Kesetiaan yang dibalas dengan pengkhianatan, membuat Bianca rela menyamar menjadi pembantu di rumah wanita yang menjadi istri siri suaminya tercinta.
" Bersiap-siaplah mas, tertawalah sepuas mu. Kau dan gundikmu itu akan membayar rasa sakit dari pengkhianatan ini ".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gevha Jeany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I Love You
Happy Reading...
💞
Keesokan harinya, Farel dan Yuga bersiap memantau perusahaan yang tengah bermasalah. Sesuai ultimatum yang diberikan Farel, bahwa ponsel Yuga wajib di tahan sementara waktu. Karna dia tidak ingin mengambil resiko yang akan memperlambat selesainya pekerjaan mereka selama di luar kota.
Sejak semalam berulang kali Yuga terkena teguran karna banyaknya kesalahan yang dia perbuat hanya karna masalah ponsel.
Dan Farel tidak ingin hal itu terjadi lagi.
Yuga menerima dengan pasrah karna ini memang salahnya.
"Kalau kamu ingin memberi kabar pada Bianca, katakan saja. Kamu bisa menggunakan ponsel ku" ucap Farel. Yuga hanya mengangguk lemah.
🌹
"Noraaa ayok bangun. Mau sampai kapan kamu tidur!!" seru Ningsih sambil menyingkap selimut yang dikenakan Nora.
Nora bergumam dan menarik kembali selimutnya menutupi wajahnya.
"Jangan ganggu aku, Bu. Aku masih ngantuk".
"Gak. Kamu harus bangun. Kita harus belanjakan" kini Ningsih menarik tangan Nora agar bangun.
"Iya iya, berisik!!". Terpaksa dia bangun dan masuk ke kamar mandi.
Keduanya hendak pergi sehabis sarapan, namun di cegah Ica. " Saya boleh ikut Bu?".
"Ck...gak boleh. Kami malu jalan sama babu. Kamu dirumah aja, yang ada nanti kamu malah bikin malu kami". Setelah berucap demikian Ningsih langsung menarik tangan Nora.
Ica menatap kepergian majikannya itu sambil mengedikkan bahunya cuek.
🌹
Dodi gelisah memandangi jam yang melingkar di tangannya. Hampir 2 jam dia menunggu namun yang ditunggu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.
Dua kali memesan minuman dua kali juga minuman itu habis hingga tandas olehnya.
Dengan wajah kecewa dia memutuskan untuk pergi. Dia berjalan gontai hendak meninggalkan tempat duduknya.
Namun seseorang memanggil namanya hingga langkahnya terhenti.
Dia menoleh, senyumnya mengembang melihat wajah cantik yang belakangan ini mengacaukan hatinya tengah melangkah kearahnya dengan nafas yang terengah engah.
Dia pun langsung duuduk tanpa permisi atau pun tanpa disuruh. Dodi pun mengikut duduk dihadapannya.
"Lo kenapa kayak di kejar an*ing gitu?" tanyanya setengah mengejek tapi hatinya bersorak bahagia akhirnya orang yang ditunggu datang juga.
"Gue gak dikejar an*ing tapi dikejar setan".
"Sialan lo. Bilang setannya pas ke muka gue lagi" ucap Dodi tidak terima. Pura pura aja.
"Lo sih ngirimi pesan mulu gak sabaran udah tau juga jalanan macet". Dodi hanya cengengesan mendengar keluh kesah Lilis.
Dodi tidak tega melihat Lilis begitu kelelahan. Jam makan siang hampir selesai namun karna pekerjaan yang menumpuk membuat Lilis lupa waktu. Dodi pun berinisiatif memesan makan dan minuman untuk Lilis.
Setelahnya dia mengambil sapu tangan dari saku celananya. Tanpa diduga dia dengan beraninya mengelap keringat yang membasahi wajah Lilis. Sungguh membuat Lilis tercengang diperlakukan tidak biasa oleh Dodi.
"Sial!!! Jantung gue" dia berharap Dodi tidak mendengar debaran jantung nya yang berpacu hebat.
"Belakangan ini kita jarang ya jalan bertiga dengan Bianca" ucap Lilis mengusir kecanggungan.
"Dia sibuk menjalankan misinya. Lagian bagus dong jadi kita ada kesempatan untuk berduaan" Dodi memberi kode.
Lilis mendelik pura pura masa bodo.
