Aku Dan Maduku

Hana mengangguk kemudian tersenyum lebar, dia memiliki ide untuk membalas mertua dan adik iparnya yang selama ini membuatnya dalam masalah, apalagi dia sudah tahu jika mereka bekerja sama untuk menghilangkan nyawanya dan membuatnya cacat seperti ini.

"Bagaimana dengan berkas itu dek, aku ingin mengambil kembali apa yang diambil Arman dariku, kamu pasti tahu apa yang dia ambil kan?? ".

"Tenang kak, aku sudah mengambil semua sertifikat baru itu, aku hanya butuh tandatangan Arman nanti untuk mengalihkan kembali berkas itu atas nama kakak".

"Jadi sertifikat itu sudah aman?? ". Tanyanya dengan tidak percaya.

"Kakak tidak percaya padaku?? ". Katya menatap Hana dengan tatapan cemberut.

Hana malah terkekeh pelan melihat tingkah Kaya yang sangat imut menurutnya, gadis ini memang masih sangat muda bahkan lebih muda dari adiknya.

"Jangan meminum obat apapun yang diberikan olah mereka kak, kakak bukan tidak punya anak, tapi mereka sengaja melakukannya agar mereka bisa menguasai harta kakak nanti dan mereka sudah melakukannya sebagian".

"Maksudnya?? ". Hana menatap Kayya dengan kebingungan.

"Itu benar kak, mereka sengaja memberikan obat untuk pencegah kehamilan pada kakak, belum lagi obat yang mereka juga berikan memastikan jika kaki kakak tidak pernah sembuh alias cacat permanen, itu sebabnya walau kakak meminum obat tidak ada perubahan pada kaki kakak, mereka menukar obat yang diberikan dokter keluarga kakak".

Hana mengepalkan tangannya, mereka sengaja membuatnya seperti ini hanya karena hartanya, mereka betul-betul manusia behari iblis dan dia tidak akan membiarkan mereka lebih lama lagi.

"Aku akan membawa kakak terapi setiap minggu sebanyak dua kali, pastikan kakak bersikap seperti orang gila sampai aku bisa menumpas mereka, barulah kakak tunjukkan jika kakak bisa, kakak harus berjalan dan sembuh terlebih dulu".

Hana mengangguk dengan mata berkaca-kaca, dia sungguh beruntung memiliki Madu seperti gadis didepannya ini.

"Jadilah pengganti Kayya untukku dengan jadi dirimu sendiri, jangan mencoba menjadi Kayya karena kamu bukan dirinya, kakak hanya ingin punya adik dan kamu bisa menganggap kakak ini kakakmu seperti Kayya".

Kayya langsung memeluk Hana dengan sayang, akhirnya setelah sekian lama sendirian, dia memiliki seseorang yang menganggapnya berharga dan menjadikannya adik, dia selalu memang ingin memiliki kakak perempuan.

Dua wanita yang memiliki kepahitan hidup dan akhirnya bersama sebagai keluarga, tidak semua persaudaraan itu harus dengan ikatan darah.

"Terima kasih kak, mau menerima aku sebagai adik kakak, aku akan menjadi adik yang baik untukmu, aku sungguh bersyukur".

"Kakak juga, jika Madunya kayak kamu mah, biar seribu juga kakak mau". Ucap Hana tertawa pelan.

"Enak saja, aku ini masih gadis tingting tahu, lagian siapa juga mau jadi Madu, mending tidak usah menikah, jika bukan untuk menyelamatkan kakak, aku ogah disentuh lelaki gila itu". Ucapnya dengan jijik.

Hana malah tertawa keras melihat ekspresi Kayya yang lucu itu, wajahnya cemberut belum lagi mulutnya dimonyongkan kayak bebek.

"Yayaya, nanti cari lelaki baik yah, nanti kakak yang kasih nikah kamu kalau sudah menemukan yang cocok, kamu cetak anak yang banyak biar kakak yang pelihara". Ucapnya dengan geli.

Kayya mendelik mendengar perkataan Hana, apa kakaknya ini pikir dirinya kambing yang bisa beranak banyak.

"Aduh kak, melahirkan itu setengah mati, satu dua aja deh, jangan banyak-banyak, aku pusing nanti". Kayya menggelengkan kepalanya dengan wajah lucu.

