Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Yuni hanya menundukkan kepalanya. Dia juga malu karena sudah merasa nyaman saat berada dalam pelukan Bayu.
"Mbak, sebaiknya Mbak Yuni pulang saja, biar Mia dan Kak Bayu yang menjaga Ayah di sini. Kasihan Anak-anak, mereka pasti mencari keberadaan Mbak," ujar Mia yang ingin berusaha mendekati Bayu.
"Kalau Yuni pulang, aku akan ikut pulang juga," ucap Bayu sehingga membuat Mia merasa kesal.
Yuni sebenarnya tidak enak terhadap Mia, apalagi dia bisa menebak jika Mia sudah jatuh hati terhadap Bayu.
"Bay, sebaiknya kamu saja yang pulang. Besok juga kamu harus kerja, biar aku gantian sama Mia jagain Bapak," ujar Yuni.
"Kalau kamu tidak pulang, aku akan tetap di sini menemani kamu," ucap Bayu sehingga membuat Yuni tidak berdaya.
Mia tidak mungkin memaksa Yuni pulang, apalagi saat Yuni menelpon Bu Siti, beliau mengatakan jika Denis dan Nadira baik-baik saja, bahkan ke dua Anak Yuni tersebut tidak pernah rewel.
"Yun, kamu mau makan apa?" tanya Bayu.
"Aku tidak lapar Bay."
"Yun, kamu harus maksain makan, jangan sampai kamu ikutan sakit. Kalau begitu aku beli makanan dulu ya," ucap Bayu dengan melangkahkan kakinya ke luar dari Rumah Sakit.
Setelah kepergian Bayu, Mia pamit ke toilet, padahal sebenarnya dia ingin mengikuti Bayu.
"Mbak, aku ke toilet dulu ya," ucap Mia yang di jawab dengan anggukkan kepala oleh Yuni.
Mia bergegas mengejar Bayu. Dia sudah memutuskan akan berusaha mendapatkan cinta Bayu.
"Kak Bayu, tunggu."
"Ada apa?" tanya Bayu dengan memasang wajah dingin.
"Aku juga lapar. Kita beli bakso yu," ujar Mia dengan memegang tangan Bayu, tapi Bayu langsung menepisnya.
"Maaf Mia, kita bukan muhrim, apalagi aku mysophobia, jadi jangan pernah menyentuh ku," tegas Bayu dengan kembali melangkahkan kakinya.
Mia termenung. Dia tidak menyangka jika Bayu secara terang-terangan menolaknya.
"Kak Bayu tidak usah berbohong. Buktinya tadi Kak Bayu meluk Mbak Yuni," ucap Mia.
"Hanya Yuni satu-satunya perempuan yang bisa aku sentuh. Kamu lihat sendiri, tanganku alergi setelah kamu menyentuhnya," ucap Bayu dengan memperlihatkan tangannya.
Mia terkejut ketika melihat banyak bintik merah pada tangan Bayu.
"Maaf, aku tidak tau," ucap Mia.
Mia merasa bersalah, sampai akhirnya dia memutuskan kembali ke dalam Rumah Sakit.
Kenapa Kak Bayu bisa memiliki penyakit aneh seperti itu? Apa aku menyerah saja untuk mengejarnya? Ucap Mia dalam hati.
Mia menghampiri Yuni yang sedang terlihat menangis. Meski pun tadi Bayu sudah mencegah Mia bertanya kepada Yuni, tapi Mia masih merasa penasaran.
"Mbak, kenapa Mbak menangis? Apa Mbak memiliki masalah?" tanya Mia.
Yuni beberapa kali menarik serta mengembuskan napas secara kasar sebelum menjawab pertanyaan Mia.
"Mia, sebenarnya penyebab Bapak masuk Rumah Sakit adalah Mbak," ucap Yuni dengan terisak.
Secara perlahan Yuni mulai menceritakan masalahnya dengan Hendra. Mia begitu geram ketika mengetahui jika Hendra berselingkuh.
"Sekarang juga Mia akan membuat perhitungan dengan Mas Hendra."
Ketika Mia hendak berdiri, Yuni bergegas mencegahnya.
"Tidak Mia, jangan pernah mengotori tangan kamu demi orang-orang kotor seperti mereka. Besok Mbak sendiri yang akan menemui Mas Hendra," ucap Yuni.
"Kenapa Mbak baru cerita sekarang? Kenapa Mbak selalu memendamnya sendirian?" ucap Mia dengan memeluk tubuh Yuni.
"Tadinya Mbak tidak mau membuat Ibu dan Bapak kepikiran, tapi sekarang Mbak sudah tidak bisa mentoleransi kelakuan Mas Hendra. Tekad Mbak untuk bercerai dari Mas Hendra juga sudah bulat," ucap Yuni.
