Harap bijak dalam memilih bacaan, sebagian isi dalam konten ini berunsur dewasa 21+
Bagaimana jadinya jika satu minggu sebelum menikah, karena ulah jahil teman-temanmu. Kamu dengan tidak sengaja meniduri sahabatmu sendiri dan setelah pulang dari bulan madu, sahabatmu mengatakan kalau dia hamil anakmu.
Inilah kisah King Bryan anak dari pasangan Aline Gunawan dan Dannis Bryan, yang terpaksa harus menjadikan sahabatnya sendiri Ni Luh Putri anak dari Dewa Barata sahabat Ibunya, sebagai istri keduanya demi status anaknya.
"Katakan kalau kamu mencintaiku, maka aku akan mempertahankan mu." batin King dalam hati.
"Entah sejak kapan cinta ini mulai tumbuh, tapi sungguh aku tidak mau menjadi duri dalam pernikahanmu, biarlah ku bawa cinta ini pergi." batin Putri.
"Karena kita adalah sahabat dan selamanya akan menjadi sahabat, jadi mari kita bercerai." ucap Putri kemudian sembari menahan sesak di dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~31
"Maaf." ucap King ketika melepaskan panggutannya, entah kenapa ia tidak bisa menahan setiap kali melihat bibir tipis istrinya yang selalu membuatnya candu.
Apalagi melihat pipi kemerahannya, ingin sekali ia mengungkung wanita itu sekarang juga. Namun lagi-lagi ia menahan keinginannya itu, karena mengingat ada sang buah hati di dalam perut istrinya, ia juga tidak mau melakukannya tanpa persetujuan dari istrinya itu.
"Percaya lah, aku sangat mencintai mu Put." ucap King seraya mengusap bibir istrinya yang masih terlihat basah karena pertukaran salivanya tadi.
Sejak kapan kamu mencintaiku ?
Apa kamu juga mencintai Gladys ?
Bagaimana bisa di saat bersamaan, kamu mencintai dua wanita sekaligus ?
Banyak rentetan pertanyaan yang ingin Putri tanya kan, tapi suaranya seakan tercekat di tenggorokannya. Ia takut akan jawaban yang terlontar dari bibir suaminya.
Seandainya saja boleh egois, ia ingin hanya dia satu-satunya wanita yang di cintai oleh suaminya. Tapi apa itu mungkin? berpikir sampai sini membuat hatinya terasa sesak.
"Cepat ganti baju, Mas. Nanti kamu kedinginan." perintah Putri ketika suaminya itu terus menatapnya dengan lekat.
"Hm, baiklah. Sepertinya sudah waktunya membersihkan pendingin udaranya, entah kenapa tiba-tiba aku sangat kepanasan." ujar King, ia bangkit dari duduknya lalu mengganti pakaian yang sudah ia siapkan sebelumnya.
"Kamu benar-benar nggak tahu malu." gerutu Putri ketika suaminya itu berganti baju tepat di depannya.
King nampak terkekeh ketika mendengar protes istrinya itu, sedangkan Putri sudah menyembunyikan seluruh kepalanya dengan selimut.
Setelah berganti pakaian, King ikut duduk bersandar di kepala ranjang bersama istrinya. Ia membuka ponselnya untuk mengecek beberapa email yang masuk.
"Mas."
"Hm."
"Kapan kamu menjemput Gladys ?" Putri menggeser sedikit duduknya agar bisa melihat suaminya.
King yang sedang fokus dengan ponselnya, kini ia mengangkat kepalanya untuk menatap istrinya. "Nanti kalau dia sudah tidak marah, pasti akan pulang sendiri." ucapnya.
"Mungkin dia ingin kamu jemput Mas, biasa kalau perempuan lagi ngambek kan seperti itu." Putri mencoba untuk berbesar hati, karena ia juga seorang wanita mengerti apa yang sedang di rasakan Gladys saat ini.
"Aku nggak yakin, saat ini ia benar-benar ngambek. Bahkan mungkin sedang bersenang-senang." ucap King dengan lirih.
Ia sudah menyuruh orang untuk mengawasi istrinya itu dan sesuai informasi yang di kirim oleh orang suruhannya, saat ini wanita itu sedang berada di salah satu diskotik bersama Evan.
"Maksud kamu apa Mas ?" Putri nampak tidak mengerti.
"Lupakan, sekarang cepat tidur gih. Aku akan memeriksa pekerjaan ku sebentar." perintah King dengan senyum tipisnya.
"Belum saatnya kamu tahu sayang, aku akan mengumpulkan semua bukti dan di saat itu tiba semoga kamu sudah mulai mencintaiku. Karena aku tidak akan pernah melepaskanmu." gumam King dalam hati.
"Baiklah aku akan tidur, tapi berjanjilah besok kamu akan menjemput Gladys." pinta Putri.
