USAI

Selama satu minggu Aira dan seluruh pegawainya disibukan dengan project event wedding anniversary orang tua Pak Angkasa.

"Ren, pink rose yang kemarin kamu pesan kapan datang?" tanya Aira.

"Insyaallah besok siang Bu Aira" jawab Reni.

"Pastikan datang tepat waktu, kalau perlu kamu hubungi lagi vendornya untuk memastikannya, karena kita sudah tidak punya waktu lagi" ucap Aira.

"Baik Bu Aira"

Aira beralih ke pegawainya yang lainnya.

"Zam, carnation hanya ada segini?" tanya Aira

"Sebagian sudah saya masukan di lemari pendingin Bu Aira." jawab Azzam.

"Oh ya sudah, itu bunga yang tadi baru saja datang langsung di taruh di air, jangan lupa airnya dilarutin ultra*lu dulu ya agar tidak awet" perintah Aira, ia menunjuk ke arah bunga tulip yang baru saja tiba di toko bunganya.

"Baik Bu Aira" dengan cekatan Azzam langsung mengerjakan semua yang di perintahkan oleh Aira.

Ditengah kesibukannya mempersiapkan bunga yang akan di gunakan untuk project wedding anniversary orang tua Pak Angkasa, Winda salah satu pegawai florist Aira datang.

"I'm home" Winda masuk ke dalam florist dengan senyuman, namun Aira menyamputnya dengan wajah serius.

"Bagimana tadi survei tempatnya? Luas venuenya? Berapa meja untuk tamu undangannya? Desain dekorasi yang mana yang di setujui?" Aira memberondongi Winda dengan banyak pertanyaan.

"Tanang Bu Aira, semuanya sudah aku catat dengan selengkap-lengkapnya disini" Winda memberikan buku catatan hasil survei dan meetingnya bersama EO pada hari itu, Aira pun menerimanya dan langsung membukanya.

"Bu Aira satu lagi" ucap Winda.

"Apa?" tanya Aira singkat

"Ada titipan cokelat dari sekretaris Pak Angkasa" Winda menyerahkan sebuah papar bag berwana merah muda kepada Aira.

Aira hanya meliriknya sekilas "Untukmu saja" Aira sama sekali tak tertarik, yang ada justru Aira merasa risih mendapatkan sesuatu dari orang yang tak dikenalnya.

Aira memilih untuk kembali menghampiri Azzam. "Zam, tiga vas yang kemarin pecah pada saat pengiriman, kamu pastikan kembali jika hari ini sampai ya karena ini ada penambahan meja untuk tamu undangan"

"Baik Bu Aira."

"Mamah..." Chelsee berlari menghampiri Aira kemudian memeluknya.

"Anak mamah sudah bangun ya, mandi yuk sudah sore" Aira menggendong putrinya dan mengajaknya untuk mandi namun Chelsee menggelengkan kepalanya, ia justru menunjuk ke arah taman belakang rumahnya, putrinya mengajak Aira untuk bermain.

"Okay, tapi sebentar saja ya." Aira menuruti ajakan putrinya dengan membawa Chelsee menuju taman belakang kemudian menurunkannya dari gendongannya.

"Chelsee mau main apa? ambil sendiri mainannya" Aira membebaskan putrinya untuk memilih sendiri mainan apa yang ingin di mainkan, Chelsee mengambil sebuah bola basket.

"Okay, mamah ajarin ya" Aira mengajari teknik dasar seperti dribbling, passing, shooting, dan lay up.

Olahraga ini menjadi sangat bermanfaat bagi kesehatan putrinya karena banyak melibatkan aktivitas berlari dan melompat, sehingga putrinya dapat mengembangkan kekuatan fisik, kecepatan, dan bahkan kesehatan jantung.

Selain itu, bermain basket cocok untuk anak-anak yang tengah dalam masa pertumbuhan, karena aktivitas olahraga ini bisa memaksimalkan proses pertumbuhan. Gerakan dalam permainan bola basket seperti melompat dinilai dapat memicu hormon pertumbuhan dan kelancaran aliran darah yang berkaitan dengan tinggi badan.

"Go run baby, run... run..." Aira memberikan semangat kepada putrinya untuk berlari mendekat ke arah ring.

Chelsee pun berlari ke salah satu sisi ring basket, kemudian melompat dan memasukkan bola teraebut ke dalam keranjang.

