Anak Genius: Putra Sang CEO

Adelia dan Joshua baru bergabung bersama yang lain, Joshua turun dengan senyuman yang mengembang.

"Lihatlah wajah pria itu, begitu mengesalkan," kata tuan Georgio.

"Ya... papa kenapa menahan Mama begitu lama, Papa makin menyebalkan," kata Darwin di depan semua orang.

"Maaf ya sayang ku, tapi mama tadi buatkan sarapan kesukaan mu," kata Adelia melihat pelayan.

"Maaf nona, tuan besar tadi memakan sandwich tuna, dan sekarang tinggal ada nasi kepal saja," jawab pelayan takut.

"Huwa... kalian semua tak ada yang sayang Darwin," kata bocah itu menangis dan meninggalkan meja makan.

"Maaf biar aku bujuk putraku dulu," pamit Adelia menghampiri Darwin.

Darwin sedang merajuk di sofa ruang keluarga, sedang nyonya Arsya menatap suaminya yang tak merasa bersalah sedikit pun.

Joshua pun menghampiri ke-dua orang itu dengan membawa nasi kepal yang sudah di buat Adelia.

"Darwin, nanti mama buatkan lagi ya sayang, tapi sekarang kita sarapan dulu karena kita kan mau ke tempat Oma Laura," bujuk Adelia.

"Yakin gak mau makan nih, kalau begitu papa habiskan ya," kata Joshua melahap makanan di depan Darwin.

Dan itu berhasil, Darwin melihat Joshua yang begitu menikmati makanannya.

"Darwin mau, jangan di habiskan," kata bocah itu langsung mendekati Joshua.

Joshua pun menyuapi Darwin dan Adelia, setelah itu seorang pelayan membawakan susu dan juga jus untuk mereka.

Darwin pun meminum susu kemudian berlari ke kamar untuk mengambil barang-barang miliknya.

"Ayo pergi, aku ingin bermain golf dengan opa Federico, cepat papa, mama," panggil Darwin dengan membawa laptop miliknya.

"Ya Tuhan bocah ini, baiklah tunggu di mobil papa," jawab Joshua.

Joshua dan Adelia berpamitan pada semua orang, Darwin tak mau karena masih ngambek dengan tuan Georgio.

"Baiklah kami permisi ke rumah keluarga Gusman, Krena Darwin ingin bermain golf," kata Joshua.

"Baiklah nak, hati-hati ya, nanti malam kamu akan ke sana untuk mengambil gaun yang sudah di persiapkan oleh Laura," jawab mama Vena.

"Baiklah ma, dan opa jika ingin cicit mu memaafkan bawakan makanan kesukaannya, atau belikan komputer keluaran terbaru, pasti di maafkan," kata Adelia.

"Itu gampang sayang, biar nanti kami kesana untuk bertemu teman lama," jawab tuan Georgio.

Akhirnya Joshua dan Adelia pun masuk kedalam mobil, di dalam Darwin sedang menghubungi Novan.

"Kamu merindukannya?" tanya Joshua.

"Iya papa, dia itu asisten paling menyenangkan di banding om Hans, yang begitu datar tanpa tawa," jawab Darwin.

"Dia memang seperti itu dari pertama kerja dengan ku, tapi dia adalah orang yang begitu bisa di andalkan, apalagi pertama kali papa menjabat sebagai CEO," jawab Joshua memangku Darwin.

"Kalau aku?" tanya Adelia pada Joshua.

"Kamu apa ya?" jawab Joshua sambil berpikir keras.

"Ya! kamu menyebalkan sekali, aku itu spa di hidupmu," kata Adelia memukuli Joshua dengan wajah cemberut.

Sedang Joshua tertawa dan memeluk Darwin erat, setelah sedikit tenang Joshua merangkul Adelia dan mengecup keningnya.

"Kamu dan Darwin adalah hidupku dan semangatku, jadi jika tidak ada kalin berdua aku tak bisa menjalani hidupku," jawab Joshua.

"Tukang gombal," jawab Adelia memeluk Joshua.

"Ya, papa tukang gombal, tapi jika Papa berani menyakiti mama, maka aku yang akan menghancurkan mu," kata Darwin dengan ancamannya.

