Pembalasan Lewat Tubuh Yang Ku Pinjam.

Suasana yang mencekam di ruang tamu itu, dengan penuh emosi, kekecewaan dan rasa penyesalan yang terlihat di wajah Haris, bukan menyesal karena memperlakukan istrinya tidak baik demam bela Nara. Tetapi menyesal cukup dibutakan selama ini yang tidak menyangka perbuatan istrinya seperti ini.

"Masih ingin memberikan pernyataan?" tanya Haris dengan suara tenang yang berusaha untuk mengontrol diri.

"Apa-apaan ini? kenapa aku selama ini lengah sampai tidak tahu jika. Mas harus menyelidiki ku diam-diam. Bagaimana ini? Apalagi yang harus aku lakukan dan apa yang harus aku katakan agar meyakinkan dia bahwa aku benar-benar tidak bersalah?" batin Tami panik.

"Aku benar-benar tidak menyangka Tami. Kamu melakukan semua ini, kamu bermain di Perusahaan dan bekerjasama dengan laki-laki itu. Aku tidak tahu apakah hubungan kalian berdua hanya sekedar bekerja sama untuk mendapatkan keuntungan atau justru kalian memiliki hubungan romantis di belakangku?" tanya Haris dengan suara datar yang benar-benar sangat lelah pada istrinya.

"Tidak. Mas!" ucap Tami.

"Mas jangan memikirkan apapun tentang hubungan kami. Aku bisa menjelaskan semua ini, kamu harus percaya padaku!" Tami mendekati Haris dengan memegang tangan Haris. Air matanya sudah jatuh yang pasti air mata buaya untuk mencuri perhatian Haris agar kasihan padanya.

Ternyata hal itu sama sekali tidak dapat mempengaruhi Haris yang menepis tangan istrinya itu memperlihatkan sikap dingin dengan penuh rasa amarah yang besar.

"Kamu benar-benar sangat keterlaluan! Aku memberikan kepercayaan kepada kamu sepenuhnya, tidak pernah berpikiran buru dan selalu menjadikan kamu orang yang berharga di rumah ini. Anara sangat menghormati kamu dan ternyata kamu melakukan semua ini," ucap Haris dengan nada yang kekecewaan.

"Aku tidak bodoh Tami. Sudah jelas semua bukti ada di depan mataku, apapun yang kamu katakan dan mau sebesar apapun kamu menjelaskan, memberikan bukti jika kamu tidak bersalah. Maka semua itu sudah tidak ada gunanya. Karena semua kenyataannya ada di depan mata!" tegas Haris.

Tiba-tiba saja Tami berlutut di depan Haris yang memegang kedua kaki Haris yang menangis sesenggukan seolah memperlihatkan penyesalan yang besar.

"Mas! Aku mohon kamu harus memberiku kesempatan. Aku mengakui jika aku khilaf, aku salah, kejadian ini sudah sangat lama dan aku dipengaruhi oleh Rudi. Aku sudah lama ingin mengatakan kepada kamu semua ini, tetapi Rudi memberikan ancaman kepadaku dan aku tidak bisa berbuat apa-apa,"

"Sungguh Mas! Aku benar-benar tidak pernah mengkhianati kamu. Aku sangat mencintai kamu dan aku hanya dijadikan kambing hitam sajan!" Tami terus berusaha untuk mempengaruhi pikiran Haris agar benar-benar percaya padanya.

"Apalagi yang ingin dilakukan wanita ini? Dia benar-benar akan mempengaruhi Papa, dia melakukan berbagai cara agar Papa percaya padanya," batin Nara.

"Kamu percaya padaku?"

"Ampuni aku. Mas!"

"Beri aku kesempatan!"

Di tengah permohonan Tami yang tiba-tiba saja muncul dari depan rumah Nindy dan Heri. Kedua orang itu sama-sama terkejut ketika melihat apa yang di lakukan Tami.

"Mama..." lirih Nindy

"Apa yang Papa lakukan?" tanya Nindy yang membentuk Tami untuk berdiri.

"Ada apa ini? kenapa Papa membiarkan Mama berlutut seperti itu? Papa kenapa sampai setega itu?" protes Nindy.

"Bukan saya yang tega, tetapi kalian yang tega yang telah membohongi saya selama ini," jawab Haris.

"Apa maksud Papa dengan kata membohongi?" tanya Nindy dengan wajah kebingungan.

"Kalian berdua dari mana dan kenapa bisa datang bersamaan?" harus menjawab pertanyaan itu dengan mempertanyakan balik melihat pergantian Nindy dan juga Heri.

"Om begini....."

