bergantian, setelah keduanya meniup lilin di kue besar. Bagaimanapun juga, Azura sudah ia besarkan dari bayi, tentu rasa sayang itu ada dalam diri Arion. Tapi, rasa kecewanya lebih besar setelah tau kebenaran semuanya.

Aziya hanya tersenyum tipis, menatap kerumunan tamu yang memenuhi tempat mewah itu. Teman sekolah, kerabat orang tua, bahkan kolega bisnis Arion berbaur jadi satu. Bagi Aziya, pesta seperti ini bukan kebahagiaan. hanya topeng mewah yang memuakkan. Ia lebih suka ulang tahun sederhana, ucapan hangat dari keluarga saja sudah cukup.

Pandangan Aziya beralih ke Azura yang tengah sumringah menyambut tamu, seolah pesta ini diciptakan hanya untuknya. Senyum itu menusuk. Azura selalu haus kemewahan, tapi sering sekali menimpakan kesalahan dan kebohongan pada Azira. Bahkan gosip soal belanja barang mewah atas nama Aziya, padahal jelas-jelas ulah Azura.

Tiba-tiba Evan dan Jonatan muncul. Azura langsung memeluk Evan, lalu Jonatan dengan manja.

"Happy birthday, sayang," ucap Evan sambil tersenyum.

"Happy birthday, baby," timpal Jonatan, membalas pelukan erat Azura.

Aziya menahan diri, hanya menatap datar.

"Makasih, Abang!" Azura tertawa ceria, matanya berbinar ketika Evan menyerahkan kotak kecil berisi liontin cantik. "Bagus banget! Aku suka."

Namun senyum itu lenyap ketika Evan beralih pada Aziya. Dengan wajah datar ia mengulurkan kotak serupa.

"Buat lo juga."

Aziya membuka perlahan. Liontin sama persis, hanya berbeda warna. Azura mendapat ungu, sementara Aziya biru laut.

Ia menutup kotak itu, meletakkannya di meja. "Makasih," ujarnya singkat. Lalu, dengan nada dingin ia menambahkan, "Tapi gue gak mau punya barang yang sama kayak dia."

Riuh kecil terdengar. Tamu saling berbisik. Azura berpura-pura sedih, suaranya lirih tapi sengaja dikeraskan.

"Kamu kenapa gitu, Zira? Aku tau kamu benci sama aku... tapi setidaknya hargain pemberian Bang Evan."

"Zira! Kamu keterlaluan!" seru Brianna, wajahnya murka.

Bisik-bisik berubah jadi gunjingan tajam. Semua mata menuding Aziya seolah dia yang salah.

Arion berusaha menenangkan. "Zira, Papa tau kamu kesal, tapi kamu harus bertahan sedikit saja."

Aziya menoleh, tersenyum getir. "Maaf, Pa. Tapi hari ini... aku gak mau diam lagi. Aku gak mau terus ditindas, dipandang buruk, sementara kebenaran selalu ditutupin."

"Kebenaran apa?!" suara Brianna meninggi. "Jangan bikin malu Mama di depan semua orang!"

"Diam!" bentak Arion, membuat Brianna terlonjak kaget.

Jonatan maju selangkah, menatap tajam. "Zira, lo kebangetan. Jangan bikin rusuh."

Aziya menoleh padanya, tatapan dingin menusuk. "Lo pikir gue takut? Lo abang kandung gue, tapi lo juga brengsek. Gue gak akan pernah maafin lo."

Jonatan mengepalkan tangan, suaranya bergetar menahan emosi. "Salah apa gue sampai lo bilang kayak gitu, hah? Dasar anak durhaka!"

Kali ini Aziya tertawa keras, tawanya menggema sampai membuat semua tamu terdiam. "Durhaka? Lo bilang gue durhaka? Dari kecil gue dihina, ditindas, dituduh... sementara lo dan dia selalu dibela. Kalau ada yang durhaka, itu kalian, bukan gue!"

Aziya menatap tajam pada pria yang sudah terlihat renta duduk dipojok kanan mereka, dengan beberapa anak buah di samping nya.

"Hari ini, semua orang yang sudah ngancurin hidup Azira... Tamat!"ucap Aziya tajam dan menekan.

Aziya melangkah perlahan. Semua mata tertuju padanya. Ia membawa kotak kecil di tangannya. Tempat ia menyimpan buku harian bidan itu.

Aziya hanya tersenyum samar. Memperlihatkan buku ditangannya. "Disini, ada sesuatu yang akan mengubah hidup keluarga ini selamanya."

Ruangan langsung hening. Semua mata tertuju padanya.

Tepat saat ia hendak membuka kotak itu, lampu ruangan mendadak padam. Gelap total. Suara teriakan kecil terdengar. Dan ketika lampu menyala kembali, kotak di tangan Aziya sudah hilang.

Semua orang terkejut.

Ronald perlahan berdiri, wajahnya penuh kepura-puraan. "Ada apa sebenarnya, Nak? Jangan menakuti tamu dengan hal yang tidak jelas."