"Aku tak berani tuan muda, kamu adalah monster dalam dunia bisnis," jawab Joshua memeluk keduanya.

Mobil Limosin itu pun sampai di kediaman keluarga Gusman, Adelia langsung di sambut dengan hangat.

Nyonya Vina memeluk Adelia, sedang Darwin langsung berlari ke belakang rumah menagih janji sang opa.

"Wah... ternyata cucu menantuku begitu cantik, kamu pintar cari istri Joshua," puji nyonya Vina.

"Aku yang beruntung Oma, apalagi mama juga sudah sangat menyukai Adelia, dan kami juga punya anak yang begitu sempurna," jawab Joshua.

"Baiklah, sekarang Adelia bawa gaun milikmu dan cobalah, Joshua kamu juga," kata nyonya Vina memberikan baju yang masih di bungkus itu.

"Felix kamu pulang, kamu juga harus mencoba tuxido milikmu," kata mama Laura pada Adik ipar nya itu.

"Jack, bawa tuxido itu ke kamar, aku ingin mengambil sesuatu di bar," kata Felix acuh tak acuh.

"Felix tolong jaga sikapmu di depan istri Joshua, lagi pula ini masih pagi dan sudah mau minum," kata Nyonya Vina.

"Ini tak penting untuk anda urus, dan untukmu selamat bergabung pada keluarga tukang paksa ini, semoga kamu getah ya, dan untukmu Joshua jaga istrimu, aku pergi dulu," kata Felix naik ke kamarnya.

"Opa Felix, aku punya hadiah untukmu," panggil Darwin saat melihat Felix yang naik keatas.

"Berhenti memanggilku opa, aku tidak setua itu," jawab Felix marah.

"Terus opa Felix adik dari opa Federico, jadi panggilan ku benarkan," jawab Darwin tanpa rasa bersalah.

Dan panggilan Darwin membuat semua orang tertawa.

"Ya Tuhan, ayah dan anak sama saja menjengkelkan, dan Adelia lain kali kalau hamil lagi, jangan biarkan gen Joshua berkuasa, lihat putramu menyebalkan sekali," kata Felix.

"Baiklah om," jawab Adelia.

"Opa bagaimana mau atau tidak?" tanya Darwin lagi.

"Berhentilah memanggilku Opa!" bentak Felix.

"Lihat orang tuakan suka marah, lihat wajah Opa Felix sudah punya kerutan karena sering marah, ya sudah Darwin mau hapus tentang gadis Bali yang pakai kebaya putih itu," kata Darwin berjalan santai.

Mendengar itu, Felix langsung turun dan mengendong Darwin dan membawanya naik ke kamarnya.

"Tolong aku di culik tukang mabuk!" teriak Darwin yang membuat semua tertawa.

Bocah itu terus menebar kebahagiaan dimana pun berada, bahkan Felix yang begitu tertutup.

Kini bisa menunjukkan ekspresi pada keluarganya berkat Darwin, saat sampai di kamar Felix Darwin di taruh di ranjang besar.

Darwin berbaring terlentang sambil melihat langit-langit, "cepat katakan," kata Felix.

"Opa meninggalkan laptop ku di bawah, minta asisten mu mengambilnya untukku, karena aku tak bisa hidup dengan komputer itu," kata Darwin tak bergerak.

"Jack," perintah Felix dengan gerakan tangannya.

Asisten itu pun langsung pergi, sedang Darwin memainkan tangannya sambil menunggu.

Bagaimana pun Darwin, dia terap bocah tujuh tahun yang begitu suka bermain.

"Hei bocah, kamu sebenarnya itu punya sihir apa? kenapa bisa sepintar ini?" kata Felix sambil menikmati anggur miliknya.

"Entahlah, aku suka angka dan juga aku suka mengotak-atik semua program dan IP address di komputer," jawab Darwin.

"Awas saja jika nanti kau membohongiku, aku akan menghukum mu selama kamu berada di sini," kata Felix saat Jack kembali.

"Tapi jika aku berhasil, apa yang akan opa Felix berikan padaku?" tanya Darwin mulai mainkan iPad miliknya.

"Apapun yang ku minta, aku akan berikan semuanya," jawab Felix dengan senyum menyeringai.