NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Bukan Cinderella Sekolah: Deal Sinting Sang Pangeran Sekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Si Mujur / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah / Cinta Murni
Popularitas:111
Nilai: 5
Nama Author: Dagelan

Kayyisa nggak pernah mimpi jadi Cinderella.
Dia cuma siswi biasa yang kerja sambilan, berjuang buat bayar SPP, dan hidup di sekolah penuh anak sultan.

Sampai Cakra Adinata Putra — pangeran sekolah paling populer — tiba-tiba datang dengan tawaran absurd:
“Jadi pacar pura-pura gue. Sebulan aja. Gue bayar.”

Awalnya cuma kesepakatan sinting. Tapi makin lama, batas antara pura-pura dan perasaan nyata mulai kabur.

Dan di balik senyum sempurna Darel, Reva pelan-pelan menemukan luka yang bahkan cinta pun sulit menyembuhkan.
Karena ini bukan dongeng tentang sepatu kaca.

Ini kisah tentang dua dunia yang bertabrakan… dan satu hati yang diam-diam jatuh di tempat yang salah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dagelan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Kamar, Demam, dan Omelan Ibu yang Penuh Kasih

 

Sinar matahari masuk perlahan melalui jendela kamar, menembus tirai tipis yang bergoyang karena angin pagi yang lembut. Aku masih terbaring di tempat tidur, selimut tebal menutupi tubuhku yang rasanya remuk banget—seperti kertas yang sudah dilipat berkali-kali. Beberapa hari padat kegiatan. Yang teryata benar, membuat aku tumbang. Karena memang tidak pernah berolahraga. Kegiatan kemarin, estafet di sekolah yang ngos-ngosan, kerja di kafe yang sibuk, dan semua capek yang menumpuk—semuanya bikin aku merasa tidak punya energi lagi.

Kepala terasa pusing seolah ada batu di dalam, otot-otot pegal sampai susah bergerak, tapi aku mencoba menarik napas dalam-dalam biar nggak terlalu pusing.

Kamarku terasa hangat, tapi sedikit berantakan—seperti selera hatiku yang sekarang juga kacau. Buku catatan berserakan di meja kecil lupa ngumpul karena terlalu capek semalam, baju seragam sekolah tergantung acak di kursi, dan sepatu lari yang dipake semalam masih berjejer di sudut kamar. Rasanya, kamar ini jadi saksi capeknya aku—sibuk dari pagi sampai malam, tapi tetap berusaha keras agar semua kegiatan selesai. Kayyisa, lo beneran terlalu keras sama diri sendiri ya batinku berteriak dalam hati.

Aku mengangkat badan perlahan, tanganku gemetar sedikit karena lemah. Aku menatap kalender di dinding—tanggalnya menunjukkan hari Selasa. Hari ini… seharusnya sekolah lagi, tapi tubuhku menolak habis-habis. Napas terasa berat, dan ketika aku sentuh dahi, rasanya panas sedikit.

Aku menekan pelan pelipis, mencoba menenangkan diri. “Ah… bisa nggak ya aku bertahan hari ini? Atau malah harus bolos dan dimarahin emak?” batin kecilku bertanya, bikin aku lebih cemas.

Tak lama, pintu kamar terdorong perlahan dengan bunyi crack, dan ibuku muncul dengan baju dapur dan apron yang masih dipakai. Wajahnya sedikit tegang, matanya menatapku dengan campuran khawatir dan omelan—wajah yang aku kenal banget saat aku mau bolos sekolah atau malas ngerjain tugas.

“Kayyisa! Masih belom bangun juga? Udah jam segini, sekolah lo nggak boleh bolos seenaknya gitu!” Suaranya tinggi sedikit, bikin aku terkejut, tapi aku bisa merasakan kepedulian di balik omelan itu—seolah dia khawatir aku bolos karena malas, bukan karena sakit.

