Seseorang itu akan terasa berhaga, manakala dia sudah tak lagi ada.
Jika itu terjadi, hanya sesal yang kau punya.
Karena roda kehidupan akan terus berputar kedepan.
Masa lalu bagai mimpi yang tak bisa terulang.
Menggilas seluruh kenangan, menjadi rindu yang tak berkesudahan.
Jika ketulusan dan keluasan perasaanku tak cukup untuk mengubah perasaanmu, maka biarlah ku mengalah demi mewujudkan kebahagiaanmu bersamanya, kebahagiaan yang telah lama kau impikan. -Stella Marisa William-
Sungguh terlambat bagiku, menyadari betapa berharganya kehadiran mu, mengisi setiap kekosongan perasaanku, mengubah setiap sedihku menjadi tawa bahagia, maaf kan aku yang bodoh, maafkan aku yang telah menyia nyiakan perasaan tulusmu -Alexander Geraldy-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
"Kev ... kamu sudah tidur?" Andre lagi lagi bertanya, karena dia masih kesulitan memejamkan mata, kini ia semakin penasaran, karena dari obrolannya dengan Kevin beberapa saat lalu, Kevin hanya menyebutkan papi dan papi lagi, tak satu kalipun Kevin menyebut kata kata mama atau ibu.
Sementara ia sendiri hanya tinggal bersama mommy, tanpa ada Daddy diantara ia dan mommy, bahkan mommy tidak pernah bercerita padanya perihal Daddy,
kemungkinan itu kini membuatnya semakin penasaran hingga kehilangan rasa kantuk nya, "Kev ... apa kamu mendengar ku?"
"Iyaaaa ... duuuhhh kamu berisik sekali ternyata, bisa kah tenang sebentar, aku sedang mencoba memejamkan mata," ujar Kevin kesal, sementara kakinya menendang kosong ke udara.
Andre beranjak dari tempat tidurnya, "bagaimana mungkin kamu mencoba tidur, sementara ada hal penting tentang kita yang harus segera di pecahkan." Andre menarik lengan Kevin hingga ia bangun, dan mendengarkan apa yang kini tengah menghantui pikirannya, kini mereka duduk berhadapan, walaupun Kevin masih setengah terpejam.
"Berapa tanggal lahir mu?" tanya Andre.
"Masih lama, lagi pula kenapa kamu tiba tiba bertanya tanggal lahir ku?"
"Aku pun akan menyebutkan tanggal lahir ku," Andre menatap mata Kevin yang kini telah terbuka, walaupun masih dengan mode extra malas. "Kita sebutkan bersama di hitungan ke 3."
Kevin mengangguk setuju.
" 1 "
" 2 "
" 3 "
"2 desember tahun ... "
"2 desember tahun ... "
ucap mereka bersamaan, lengkap dengan tahun mereka lahir.
Keduanya sama sama terkejut.
"Hei Kev apa kamu tahu sekarang aku mulai merinding?" Andre mengusap lengan dan bahunya yang mulai terasa kasar.
"Aku juga ... " Kevin menambahkan. "Apa kamu hanya tinggal dengan mama mu?"
"Yah, aku hanya berdua dengan mommy, dan mommy pun tak pernah bercerita tentang daddy, tak pernah ada daddy diantara kami."
Keduanya tertawa canggung, sama sama menggelengkan kepala.
"Tidak ... tidak mungkin kita sedang memikirkan hal yang sama," ujar Kevin di tengah kecanggungan nya.
"Mungkin saja, coba kita ingat satu persatu, mulai dari wajah ... bahkan beberapa orang terkecoh dengan kemiripan kita kan?" Andre menambahkan, kini ia sangat bersemangat, akan fakta yang mungkin tidak mereka duga sama sekali.
"Lalu ... "
"Sup daging ... "
"Sup daging ... "
Seru mereka bersamaan.
"Oh my god, mommy dan aku sangat sangat suka sup daging."
"Dan aku lebih suka sarapan sup daging, sementara papi hanya makan buah di pagi hari, sungguh membosankan ... "
"Bagaimana ini ... apa mungkin kita memang kembar?" Kevin mulai bertanya penasaran.
"tapi jika kita kembar kenapa nama belakang kita berbeda."
"Itu karena kedua orang tua kita berpisah, kamu memakai nama belakang daddy dan aku memakai nama belakang keluarga mommy ... tapi jika aku memakai nama belakang keluarga mommy, seharusnya nama belakangku William, sama seperti paman dan uncle, tapi nama belakangku Nathaniel, itu nama keluarga grand mama ... "
"Grand mama?"
"Yah, ibunya mommy ku, aku memanggilnya grand mama, karena sejak kecil grand mama yang mengasuhku, sementara mommy sibuk melanjutkan kuliahnya."
