Novel Noda Merah Pernikahan adalah webseries Novel Pertama yang tayang di Genflix dengan judul "Cinta Albirru" yang dibintangi oleh Michelle Joan dan Kiki Farel.
Zeya gadis yatim piatu yang terpaksa karena keadaan membuat dirinya terjun ke dunia hitam menjadi seorang wanita penghibur.
Suatu hari tanpa di duga ia bertemu dengan seorang pria yang bernama Albirru anak seorang ustad.
Tak lama berkenalan Albirru mengajak Zeya menikah, Zeya yang memang ingin bebas dari dunia hitam menerima tawaran Albirru untuk menikah dengannya walaupun hanya secara siri.
Belum genap setahun pernikahan mereka, Zeya harus menerima kenyataan jika suami yang ia harap dapat membimbingnya menjadi wanita yang lebih baik ternyata telah menikah lagi dengan jodoh dari kedua orang tuanya.
Apakah yang akan Zeya lakukan. Apakah ia bisa menerima pernikahan suaminya.
Siapkan sapu tangan dan tisu. Novel ini akan banyak menguras air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Apakah ini ikatan batin?
Albirru berteriak memanggil nama Zeya. Kedua orang tuanya dan orang tua Zahra kaget mendengar Albirru memanggil nama Zeya.
Zahra telah mengatakan semua tentang Zeya pada kedua orang tuanya. Awalnya mereka marah dan tak terima. Tapi Zahra telah meyakinkan ibunya jika ia rela dan ikhlas menerima semuanya.
Albirru juga telah meminta maaf karena selama ini membohongi kedua mertuanya itu.
Zahra mendekati Albirru dan menyeka keringat yang membanjiri dahinya. Albirru memeluk matanya. Ia kaget melihat kedua orang tua dan mertuanya.
"Mas mimpi, apa? Kenapa teriak memanggil nama mbak Zeya?" ucap Zahra sambil mengelus tangan suaminya.
"Aku mimpi Zeya membawa anakku pergi."
"Mas pasti kepikiran dengan apa yang kita bicarakan tadi. Jika mbak Zeya memang sedang hamil saat pergi, aku yakin suatu saat pasti mbak Zeya akan menemui mas juga. Bagaimanapun mas adalah ayah kandungnya."
"Mas jadi kepikiran itu terus."
Kedua orang tua Albirru dan Zahra berdiri menghampiri putranya.
"Kenapa kamu masih memikirkan Zeya. Ia aja belum tentu memikirkan kamu. Buktinya ia tak pernah sekalipun mengabari keberadaannya. Dan ia telah sangat berdosa karena meninggalkan rumah tanpa izin suami," ucap Abi Albirru.
"Tapi aku juga salah karena selama ini tak adil dengannya. Waktuku lebih banyak bersama Zahra."
"Seharusnya ini ia bicarakan denganmu, bukan kabur dari rumah."
"Abi, apakah aku dan Zeya saat ini dikatakan telah bercerai? Karena selama tujuh bulan ini aku tak pernah menafkahi dirinya baik lahir maupun batin."
"Tidak, selagi kamu belum menjatuhkan talak. Sementara, istri tidak benar bila pergi meninggalkan rumah tanpa izin suami dan selama dia pergi belum jatuh talak dan termasuk istri yang durhaka kepada suami. Kewajiban suami me jatuhkan talak, namun kalau selama isteri pergi tidak mau jatuhkan talak maka masih istri sah."
"Berarti Zeya masih istri sah aku," gumam Albirru.
"Abi, Umi ... aku berpikir Zeya pergi dari rumah saat ia sedang mengandung anakku."
"Kenapa kamu bisa berpikir begitu?"
"Aku tadi seperti melihat Zeya sedang menggendong bayi dan ketika aku mendekati ia berusaha menyembunyikan dariku dan membawa anakku itu lari. Itu sebabnya aku tadi berteriak memanggil namanya."
"Itu hanya mimpi yang merupakan bunga tidur. Dan jika itu benar, maka Zeya itu berdosa besar karena telah memisahkan anak dan ayahnya."
