Sequel Uncle Bram
Wanita cantik yang bernama Zalila Aksen Hendrayan hidup bak seorang putri. Dia hidup bahagia bersama keluarga angkat yang kaya raya.
Hidupnya amat sempurna. Namun, karena kesalah pahaman antara dirinya dan om angkatnya membuat Lila harus menelan pil pahit.
Om angkatnya tega memperkosanya dan berniat membunuhnya.
Semua mimpi Lila sirna, dia pergi dengan sejuta luka. Tak ada lagi kehidupan bak seorang putri yang ada hanya Lila yang hidup berjuang untuk putranya.
Dan Om angkatnya akhirnya tau apa yang di rahasiakan Lila selama ini. Dia menyesal telah melukai Lila. Namun, penyesalan itu sia-sia, karena Lila sudah pergi jauh dan entah ada dimana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
"Mamih, papih, ada apa?" tanya Vania yang baru saja pulang kuliah bersama Tania. Mereka heran kenapa mamih dan papihnya berpelukan sambil menangis.
"Vania, Tania, mamih dan papih, akan menjemput kaka kalian," ucap Bram.
Vania dan Tania, tak merespon ucapan papihnya karna mereka belum menyadari bawha Lila sudah ditemukan.
"Kalian tidak senang kaka kalian ditemukan."
Keinya menyadarkan kedua putrinya yang masih tidak merespon.
"Ma-maksud, mamih tau dimana kaka?" tanya Tania terbata-bata.
Keinya pun mengangguk.
Vania dan Tania saling pandang, mata mereka berkaca-kaca, lalu mereka saling berpelukan karna merasa senang, kaka mereka yang telah lama hilang sudah ditemukan.
•••
Keinya dan Bram sudah tiba dirumah sakit. Mereka berdua, harus memakai masker agar Lila tak mengetahui keadaan mereka.
Bram dan Keinya pun masuk kedalam rumah sakit, dengan berpur-pura menjadi pasien.
Karna keadaan rumah sakit yang ramai Lila tak menyadari kehadiran mamih dan papihnya walaupun Lila berjalan melawati Keinya dan Bram.
Keinya dan Bram meraskan sakit dihatinya, melihat kondisi Lila, Lila yang sekarang berbeda dengan Lila 3 tahun silam.
Lila yang sekarang, amatlah kurus, Keinya dan Bram bisa melihat jelas cekungan dan tanda hitam dimata Lila, menandakan dia kurang tidur saat malam.
Lila pun bangkit dari tidurnya dan langsung duduk. Kemudian dia menampar-nampar pipinya karna masih merasa bermimpi sedang melihat mamihnya duduk disampingnya.
"Ti-tidak ini hanya mimpi, aku berhalusinasi lagi," ucap Lila sambil menepuk pipinya dengan lebih keras. Dia kemudian bangkit dari duduknya. Namun tak lama Bram mencekal tangan Lila dan Lila berbalik lalu Bram membawa Lila kepelukannya.
"Ini bukan mimpi, Lila," ucap Bram sambil mengelus punggung Lila.
Lila langsung menangis dipelukan papihnya, Kemudian dia membalas pelukan Bram.
"Pa-papih, apakah ini bukan mimpi," ucap Lila terbata-bata sambil menangis tersedu-sedu.
"Ini, bukan mimpi sayang, kami disini."
Lila melepaskan pelukannya dan menatap Bram. "A-apakah ini nyata." tubuh Lila bergetar saat menatap intens lelaki yang paling dirindukannya.
Tanpa menjawab. Bram langsung mencium kening Lila dan Lila sadar bahwa ini bukan mimpi.
Lila langsung berlutut dihadapan Bram.
"Papih, maafkan aku, aku telah mengecewakan kalian," ucap Lila, tangannya bergerak dengan gerakan memohon. Air mata pilu yang selama ini dipendamnya tumpah saat dia berlutut.
Bram dan Keinya tersentak kaget karna melihat Lila tiba-tiba berlutut.
Lalu Bram ikut berlutut dan membawa Lila kepelukannya.
"Ti-tidak sayang, kau tidak bersalah, maafkan papih yang tidak bisa menjaga mu," balas Bram dengan terus mengelus punggung Lila agar Lila tenang.
Hati Keinya teriris, saat melihat putrinya terlihat begitu menderita. "Raffael, aku bersumpah takan membiarkanmu menyentuh putriku lagi," geram Keinya dalam hatinya.
Keinya ikut meneteskan air matanya saaat melihat suami dan anaknya berpelukan.
"Tenanglah, sayang. Kami datang untuk menjemputmu," ucap Bram setelah Lila sedikit tenang.
Lila melepas pelukannya, dia belum menyadari kehadirang Keinya karna terlalu kaget dengan pelukan papihnya.
"Ka-kami." ucap Lila terbata-bata.
Bram melihat kearah Keinya, dan Lila mengikuti arah pandang Bram.
"Mamih," lirih Lila saat melihat wanita yang paling dirindukannya tersenyum menatapnya.
Lila langsung bangkit berhambur memeluk Keinya.
"Kenapa kau harus menanggung semua nya sendiri sayang," ucap Keinya sambil mengelus rambut Lila, sedangkan Lila kembali menangis tersedu-sedu dipelukan Keinya.
Setelah Lila tenang, Keinya mengajak Lila duduk dikursi yang tadi Lila pakai untuk tidur.
Saat mereka sudah duduk, Lila terus memeluk pinggang Keinya. Dia menikmati aroma wangi tubuh mamihnya yang selama ini dia rindukan.
satu part lagi malam ya, mungkin aga sedikit malam karna sedang ada acara
tetep nyesekk