"Tunggu, sepertinya aku tidak asing dengan nama William?" Kevin mencoba memikirkan sesuatu yang sering ia dengar, dan tak asing di telinganya.
"William Medical Center." Potong Andre.
"Aaahhh iya aku ingat, entah kenapa setiap kali sakit, papi selalu membawaku ke sana, bahkan aku terdaftar sebagai VVIP."
"Aku juga VVIP, mommy bekerja di sana, mommy ku seorang dokter bedah, bukan hanya itu mommy juga putri dari pemilik William Medical Center, grand papa Kenzo William."
Kevin membelalakkan kedua bola matanya, kini kemungkinan itu sudah meningkat 80%, "tadi siang, asisten papi mengirimkan sebuah gambar padaku, itu adalah gambar mommy ku menggunakan jas dokter, mommy ku juga seorang dokter." Jerit Kevin di kalimat terakhirnya.
Keduanya melompat di kegirangan, "Aku akan menunjukkan foto Mommy ku dia sungguh cantik dan mengagumkan," Kevin bercerita dengan bangga, membayangkan memiliki ibu saja ia sudah sangat bahagia, apalagi ibunya seorang dokter, pasti ibuku orang baik yang suka menolong, pikir nya.
Kevin pun menyambar ponselnya, dia kembali membuka email dari Dimas yang menampakkan wajah mommy nya. "Jangan terkejut, aku harap kita sedang memikirkan hal yang sama, bahwa kita juga memiliki mommy yang sama, aku sungguh sungguh berharap demikian."
Dengan rasa was was Kevin menunjukkan foto yang ia dapat dari Dimas.
Andre menatap nanar ke layar ponsel milik Kevin, tiba tiba matanya berembun, bibirnya bergetar tak sanggup mengatakan yang sebenarnya.
"Mommy ku sungguh cantik kan?" Ucap Kevin dengan wajah berbinar. "Hei And ... kenapa kamu melamun, jangan bilang kamu juga terpesona padanya."
Andre menghapus air matanya, "Kev ... aku harap kamu tidak terkejut, tapi ... " Andre menjeda kalimatnya, "She's my mother too."
Kevin terkejut, Andre pun demikian, keduanya tak sanggup lagi berkata kata, biarlah airmata mereka yang berbicara.
"Boleh gak sih anak laki menangis." Kevin berucap haru, selama ini ia hanya berharap bertemu mommy, yang kata papi nya pasti pulang, tapi ternyata ia sungguh terkejut dengan yang tersaji dihadapannya, ia bahkan memiliki saudara kembar, Wow!!.
"Siapa yang peduli, kita memang laki laki, tapi hanya kita yang tahu jika saat ini kita sedang menangis." keduanya berpelukan. menangis haru, melepas rindu, dan perasaan bahagia yang membuncah.
"Aku ingin bertemu daddy ... " ucap Andre ketika mereka berpelukan.
"Dan aku ingin bertemu mommy ... " Kevin menambahkan.
Kini pelukan keduanya semakin erat, "Melihat wajah mommy untuk pertama kalinya saja, sudah membuatku bahagia, dan aku lebih bahagia karena ternyata aku memiliki saudara, selama ini aku kesepian, hanya di temani seekor anjing ketika bermain."
Andre melepaskan pelukannya, "me too" ia mengerjap kan matanya, binar binar di matanya seolah mewakili seluruh perasaannya saat ini.
"Apa kamu pernah melihat foto papi?"
"Pernah kurasa, dia mirip kita kan??"
Kevin mengangguk.
"Aku pernah menemukan foto pria di laci meja kerja mommy, dan aku sempat memfoto ulang."
Andre membuka ponselnya, kemudian mencari cari foto yang telah lama ia sembunyikan, tak lama ia pun menemukannya.
"Apakah ini daddy?" Andre menunjukkan layar ponselnya pada Kevin, dan Kevin pun mengangguk membenarkan.
"Yah ... dia papi ku, yang berarti dia papi kita." jawab Kevin yang kembali memeluk Andre.
Tapi Andre buru buru melepas nya. "Ayo kita bertukar tempat,"
"Kamu jangan bercanda And ... "
"Menurutmu bagian mana dari kalimatku yang menunjukkan candaan, aku serius." Andre mengaskan. "kamu ingin bertemu mommy kan? sementara aku ingin bertemu daddy, jadi kita impas."
Kevin tersenyum kaku, ia menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal, masih dengan tangan di pinggang, ia berjalan mondar mandiri tak jelas, ide Andre memang terdengar gila di telinga nya, tapi ia juga ingin bertemu mommy.
"Oke kita bertukar, hanya kamu dan aku yang tahu, Deal?" ucap Kevin.
"Deal." balas Andre. "Aku ingin merasakan tinggal dengan keluarga lengkap, ada mom and dad, tentu saja ada kamu, ada kita."