Duda Dingin Jatuh Cinta Lagi

Gista tersenyum melihat Ziza dan Ruby yang sudah tertidur. Dia membelai rambut panjang keduanya.

"Kasian kamu, Ziza. Tapi tante yakin, kamu akan jadi anak yang kuat, karena kamu anak yang baik dan pintar."

Gista sudah tau kalo ibunya Ziza sudah meninggalkannya, waktu Ziza dilahirkan.

Pasti berat hidup Ziza.

Dia aja yang kehilangan mamanya setelah mendapat kasih sayang hampir tiga puluh tahun, masih merasa sangat kurang. Bahkan hampir melakukan hal yang nekad

Saat ini Gista malu melihat ketegaran Ziza. Matanya kini berkaca kaca.

Dua jam lagi kapal yacht akan merapat ke pelabuhan.

Gista melangkah perlahan meninggalkan keduanya setelah mencium puncak kepala keduanya.

Saat ini di luar sinar matahari semakin redup. Nggak lama lagi mereka akan melihat sunset.

Gista duduk menjuntaikan kakinya, menyendiri di salah satu sudut kapal. Angin yang menampar wajahnya terasa dingin tapi menyegarkan.

Nathan, Zoya dan anak kembar mereka masih bermain jetsky. Begitu juga Eriel dan Edna, Jeff dan Cleora.

Para bocil laki laki yang lain sedang mabar di kapal yacht sebelah.

Gista melipat kedua tangannya di dada ketika hawa dingin mulai teras menusuk tulangnya. Tapi dia seolah tak peduli. Sampai kemudian sebuah jaket menutupi bahunya.

Dari harumnya Gista tau milik siapa. Dia ngga bereaksi apa pun. Kata kata laki laki itu sangat melukainya.

"Kenapa ngga di dalam aja sama anak anak. Anginnya kencang." Kaysar duduk di sebelah Gista.

Gista ngga menjawab. Tapi mengambil jaket itu dan meletakkannya di atas paha Kaysar.

Dia pun segera bangkit.

Kalo bukan karena Ruby, dia ngga mungkin ada di sini.

GREP

Gista menatap kesal saat melihat tangannya digenggam, Kaysar eolah menahannya untuk pergi.

"Kita bicara sebentar."

Gista menepis pelan, karena dia tau, ada beberapa pasang mata yang sedang mengawasi mereka.

Kaysar menatap tajam, tapi Gista membuang muka.

Tanpa sepatah kata pun Gista melangkah pergi meninggalkan Kaysar yang hanya bisa menghembuskan nafas panjang.

Tapi saat disadarinya sepupu dan sahabatnya sedang mengawasinya, Kaysar meraup wajahnya dengan kesal.

Gista akan beristirahat di tempat ponakan dan Ziza saja.

Dia berjalan sambil menunduk untuk kembali ke tempat ponakannya dan Ziza.

"Bisa bicara sebentar?"

Agak kaget juga Gista mendengar pertanyaan yang hampir sama dengan laki laki yang ingin Gista hindari

"Ya."

Fazza menatap Gista sekilas. Dia semakin yakin kalo gadis ini memang mantan pegawai magangnya yang dulu dia pecat.

Memang sekarang penampilan dan karakter gadis itu berbeda.

Fazza sudah tutup kasus itu sejak lama, ngga mau mencari tau juga, karena pegawai magang itu setelah dia pecat, menghilang tanpa jejak. Lima tahun. Dan sekarang dia muncul lagi tapi kini dengan cara yang berbeda.

"Kita pernah kenal sebelum ini?" Fazza hanya menguji.

Gista yakin kalo ketakutannya sudah terjadi. Pasti Fazza sudah ingat tentang dia.

Tapi entah mengapa sekarang Gista ngga mempedulikan, apakah Fazza akan menuntutnya karena soal penipuan yang sudah dia lakukan dulu.

"Menurut anda?" Gista tetap berusaha tenang.

Fazza tersenyum miring. Dia terpaksa kepo karena Kaysar kelihatannya sudah mulai ada reaksi positif. Apalagi Ziza.

"Motifmu lima tahun dulu, apa yang seperti aku pikirkan?"

"Ya," tegas Gista. Pasti sudah taulah Fazza dengan tujuannya yang ingin menarik perhatian Fazza. Jadi pelakor.

"Kenapa kamu menghilang setelah saya pecat?"

