Syahira Nazira gadis berusia 21 tahun dijodohkan dengan anak pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu agama tanpa sepengetahuan darinya.
Namun, dia tetap menjalankan perjodohan tersebut karena tidak mau durhaka dengan orang tuanya. Syahira yang berniat menikah dengan orang yang dia cintai harus menguburkan harapan itu dan mencoba menerima apa yang orang tuanya pilihkan untuknya.
Zaidan pria berusia 28 tahun, juga ikut berkorban untuk bisa melihat orang tuanya bahagia. Zaidan yang baru kembali dari Mesir harus mengorbankan perasaannya sendiri dan menerima permintaan kedua orangtuanya.
Menikah tanpa ada rasa cinta sama sekali bahkan tidak saling kenal satu sama lain. Bagaimana sikap keduanya setelah menikah?.
Ikuti terus!!!
Dukung terus karya remahan author.
berupa! Like, komen, vote, gift, and start. sebagai motivasi dan juga dukungan dari kalian semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umul khaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Sampai di rumah sakit terdekat dari tempat penyelenggaraan lomba, Zaidan membopong sang istri masuk ke rumah sakit yang di ikuti ummi Aminah di belakangnya yang tidak kalah khawatir.
Begitu masuk ke dalam rumah sakit, beberapa suster yang udah siap dengan brankar yang di dorong di tangannya. Zaidan menurunkan Syahira dengan hati-hati, setelah itu para suster membawa masuk Syahira ke dalam IGD untuk di periksa. Sedangkan, Zidan dan ummi Aminah menunggu di depan IGD panik takut terjadi sesuatu pada Syahira di dalam sana.
Selama menunggu, Zaidan tidak bisa diam, ia mondar mandir di depan ruang IGD saking khawatir. Zaidan merasa kalau dirinya gaga menjadi suami istri sedang sakit tapi ia tidak peka sama sekali, bahkan Garry yang bukan siap-siapa Syahira saja merasa ada yang berbeda dengan istrinya.
"Nak, berdoa saja semoga Syahira baik-baik aja. Ummi yakin tidak terjadi apa-apa sama istri kamu" ucap ummi Aminah menenangkan Zaidan yang sibuk mondar-mandir seperti setrika.
" Zaidan takut ummi, kenapa Zaidan tidak peka lebih awal ini malah Garry yang peka terlebih dahulu padahal yang suami Syahira aku bukan dia. Aku merasa suami yang nggak berguna untuk istri aku sendiri ummi" ucap Zaidan menangis.
Zaidan tidak bisa menahan tangisnya melihat sang istri yang ada di dalam sana, entah apa yang terjadi padanya.
"Zaidan, dengarkan Ummi. Syahira akan baik-baik saja percaya sama Ummi, doakan saja istri kamu jangan menyalahkan diri kamu sendiri" ucap ummi Aminah memeluk anak semata wayangnya.
Tidak lama keluar seorang dokter perempuan dari ruang IGD, Zaidan menghampiri dan menanyakan berbagai pertanyaan kepada sang dokter. Dokter yang merupakan seorang wanita tersenyum ke arah Zaidan yang begitu mengkhawatirkan pasien.
" Dokter, gimana keadaan istri saya? Dia baik-baik aja kan? Tidak terjadi sesuatu padanya kan?" Tanya Zaidan
"Zaidan, tenanglah! Gimana dokter bisa jawab kalau kamu bertanya terus!" Tegur ummi Aminah.
" Gimana keadaan menantu saya dokter?" Giliran ummi Aminah yang bertanya kepada sang dokter.
" Alhamdulillah, pasien baik-baik saja tapi...."
"Tapi kenapa, Dok? Istri saya baik-baik aja kan?" Tanya Zaidan belum selesai dokter tersebut menjelaskan.
" Tapi... saya punya kabar baik untuk ustadz!" sambung dokter perempuan itu.
Ia seolah senang melihat Zaidan dengan wajah khawatirnya. Ia bisa melihat bagaimana perasaannya terhadap pasien. Dokter tersebut memanggil Zaidan dengan sebutan ustadz lantaran baju yang dikenakan Zaidan saat ini dan juga ummi Aminah yang menggunakan cadarnya begitu juga dengan Syahira di dalam sana.
" Selamat, setelah saya periksa tadi, tidak terjadi sesuatu pada istri ustadz malahan ustadz akan segera menjadi seorang ayah. Tapi, untuk lebih meyakinkan lagi saya sarankan untuk di periksa yang lebih ahli di bidangnya" tambah dokter perempuan tersebut lagi.
" Dokter bilang apa barusan? Tolong ulangi sekali lagi" ucap Zaidan masih tidak percaya dan takut salah dengar.
"Selamat menurut perkiraan saya, istri ustadz sedang mengandung tapi untuk memastikan kondisi bayinya lebih baik sama dokter kandungan saja karena itu bukan keahlian saya. Pasien akan segera di pindahkan ke ruang perawatan sebentar lagi, saya permisi dulu. Sekali lagi selamat atas kehamilan istri ustadz!" ucap dokter.