Abi dan Umi Zahra hanya mendengar. Ia tampaknya masih belum sepenuhnya menerima jika anaknya di poligami.
.......................
Azril memandangi wajah Zeya yang tampak pucat. Tangannya saling menggenggam. Ia ingin memegang tangan Zeya, tapi takut nanti wanita itu sadar dan marah.
Zeya yang mulai sadar membuka matanya perlahan, ia melihat ke sekeliling. Mami yang melihat ia membuka mata langsung berdiri mendekati.
"Zeya, kamu udah sadar."
"Mami ...."
"Azril, cepat panggil tante Febby," ujar mami
"Baik, mi."
Azril berlari keluar dan mencari tante Febby. Ia langsung masuk ke ruang kerja tanpa mengetuk pintunya. Ternyata di dalam ada satu pasien yang sedang ditangani.
"Azril ... kamu bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk."
"Zeya, tante ...."
"Kenapa Zeya?"
"Zeya baru saja sadar. Tolong tante periksa dulu," ujar Azril gugup.
"Tante selesaikan pasien ini dulu."
"Baiklah, jangan lama."
"Pergilah kamu dulu, nanti tante menyusul."
Azril meninggalkan ruang kerja tante Febby. Ia melihat Zeya yang sedang mengobrol bersama mami.
"Tunggu sebentar, tante Febby masih ada pasien."
Baru saja Azril selesai mengucapkan itu terdengar suara pintu ruang itu terbuka. Tante Febby masuk dengan seorang perawat. Ia memeriksa keadaan Zeya.
"Alhamdulilah semuanya stabil. Kamu tak perlu kuatir. Hanya tinggal pemulihan saja."
Tante Febby menanggalkan sambungan selang darah, dan saat ini tangan Zeya hanya ada selang buat infus.
Mami mengambil bayi Zeya yang cowok dan meletakkan di atas dadanya. Zeya menangis melihat putranya yang sangat lucu itu.
"Ini putramu ...."
"Putraku?"
"Iya,"
Zeya memeluk putranya sambil berurai air mata. Ia tak menyangka akan memiliki putra dan putri yang lucu. Mami mengambil putri Zeya. Dan menggendongnya.
"Ini putramu. Cantik seperti bundanya." Mami mendekatkan wajah putrinya. Zeya mengecup pipi putrinya itu.
"Mami, terima kasih."
"Untuk apa berterima kasih dengan mami."
"Mami telah mendonorkan darah buatku. Dan menyelamati hidupku."
"Itu semua atas kehendak Tuhan. Mami hanya sebagai perantara. Sekarang kamu jangan banyak pikiran, yang terpenting jaga kesehatan kamu dan anak-anakmu."
"Ia mi."
"Siapa nama ke dua cucu mami ini."
"Raja Arkan, untuk putra yang artinya Pemimpin tangguh yang muliia. Dan yang putrinya Ratu Arkanaya yang artinya Pemimpin tangguh yang bersinar di jalan kebaikan."
"Bagus, mami suka. Raja dan Ratu."
"Mas Azril yang beri namanya," gumam Zeya.
"Azril ...." ujar Mami kaget.
"Emang kenapa mami kaget. Nggak boleh aku yang memberikan nama mereka."
"Bukan nggak boleh, tapi ...."
"Tapi kenapa? "
"Ubahlah. Sini mami tidurkan lagi bayimu."
Mami menidurkan kedua bayi Zeya di dalam bok bayi.
......... .....
Setelah satu minggu di rawat Zeya kembali ke tempat ia tinggal. Telah lebih seminggu toko rotinya ia tinggalkan. Selama ia di kota Ibu Nur yang menjalankan toko roti.
Zeya ingin menemui Albirru saat keadaan dirinya sudah sangat membaik nantinya. Ia akan menuntaskan pernikahannya. Zeya sudah bertekad tidak akan kembali lagi pada Albirru. Ia tidak ingin menjadi penghalang kebahagiaan Albirru dan Zahra.
Rumah tangganya dan Albirru juga sudah tidak harmonis lagi. Albirru telah menorehkan tinta merah yang menjadi noda dalam pernikahannya.
Bersambung
************************
Terima kasih