"Sudah ketahuan, kan. Apalagi yang harus saya lakukan." Gista sengaja agak mengeraskan suaranya, karena dia yakin Kaysar berada ngga jauh dari keberadaan mereka.

"Saya juga ngga menyangka kita bisa bertemu lagi. Memang dulu saya menyukai anda dan penasaran dengan anda. Tapi sekarang.... Saya juga sudah punya calon suami. Kalo pun sekarang saya ada di sini, itu karena ponakan saya. Bukan alasan yang lain," tegas Gista. Dia yakin Kaysar sudah mendengarnya.

Fazza terdiam.

"Saya permisi," pamit Gista kemudian melangkah pergi, membiarkan Fazza yang masih terdiam.

Fazza masih terdiam sampai beberapa lama kemudian.

"Kamu dengar, kan, Kay."

Kaysar keluar dari tempat dia menyembunyikan diri.

"Jadi dia gadis yang magang dulu?" Kaysar menatap datar. Dia tadi sempat shock mendengar pembicaraan keduanya. Terutama yang dikatakan Gista di kaljmat kalimat terakhirnya.

"Ya, aku baru tau. Tapi kelihatannya dia bohong. Kamu bisa tanyakan langsung padanya." Fazza berbalik pergi dengan sedikit lengkungan di bibirnya.

Dia tau, tadi Gista pasti juga tau kalo Kaysar ada di sana. Walaupun dia ngga tau apa yang sudah terjadi di antara keduanya, tapi dia tau keduanya lagi ada masalah.

Kayaar terdiam.

Bohong soal yang mana?

*

*

*

Ketika Gista sedang tiduran, ponselnya bergetar lagi. Hampir saja dia cuekin saat melihat nama penelponnya. Tapi setelah kejadian tadi, dia butuh tempat curhat.

"Ya, Nichol......."

Balasan yang terdengar hanyalah kekehan tawa yang berderai.

Gista jadi berdecak mendengarnya.

"Aku lagi on the way ke pelabuhan sama Andres," seru Nichola penuh semangat.

"Ngapain bawa bawa Andres?" kaget Gista sampai terduduk.

Ternyata dia serius mau datang?

Ngga ada jawaban, hanya tawa berderai lagi yang Gista dengar.

Belum juga curhat.

Gista membuang nafas kesal. Kemudian Gista langsung memutuskan tanpa mengatakan apa apa lagi.

Hatinya malah bertambah kesal.

*

*

*

Kaysar berdiri resah di balik pintu kapal.

Ingatannya melayang pada kejadian lima tahun yang lalu.

Dia sendiri yang berkata kalo pegawai magang itu mencurigakan pada Fazza.

Fazza percaya dan langsung menyelidiki. Tapi hanya sampai memecatnya. Tidak menyelidiki tujuannya.

Memang aneh, setelah itu pegawai magang itu menghilang, tiada kabar.

Kalo dia memang menyukai Kaysar, pasti dia ngga akan menyerah semudah itu.

Sekarang dia muncul lagi, tapi sama sekali dengan tampilan baru. Yang anehnya, Gista sudah lupa dengan Fazza. Apalagi dirinya yang waktu itu hanya dilihat sekilas. Pasti ngga diingat.

Bodohnya lagi, dia pun lupa sama wajah pegawai magang itu.

Sekarang, malah dia yang menyeret gadis itu ke arahnya karena Ziza.

Kaysar menghembuskan nafasnya berkali kali.

Dia sudah punya calon suami?

*

*

*

"Masih tidur?" Kaysar agak terkejut juga ketika pintu kapal terbuka dari dalam

Gista sedang menggendong keponakannya.

Gista hanya mengangguk sambil melangkah pergi. Kedua kapal yacht mereka sudah merapat

"Aku minta maaf."

Gista tetap melangkah, seolah ngga mendengar yang dikatakan Kaysar.

Dia akan menuruti kata kata laki laki itu. Lupakan. Sekarang dia sedang melakukannya.

Kaysar menghembuskan nafas kesal. Dia ngga suka diacuhkan. Padahal dia sudah berusaha meminta maaf dengan perbuatannya sampai menurunkan harga dirinya. Tapi masih saja ngga dianggap.

BUGH

Tembok sialan, batin Kaysar kesal.

Kaysar memegang keningnya yang tanpa sengaja kejedot pintu saat akan masuk ke dalam kapal.

Gista menoleh dan melihat laki laki itu memijat keningnya sebelum masuk ke dalam ruangan di dalam kapal.

Rasain, batin Gista senang, dan meneruskan langkahnya