Membuat Hana lagi-lagi tertawa kali ini dia malah tertawa terbahak-bahak mendengar celotehan Kayya.

"Sudah ah, jangan kayak gitu lagi, kamu bisa buat kakak sakit perut nanti, kita harus bikin drama nanti kalau pulang, kita hampir sampai".

Hana menggelengkan kepalanya dan menetralkan tawanya dan mengusap airmata nya yang sedikit keluar karena tertawa seperti itu.

Setelah turun, Hana mengubah raut wajahnya dan mengacak rambutnya sedikit agar lebih meyakinkan, sedangkan Kayya bersikap seolah-olah dia mulai berhasil membuat Hana linglung.

Mereka masuk kedalam rumah dan langsung bertemu dengan Arman dan keluarganya yang menatapnya dengan sumringah.

"Bagaimana sayang, apakah berhasil, apa kata dokternya?". Arman langsung menghampiri sang istri dan menggandengnya duduk disebelahnya meninggalkan Hana yang mengumpat dalam hati.

"Kita bisa membuat Hana gila dalam waktu tiga bulan, dan dua kali dalam seminggu, kita harus membawa Hana kesana untuk di senam listrik lagi". Kayya tersenyum lebar agar Arman percaya padanya.

"Benarkah?? ". Kompak ketiganya mendengar perkataan Kayya barusan.

"Benar, kita tidak perlu bersusah payah menyiksa Hana, jika dia gila, otomatis pengadilan akan memberikan Arman kuasa penuh untuk mengelola keuangan baik perusahaan maupun semua milik Hana".

Mereka semua langsung bersorak senang, bahkan Arman memeluk Kayya dengan perasaan bahagia sedangkan ibu dan adik Arman juga berpelukan setelah mereka mendapat kan undian besar.

"Kamu serius?, Hana akan gila dalam hanya tiga bulan saja??, kita tidak perlu susah payah?? ". Tanya Sinta dengan girang.

"Iya kata temanku cukup seminggu dua kali kita membawanya kesana sampai tiga bukan dia akan gila total tanpa diketahui orang lain begitu juga dokter, nanti kita pastikan Hana mengalihkan semua yang dia miliki untuk kita". Girang Kayuagung berpura-pura senang.

"Istriku memang pintar sekali, para petinggi perusahaan tidak akan tahu yang terjadi karena tidak akan ada bekasnya, aku senang sekali". Arman memeluk Kayya dengan kegirangan.

"Dasar manusia biadab, kalian pasti akan menerima akibatnya setelah ini aku bersumpah". Umpatnya dalam hati sambil memasang senyum paksanya.

Tidak jauh berbeda dengan Kayya, Hana juga menatap mereka semua penuh kebencian, ternyata dia hidup dengan manusia parasit dan biadab.

"Aku memberitahu kalian terutama ibu dan juga Aini, jangan berbuat aneh-aneh padanya, dia sudah dikejutkan listrik, emosinya tidak stabil jadi jangan berbuat macam-macam dengannya, dia bisa menyerang kalian, tapi itu terserah kalian jika tidak mau mendengarkan aku, kalian sendiri yang rugi".

Kayya sengaja menakuti keduanya karena tahu apa yang mereka rencanakan, dia tidak mau keduanya menghancurkan rencananya.

Sedangkan Anita dan Aini langsung mengalihkan pandangannya pada Hana yang terlihat berbeda, mereka menelan salivanya karena takut dihajar oleh orang gila.

"Iya kami tidak akan dekat-dekat dia lagi, ngapain juga kami mau dekat dengan orang gila". Anita bergidik ngeri.

"Makanya aku mengingatkan kalian, jangan bertindak aneh-aneh, kalian tanggung sendiri kalau Hana menyerang kalian, aku sudah memperingatkan kalian sebelumnya, jangan katai aku lagi seenaknya kalau kalian tidak tahu apapun". Sungut Kayya dengan kesal.

Arman langsung menatap keduanya dengan peringatan tegas, seolah dia tidak mau dibantah.

"Baiklah, tenang saja kami tidak akan melakukan apapun padanya, kamu saja yang atur, hanya saja jika dia menyerang kami pasti akan kami balas".