"Iya sayang." King mencubit hidung istrinya dengan gemas.
Di sisi lain, Gladys nampak meliukkan tubuhnya mengikuti musik yang terdengar memekikkan telinga. "Sayang, apa kamu tidak pulang. Bagaimana kalau suami mu mencarimu ?" Evan berteriak nyaring di telinga Gladys yang masih asik berjoget ria.
"Aku pergi dari rumah, jadi tidak mungkin dia mencariku."
"Lalu kamu tidur di mana ?"
"Sebelumnya di rumah Mami, tapi malam ini bolehkah aku tidur di Apartemen mu." ucap Gladys yang kini sudah duduk di meja bartender.
"Dengan senang hati sayang, ya sudah kita pulang saja." sahut Evan.
"Sebentar, aku minum segelas lagi." Gladys meneguk segelas cocktail sekaligus, lalu ia merasa sedikit pusing karena mulai mabuk.
Setelah itu Evan segera membawa wanita itu pergi dari diskotik tersebut, sebelum semakin mabuk dan akan membuatnya kerepotan. Evan membawanya ke Apartemennya, sesuai permintaan wanita itu tadi.
Sesampainya di Apartemennya, Evan segera membaringkan Gladys di ranjang kingsize nya. Kemudian ia menyelimutinya. "Sayang, kamu mau kemana ?" Gladys menahan tangan Evan ketika laki-laki itu akan beranjak untuk membersihkan dirinya.
"Tidurlah bersamaku, apa kamu tidak menginginkan ku." ucapnya lagi.
Gladys yang sedang mabuk, merasa dirinya saat ini sangat kegerahan hingga ia mulai melepaskan pakaiannya.
"Tunggu sebentar, aku akan segera kembali." ucap Evan, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju lemari.
Laki-laki itu nampak mengambil sebuah besi panjang dari dalam lemari, lalu ia meletakkan tripod tersebut tepat di hadapan ranjang. Setelah menentukan angel yang pas, lalu ia mulai menghidupkan kamera tersebut tentunya tanpa Gladys ketahui. Karena wanita itu sedang mabuk dan sedikit tak sadarkan diri.
"Sayang." Evan mendekati wanita itu yang nampak menggeliat ketika mendapat sentuhannya.
Dan malam itu mungkin akan menjadi malam yang panjang bagi kedua insan tersebut untuk mencapai sebuah puncak kenikmatan. Namun siapa sangka, di balik itu semua ada sebuah rencana licik dari sang casanova.
...******...
"Mas, hari ini kamu menjemput Gladys kan ?" Putri mengingatkan suaminya ketika memasangkan dasinya pagi itu.
"Iya nanti sore setelah pulang kantor." sahut King seraya menatap lekat manik istrinya yang terlihat fokus memasang dasi.
"Kamu cantik." ucapnya lirih.
"Baru sadar kalau aku cantik, kemarin-kemarin anda kemana bapak King." Putri tersenyum mengejek.
"Maaf, sudah membuat hubungan kita jadi rumit seperti ini."
"Kamu menyesal ?" Putri mengerutkan dahinya ketika menatap suaminya.
"Aku merasa bersyukur, justru karena ini aku jadi menyadari bagaimana perasaan ku yang sesungguhnya. Bagaimana sifat posesifku selama ini padamu bukan semata karena kamu sahabatku tapi karena aku memang mencintaimu."
"Lalu bagaimana perasaanmu pada Gladys ?" Putri memberanikan diri untuk bertanya.
"Aku....." King belum menyelesaikan perkataannya tapi Ibunya tiba-tiba datang.
"Kok malah ngobrol di sini, di tungguin Papa sarapan itu." potong Aline.
"Ya Ma, kami akan segera turun." sahut King.
"Oh ya tadi ibunya Gladys menghubungi Mama, semalam Gladys tidak tidur di rumahnya. Bisa kah kamu cari dia Nak, kasihan Gladys dia hanya butuh perhatian kamu. Jemputlah dia Nak, turunkan egomu. Bagaimana pun dia juga istrimu." pinta Aline dengan nada memohon.
"Nanti sore aku akan menjemputnya Ma."
"Mama mengerti bagaimana perasaan Gladys Nak, dia hanya butuh perhatian mu. Jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan mu hingga kamu melupakannya." ucap Aline.
"Aku sudah sangat perhatian padanya Ma, tapi prinsip kita beda. Dia selalu menuntutku untuk memperhatikannya tapi dia sendiri tidak pernah mengerti dan mendukung ku." King merasa jengah, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan Ibunya.
Putri yang sedang menunggu jawaban suaminya, ia hanya bisa menghela napasnya. Ketika melihat suaminya itu berlalu pergi, begitu sulit kah dia untuk mendapatkan kepastian? dan pantas kah dia mendapatkan kepastian itu di saat ada wanita lain yang juga sedang menunggu kepastian dari suaminya.