Brianna menatap putrinya dengan bingung. "Azira, apa maksudmu?"

Aziya mengepalkan tangan, menahan emosi. Ia tahu, ini ulah Ronald. Tapi menyerah bukanlah pilihan.

Aziya menatap Ronald tajam, sekilas dia menyeringai membuat Ronald menatapnya aneh. Azira bukan seperti anak yang dia kenal dulu. Terlihat dari tatapannya.

"Kakek pikir aku hanya punya satu bukti?"ucap Aziya dengan seringainya. Ronald menggenggam tongkatnya erat, matanya menatap lurus ke hadapan Aziya. "Kakek salah, aku bukan anak bodoh yang seperti kakek bilang"

"Kakek tidak pernah berfikir seperti itu, sebenarnya ada apa dengan mu?"ucap Ronal.

"Azira! Kamu jangan keterlaluan!"ujar tajam Brianna.

"Saya minta kamu diam! Brianna!"tegas Arion membuat Brianna benar-benar tidak bisa berkata-kata. Suaminya sekarang terlihat lebih menyeramkan.

Aziya menatap dalam Brianna, dari sejak dia menempati tubuh Azira sampai sekarang. Brianna tidak pernah terlihat menyayangi nya, kenapa? Kenapa bisa Brianna membenci anak kandungnya sendiri seperti itu?

"Ma, sebenarnya apa salah ku?"Aziya menatap Brianna dengan mata berkaca. "Kenapa dari dulu sampai sekarang aku gak pernah sekali pun melihat cinta Dimata mama buat aku? Kenapa?"tanya Aziya, mengeluarkan apa isi hati Azira selama ini.

Brianna yang mendengar itu terdiam, dia juga tidak tau jawabnya. Dia sendiri bingung kenapa setiap melihat Azira hanya kekesalan yang ada.

"Mama sayang sama lo, lo yang keterlaluan selama ini."bela Evan, karena dia kesal melihat Azira yang memojoki Brianna.

"Kalau sayang dia gak akan buat gue jadi kayak gini!"teriak Aziya murka. "Dia yang buat Azira mati. Dia yang menghancurkan mental Azira!"

Ucapan Aziya bagaikan belati yang menusuk hati Brianna, kenapa dia berbicara seakan dirinya benar-benar sudah tidak ada. Bukannya selama ini Azira ada, hanya saja sifatnya yang berubah.

Seruan kaget terdengar dari segala arah. Semua tamu saling berbisik, suasana riuh.

"Kalau kalian tau siapa gue dan siapa Azura, pasti kalian akan menyesal."lanjut Aziya dengan nada suara lebih rendah.

Brianna langsung menatap tajam. "Azira! Apa yang kamu katakan?"

Aziya menoleh pada Brianna dengan sorot penuh luka. "Aku bicara kebenaran, Mama. Dan orang yang bertanggung jawab berdiri tepat di ruangan ini."

"Aku kenapa, Zira? Kenapa nama aku dibawa-bawa."ucap Azura menunduk, air matanya hampir luruh. Aziya yang melihat itu menatapnya jijik. Perempuan itu sangat pandai bersandiwara.

"Lo mau tau lo itu kenapa?"Aziya mendekat, menatap tajam Azura."Lo itu jalang, murahan!"

"Azira!"marah Brianna.

Ketegangan makin memuncak. Tiba-tiba, seseorang menarik tangan Aziya, menjauh dari keluarga. Sebuah suara dingin terdengar.

"Gadis gue terlalu baik buat dikelilingi orang-orang busuk kayak kalian."

Semua kepala menoleh. Itu Gabriel, berdiri tegap dengan tangan posesif melingkari pinggang Aziya.

Aziya menoleh, menatap Gabriel sebentar lalu tersenyum samar. "Makasih, tapi biarin gue yang urus. Gue bisa sendiri." Ia melepaskan genggamannya perlahan. Lalu menatap sekeliling, mencari sosok yang ia butuhkan.

"Bibi Rina!"

Seorang pelayan paruh baya berjalan gugup mendekat, menunduk hormat. "Ada apa, Non?"

Azura langsung menyambar. "Zira! Jangan bilang kamu mau nyalahin Bi Rina juga? Dia orang baik"

Aziya tersenyum miring. "Orang baik? Iya, buat lo mungkin. Tapi buat gue Enggak tuh."

Rina menunduk, tubuhnya bergetar hebat. "N...Non, saya gak ngerti maksudnya. Kalau saya ada salah yang gak disengaja, maafkan saya."

"Azira! Kamu benar-benar-" Brianna tak kuasa menahan emosi, tangannya melayang cepat.

Pakkk!

Suara tamparan keras menggema. Semua tamu terperangah, menutup mulut, sebagian bahkan memegang dada mereka terkejut. Mereka tak paham apa yang sedang terjadi-tapi mereka tahu, malam ini pesta ulang tahun itu berubah menjadi ajang pengungkapan rahasia besar.

1
lailararista
selamat membacaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!