"Abis ini mau kemana lagi? Mau nonton?" tawar Dodi berharap Lilis mengatakan dengan manja 'aku mauuu'.
Cih...itu bukan type seorang Lilis.
"Gak akh. Kayaknya keliling Mall aja" Lilis menolak secara halus. Dodi mengangguk sedikit kecewa karna tidak sesuai ekspetasi.
Jadilah mereka hanya berkeliling Mall seperti mau Lilis. Banyak diantaranya wanita yang terang terangan memandang Dodi dengan genit dan Dodi hanya menanggapi dengan senyuman. Lilis mendecak kesal.
"Dasar tukang tebar pesona" sarkasnya.
"Lo cemburu?" tembak Dodi. "Gini gini banyak lho cewek yang ngantri, lo udah liat buktinya kan. Wajarlah lagian kan gue jomblo. Emang pesona gue gak perlu diragukan lagi" ucapnya pede sekalian menguji Lilis.
Lilis menghentakkan kakinya dan jalan mendahului Dodi yang terus menjahilinya.
"Eh tunggu deh" tanpa sadar Lilis memegang tangan Dodi. Netranya menatap tajam kedepan.
"Itu kan simpanannya si Yuga. Ngapain balik ke toko berlian ini?" Dodi mengikuti arah yang ditunjukan Lilis menggunakan dagunya.
"Kali aja mau beli, mungkin dapet dari si Yuga sebagai hadiah pernikahannya" balas Dodi.
"Samperin yok penasaran gue". Tanpa menunggu Dodi mengiyakan dia langsung menarik tangan sahabatnya itu.
Nora dan Ibunya mendatangi karyawan toko berlian memberitaukan maksudnya.
"Mbak, saya mau menjual kembali berlian ini". Dengan gaya sombong Nora mengeluarkan kotak berliannya. Karyawan toko tersebut mengambilnya dan memeriksa berlian tersebut. Keningnya mengkerut "seperti ada yang salah" tatapannya menyelidik.
"Maaf Bu, apa benar berlian ini dibeli disini" tanyanya sopan meski dia pun tak yakin.
"Benar mbak, beberapa hari yang lalu suami saya membelinya disini. Dan ini nota pembeliannya" Nora mengeluarkan selembar kertas dari tasnya.
Si karyawan toko memeriksa berlian itu kembali beserta notanya.
"Tapi maaf Bu. Berlian ini palsu mungkin suami Ibu membelinya ditoko lain dan Ibu menjualnya disini".
"Mbak jangan mengada ngada ya, jelas jelas berliannya beli disini. Dan lihat nota nya itu sebagai bukti" ucap Nora lantang tak mau kalah.
"Sekali lagi maaf Bu, bukan hanya berliannya yang palsu tapi notanya juga. Nota kami dengan nota yang Ibu berikan berbeda. Ini nota milik toko kami" Setelah menjelaskan secara rinci karyawan toko itu juga menunjukkan nota toko mereka.
Nora mendadak lemas. Ningsih yang tidak tau menahu hanya diam saja.
Para pembeli yang berada di toko mulai berbisik satu dengan yang lain.
"Paling mereka mau menipu",
"Jangan jangan mereka mencuri makanya mau dijual lagi",
"Ho oh, masih berapa hari beli mau dijual lagi. Mencurigakan ya".
Nora kehabisan tenaga untuk berdebat belum lagi Yuga yang sampai sekarang tak bisa dihubungi, uang yang di janjikan pun belum di transfer, belanja untuk dibawa pulang oleh ibunya pun gagal. Sungguh malang nasib pelakor.
Pengen hidup enak malah ketiban sial terus.
Cocoknya judul ceritanya diganti jadi 'Derita sang Pelakor'. Hahaha
Lilis yang sibuk merekam akhirnya melepaskan tawa yang dari tadi dia tahan.
Sementara Dodi tidak mengalihkan pandangannya dari Lilis yang makin cantik saat tertawa lepas.
"Apa lo liat liat" bentak Lilis yang baru tersadar.
Dodi perlahan mendekat, "I love you" bisiknya tepat ditelinga Lilis kemudian melenggang pergi meninggalkan Lilis yang diam mematung.
Hai akak sayang, makasih udah mampir.
Jangan lupa tinggalin likenya ya.
Buat yang komen juga makasih ya, maaf gak sempat balas hehehe.
Dukungan kalian menjadi penyemangat untukku.
Percayalah, aku sayang kalian...
😁😘
💞
😭😭