Aku menghela napas, menatap ibuku dari balik selimut yang masih kusanggup. “Mak… aku capek banget, pusing, badan panas sedikit… gak kuat bangun ke sekolah.” Aku mencoba terdengar meyakinkan, meskipun suaraku lemah.

"Jangan alesan." Dia langsung mencondongkan badan, menepuk dahi ku perlahan dengan telapak tangannya yang hangat. Dia mengernyit, matanya jadi lebih cemas. “Hmm… panas sedikit ini… nggak bohong ya? Nggak cuma mau bermalas-malasan kan? Kemarin kamu juga pulang larut karena kerja di kafe, terus semalam pulang bareng siapa?”

Aku menelan ludah, sedikit lega karena ternyata dia merasa dahi ku benar-benar panas. Jadi benar, aku demam. “Bener kan… demam dikit… aku nggak bohong. Kemarin pulang bareng temen sekolah, lupa ngasih kabar maaf ya.”

Emak menghela napas panjang, ekspresinya masih agak kesal tapi matanya udah mulai lembut. “Ya udah, mana kertas sama pulpen, buat surat izin nanti sama anak tetangga. Bangun sebentar, nanti makan terus minum obat”

Emak menepuk punggungku perlahan perlahan, sentuhan yang bikin aku merasa hangat dan bersalah sekaligus.

Aku tersenyum tipis, mata sedikit lembab. “Iya… aku janji… cuma hari ini aku beneran butuh istirahat. Besok pasti sekolah dan nggak maksa diri lagi.”

Dia mengangguk, lalu duduk di tepi tempat tidur—tempat yang jarang dia duduki karena selalu sibuk ngurus rumah dan warung. “Oke… bener ya janji, jangan bohong.” Suaranya masih keras, tapi ada nada sayang yang jelas.

Aku mengangguk lagi, menatap selimutku yang masih menutupi tubuhku. "Iyeee… makasih udah mau percaya sama aku.”

Emak tersenyum tipis, lalu berdiri perlahan. “Kalau gitu, Mak keluar dulu. Nanti kompres air panas sama obat, biar demamnya cepet turun. Mau bubur ayam?"

"Mau lah." Kalau sakit begini, sudah pasti setiap keinginanku benar akan dikabulkan. Ya setidaknya tidak yang memberatkan seperti mengambilkan bulan dilangit. "Mau teh jahe juga."

"Iya, iya dah. Mak keluar dulu."

Aku menghela napas panjang, merasakan tubuh sedikit lebih lega karena perhatian Emak. Kamar yang semula terasa hanya penuh capek dan kekacauan, sekarang jadi tempat hangat yang menenangkan. Meski lelah, ada rasa nyaman karena aku tahu, ada yang peduli dan siap mengurusku—meski harus dengan omelan yang kadang bikin kesal.

Aku menutup mata, berharap bisa tidur sebentar lagi sebelum Emak dateng dengan obat dan air panas. Sebelum itu aku meraih hape yang ada dimeja lipat mengirim pesan kepada wali kelas dan meminta izin. Entah dari mana suara Emak dari luar berteriak jelas seolah tahu sedang memantau ku.

"Jangan main hape!"

"Hmm ..." Padahal jemariku terdiam sejenak melihat berbagai macam pesan pagi di grup kelas yang menanyakan tugas dan kehadiran guru. Sementara itu, pikiranku terbang ke seseorang—Entah dia tahu nggak aku sakit hari ini? Apa dia bakalan nyari gue di sekolah atau kafe? Batinku berfikir, bikin jantungku sedikit deg-degan meski badan masih sakit. Tapi cepat-cepat aku shook head—“Jangan pikirin dia sekarang, Kayyisa. Utamain sembuh dulu.”

 

✨ Bersambung…

1
Yohana
Gila seru abis!
∠?oq╄uetry┆
Gak sabar nih nunggu kelanjutannya, semangat thor!
Biasaaja_kata: Makasih banyak ya! 😍 Senang banget masih ada yang nungguin kelanjutannya. Lagi aku garap nih, semoga gak kalah seru dari sebelumnya 💪✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!