Mia terlihat berpikir. Ada rasa tidak rela ketika mendengar Yuni akan bercerai dengan Hendra, karena dengan begitu Bayu akan memiliki kesempatan untuk mendekati Yuni. Sampai akhirnya Mia memberanikan diri meminta tolong kepada Yuni.
"Apa Mbak Yuni bisa menolong ku?"
"Memangnya kamu punya masalah apa?" Yuni balik bertanya.
"Sebenarnya aku suka sama Kak Bayu. Apa Mbak bisa mendekatkan aku dengan Kak Bayu? Mungkin kalau Mbak menjodohkan kami, Kak Bayu akan menuruti permintaan Mbak."
Yuni terlihat berpikir. Di satu sisi dia berharap Mia mendapatkan jodoh yang baik seperti Bayu, tapi di sisi lain, Yuni juga tidak enak jika berusaha menjodohkan Bayu dengan Mia.
"Mia, jodoh itu tidak ada yang tau. Mbak tidak mungkin memaksa Bayu untuk menikahi kamu, karena cinta tidak bisa dipaksakan," ucap Yuni dengan lembut.
"Bilang saja kalau Mbak sebenarnya suka sama Kak Bayu kan?"
"Astagfirullah Mia, kenapa kamu berpikiran seperti itu? Meski pun Mbak ingin bercerai dengan Mas Hendra, tapi sampai saat ini Mbak masih seorang perempuan yang memiliki Suami, jadi tidak sepantasnya kamu berbicara seperti itu," ucap Yuni.
"Maaf Mbak, aku tidak bermaksud menuduh Mbak," ucap Mia yang merasa bersalah.
"Sudahlah, sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan semua itu. Sebaiknya kita berdo'a untuk kesembuhan Bapak," ucap Yuni.
Setelah membeli banyak makanan, Bayu kembali menghampiri Yuni dan Mia yang sudah berada di depan ruang ICU, karena sebelumnya Pak Ibrahim sudah di pindahkan ke ruang ICU.
"Yun, sebaiknya kamu makan dulu, aku sudah beli bubur buat kamu," ucap Bayu dengan memberikan kotak makanan yang berisi bubur kepada Yuni.
"Bay, aku tidak lapar. Kamu makan saja buburnya," ucap Yuni.
"Aku juga beli. Kamu makan sedikit saja ya. Atau mau aku suapin?" bujuk Bayu.
"Tidak, terimakasih. Aku makan sendiri saja. Apa kamu beli juga buat Mia?" tanya Yuni.
"Ini buat Mia," ucap Bayu dengan memberikan kotak bubur untuk Mia kepada Yuni.
Sejak SMP Yuni sudah tau tentang penyakit Bayu yang tidak dapat bersentuhan dengan orang asing. Dia juga masih merasa heran karena Bayu tidak alergi saat menggendong atau memeluk Denis dan Nadira.
"Mia, kamu juga makan ya," ucap Yuni yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Mia.
"Oh iya, aku juga beli buah-buahan sama makanan ringan, nanti kalau kamu lapar, kamu tinggal makan," ucap Bayu.
Mata Yuni berkaca-kaca ketika Bayu memberikan satu kantong besar yang berisi makanan kepada dirinya. Dia selalu merasa tersentuh dengan perhatian yang ditunjukan oleh Bayu.
"Terimakasih Bay," ucap Yuni yang dijawab dengan senyuman oleh Bayu.
......................
Keesokan paginya, Bayu pamit kepada Yuni untuk pergi bekerja.
"Yun, aku berangkat kerja dulu ya. Kalau ada apa-apa kamu jangan sungkan menghubungiku."
"Iya Bay, tolong ijinin aku ya," ucap Yuni.
"Kamu tenang saja, nanti aku bakalan ijinin kamu."
Waktu sudah menunjukan pukul dua belas siang. Yuni dan Mia masih menunggu di depan ruang ICU, tapi kondisi Pak Ibrahim masih belum ada perkembangan juga.
Beberapa saat kemudian, Yuni mendapatkan kiriman video dari Heni. Yuni begitu murka ketika melihat Hendra yang sedang bermesraan dengan Lisa di kantin Perusahaan.
Aku harus membuat perhitungan dengan Mas Hendra, gara-gara dia Bapak masuk Rumah Sakit.
Saat ini Bapak masih terbaring lemah, tapi dia dengan bangganya memamerkan perempuan ja*lang yang sudah menghancurkan rumah tangga kami, ucap Yuni dalam hati dengan mengepalkan tangannya.
*
*
Bersambung