"Apa kamu sedang curhat pada Nindy karena saya belum memberi kamu izin untuk bertemu dengan Anara dan Nindy berusaha untuk menenangkan kamu," Haris memotong kalimat itu dengan menjawab langsung yang pasti sangat sudah hafal sekali jika kedua orang itu tertangkap basah maka jawaban Heri selalu melibatkan Anara.

"Apa maksud Om?" tanya Heri dengan perasaannya yang masuk dan apalagi melihat tatapan mata harus terlihat dingin padanya.

"Saya yang bertanya kepada kalian berdua? Apa maksud hubungan kalian selama ini? Sedekat apa hubungan kalian berdua?" tanya Haris.

"Apa maksud Papa. Sudah jelas-jelas sejak dulu aku dan Heri dan juga bahkan bersama dengan Anara sangat dekat. Kenapa tiba-tiba bapak mempertanyakan hal konyol ini?" tanya Nindy.

"Jadi hubungan kalian berdua di belakang Anara merupakan hal konyol bagi kalian berdua?" tanya Haris.

Heri dan Nindy yang terlihat sama-sama kaget dengan mereka berdua saling melihat yang sepertinya apa yang mereka sembunyikan sudah terbongkar.

"Sejak kapan kalian berdua menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Anara? Sejak kapan kalian bermain api di belakangnya?" tanya Haris menekan suaranya.

"Tidak. Pa!"

"Papa jangan memberikan tuduhan sembarangan! Aku sama sekali tidak melakukan apapun! Aku berani bersumpah jika aku dan Heri tidak memiliki hubungan apapun yang seperti papa pikirkan. Aku sangat menyayangi Anara, kami berdua adalah orang yang tidak terpisahkan dan saling mengisi satu sama lain dan bagaimana mungkin Papa bisa berpikiran buruk seperti ini kepada kami," Nindy berusaha memberikan alasan agar Heri percaya kepadanya.

"Omong kosong. Mau seperti apapun kalian mengelak. Papa tidak akan percaya lagi, Karena dia sudah memiliki bukti yang banyak. Memang enak yang sekarang ketahuan," batin Nara dengan tersenyum miring.

"Aku mohon kepada Papa untuk tidak memberikan tuduhan apapun kepada kamu dan percayalah jika tidak ada terjadi apapun diantara kami!" tegas Nindy.

"Apa yang dikatakan Nindy benar! Saya sangat mencintai Anara dan bagaimana mungkin saya telah mengakhiri Anara! saya sangat kecewa kepada Om. Karena telah memberi tuduhan seperti ini kepada saya dan Nindy," tambah Heri yang tidak kalah memberikan klarifikasi agar dipercayai oleh Haris.

Haris menghela nafas dan kemudian mengeluarkan sesuatu lagi dari balik jasnya.

"Jelaskan kepada saya tentang foto-foto ini!" Haris kembali menghamburkan foto-foto tersebut sehingga berjatuhan di lantai yang membuat kepala Heri dan Nindy mendongak ke atas menunggu foto-foto itu jatuh dan terlihatlah bagaimana kedekatan mereka berdua.

Bukan foto-foto biasa seperti kedekatan Tami dan Rudi, tapi ini di luar biasa bahkan foto-foto romantis mereka yang berciuman di dalam kamar, bahkan terdapat foto berciuman di dalam ruang perawatan Anara dan entahlah dari mana Haris mendapatkan semua itu.

Wajah Heri dan Nindy sama-sama terkejut dan begitu juga dengan Tami yang tidak percaya dengan kebenaran yang sekarang diperlihatkan oleh Haris.

"Saya ingin muntah mendengar penjelasan kalian berdua. Berani sekali kalian berdua mengkhianati Anara! Kalian dua orang-orang yang tidak tahu berterima kasih!" tegas Haris menekankan penuh dengan kekecewaan.

"Jawablah saya sejak kapan kalian berdua melakukan semua ini!" tanya hari dengan suara menggelegar yang mengejutkan Nindy orang-orang yang ada di sana.

"Kalian bener-bener bukan manusia. Kalian memanfaatkan kepolosan Anara dengan perbuatan yang sangat menjijikkan ini!" tegas Haris yang ternyata lebih marah kepada Nindy dan Heri atas pengkhianatan yang didapatkan anaknya daripada pengkhianatan yang dilakukan Tami kepadanya.

Bagaimana dia tidak marah yang merasa gagal sebagai seorang ayah yang tidak tahu apa-apa yang terjadi kepada putrinya.

"Kenapa kalian dia membisu seperti ini? Bukankah berdua sangat pintar memberikan alasan bahwa seolah-olah kamu Heri!" tunjuk Haris "sangat mencintai putri saya dan pada kenyataannya kamu selama ini hanya bermain peran di belakang anak saya!" tegas Haris.

Bersambung.....