"Setelah pasien sadar nanti, ustadz bisa mengecek kandungan di poli kandungannya" ucap dokter sebelum benar-benar pergi.
Zaidan begitu senang memeluk ummi Aminah setelah dokter itu pergi, tidak lupa juga Zaidan mengucapkan terima kasih pada sang dokter, saking senangnya Zaidan sampai tidak sadar pelukannya begitu kuat membuat ummi Aminah hampir kehabisan napas dibuatnya.
Zaidan tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata ia sungguh begitu bahagia dengan kabar tersebut, ia akan menjadi seorang ayah. Penantiannya selama ini, ia tidak menyangka akan mendapatkan kepercayaan secepat ini dari sang pemilik manusia.
" Ummi, aku mau jadi ayah, ummi aku bahagia. Terima kasih ya Allah, terima kasih" ucap Zaidan masih memeluk umminya.
" Zaidan lepaskan ummi" ucap ummi Aminah memukul pundak Zaidan mengunakan tangannya.
" Maafin Zaidan, Zaidan nggak sengaja. Ummi baik-baik aja?" Tanya Zaidan baru sadar kalau ia telah menyakiti umminya karena terlalu bahagia.
" Kamu ini, Ummi hampir kehabisan napas" ucap ummi Aminah.
" Zaidan minta maaf, Zaidan terlalu bahagia" Ucap Zaidan lagi.
" Karena kamu sudah memberikan kebahagiaan untuk Ummi, jadi Ummi maafkan." balas ummi Aminah.
Zaidan kembali memeluk wanita yang melahirkannya ke dunia ini, kali ini Zaidan memeluknya dengan lembut. Ummi Aminah juga membalas pelukan Zaidan, ia juga ikut senang dengan kabar bahagia ini.
Ummi Aminah memberikan selamat untuk Zaidan karena akan segera menjadi seorang ayah, dan mendoakan kebahagiaan Zaidan dan juga Syahira serta bayi yang masih ada dalam kandungan menantunya.
"Ummi ikut bahagia mendengarnya, anak ummi akan segera jadi seorang ayah, jaga istri kamu baik-baik." ucap ummi Aminah menepuk-nepuk punggung Zaidan pelan.
" Doakan kami terus, kami selalu butuh doa dari ummi dan Abah. Maaf mungkin selama ini Zaidan pernah salah sama ummi, Zaidan minta doanya untuk bayi yang ada di dalam kandungan Syahira." balas Zaidan terharu. Ia tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya lagi, seolah bibirnya kaku.
"Tanpa kalian minta Ummi dan abah selalu mendoakan, setelah ini kewajiban kamu bukan hanya untuk istri kamu tapi juga anak kalian apalagi Syahira masih sangat muda. Jangan terkejut kalau akan ada yang berbeda dari istri kamu nanti, selamat menikmati masa-masa paling menyenangkan dalam hidup kamu. " ucap ummi Aminah ambigu.
Ummi Aminah ingin Zaidan merasakan hari-hari dimana akan begitu banyak kejutan dari Syahira nantinya. Semua hal yang menyangkut kehamilan Syahira yang akan membuat Zaidan kewalahan atau bisa juga tidak akan ada kejutan-kejutan yang ia katakan karena setiap perempuan akan berbeda-beda saat mengandung.
Zaidan tidak mengerti ucapan sang ummi, tapi ia juga tidak menanyakan lebih lanjut karena ia harus mengurus administrasi rumah sakit. Karena khawatir ia belum sempat mengurusi administrasi rumah sakit sambil menunggu Syahira dipindahkan ke ruang perawatan.
Zaidan juga mengantri untuk pemeriksaan kandungan Syahira, ia ingin memastikan anaknya baik-baik saja di dalam kandungan Syahira. Setelah sang istri sadar ia akan memeriksa kandungan sang istri sesuai dengan apa yang dokter sebelumnya sarankan.
Setelah mengurus semuanya, Zaidan kembali ke ruang perawatan Syahira karena sudah di pindahkan. Namun, Syahira masih belum sadar juga.
Ceklek!.
Zaidan masuk ke dalam ruang perawatan Syahira yang didalamnya sudah ada umminya yang masih setia menunggu Syahira sadar. Zaidan berjalan menuju sang ranjang rumah sakit dan berdiri di samping Syahira, menggenggam tangannya penuh kasih sayang. Zaidan juga mengelus perut rata Syahira tanpa sadar meneteskan air matanya.
" Sehat-sehat ya anak Abi, jangan buat bunda kamu kesulitan. Abi sangat bahagia dengan kehadiran kamu, Abi tidak sabar melihat kamu hadir di dunia ini" ucap Zaidan seraya mengelus perut rata istrinya.
" Abi" Ucap Syahira yang baru sadar, masih lemah.