"Good job baby" puji Aira saat melihat putrinya berhasil memasukan bola ke dalam keranjang, Aira mengambil kembali bola tersebut dan meleparnya ke arah putrinya.

"Let's hop on back "Aira kembali meminta Chelsee untuk kembali memasukan bola keranjang, lagi dan lagi Chelsee berhasil memasukan bole ke dalam keranjang.

Setelah tiga puluh menit bermain, akhirnya Aira menghentikan permainan. Dirinya dan Chelsee duduk di pinggir menikmati segelas smoothies yang di buatkan oleh asisten rumah tangganya, sambil mengelap keringat yang menempel di dahi putrinya.

" Let's take a shower" Aira mengulurkan tangannya mengajak putrinya untuk membersihkan diri, Chelsee pun menganggukan kepalanya kemudian menerima uluran tangan mamahnya untuk ikut mandi bersama.

Tiba di hari wedding anniversary orang tua Pak Angkasa, Aira mengajak putrinya ke hottel menemaninya bekerja mendekor event tersebut bersama para pegawainya, ia terpaksa mengajak serta putrinya karena asisten rumah tangganya sedang sakit.

Pukul 13.00 Aira dan tim sudah mulai mendecor venue wedding anniversary orang tua Pak Angkasa, para pegawai pria mendecor bagian ceiling sedangkan pegawai wanita mendecor meja para tamu undangan, sementara Aira sendiri memantau pekerjaan yang tengah di kerjakan oleh pegawainya agar sesuai dengan konsep yang telah ia buat sambil mengawasi putri kecilnya yang tengah bermain di area venue.

"Wind tolong titip Chelsee sebentar ya aku mau cek lampu gantung yang di depan sana dulu ya." ucap Aira kepada Winda.

"Baik bu" jawab winda, kemudian beralih ke Chelsee "Main sama aunty di sana yuk" ajak Winda.

Aira menghampiri Azzam "Zam, kayanya di sini masih terlihat kosong. Lampu gantungnya kamu bawa semua tidak?"

"Sudah aku bawa semua Bu Aira" jawab Azzam.

"Ya sudah nanti aku akan carikan" Aira mengambil handphone disakunya, ia menghubungi beberapa vendor lampu gantung mencari vendor mana yang siap mengirim lampu gantung sesuai yang ia inginkan.

Aira melihat jam di tangannya sudah menujukan pukul 16.00 "Sempat tidak ya?" gumamnya.

"Bagaimana Bu Aira, apa sudah dapat?" tanya Azzam.

"Ada tapi dari Cikarang" jawab Aira.

"Ya sudah tidak apa-apa Bu, kita tunggu saja semoga tidak macet." ucap Azzam, Aira menganggukan kepalanya.

Sambil menunggu, Aira kembali mengecek pekerjaan pegawainya dengan teliti, ia tak ingin mengecewakan clientnya.

Hingga dua jam kemudian vendor yang membawa lampu gantung pun tiba, Aira langsung memerintahkan pegawainya untuk segera mendecor kemudian memasangnya.

"Terima kasih ya Pak, maaf jika terlalu mendesak." ucap Aira sambil melunasi tagihan lampu gantung yang di belinya.

"Tidak apa-apa Bu Aira, kebetulaan saya lagi senggang. Kalau begitu saya permisi dulu, terima kasih atas kerja samanya."

Setelah kepergian vendor teesebut, Aira baru teringat jika dirinya menitipkan Chelsee kepada Winda, ia pun berlari mencari keberadaan putrinya, dari kejauhan Aira melihat Winda berdiri hanya seorang diri, ia tak melihat keberadaan Chelsee.

"Winda, putriku dimana?" tanya Aira dengan panik.

"Ta-tadi..." jawab Winda gugup.

"Tadi apa Winda? dimana Chelsee?" tanya Aira semakin tidak sabar.

"Pak Angkasa mengajak Chelsee membeli ice cream."

"WINDA, BISA-BISANYA KAMU MEMBIARKAN ANAKKU DIBAWA PERGI OLEH PRIA YANG TIDAK DIKENAL....."

"Angkasa Raditya Sinaga, apa kamu sudah lupa dengan namaku?"

Mendengar suara Raditya seketika Aira menoleh ke belakang, ia melihat raditya berjalan mendekat ke arah dirinya sambil menggendong putrinya yang tengah tertidur.