0o0__0o0
Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.
Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.
***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.
0o0__0o0
Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.
Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.
***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."
Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.
"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.
Cup..!
Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.
"DREXLER, FIRST KISS GUE"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. kegilaan Lyra
...0o0__0o0...
...Lyra sempat terkejut dengan tindakan Drexler yang dengan tenang menarik handuknya. Namun, seperti biasa, gadis itu hanya menyeringai nakal....
...Tatapannya menelusuri wajah Drexler yang tampan dan dingin, lalu berhenti di dada bidang pria itu. Tangan-nya sempat terulur, seolah ingin menguji seberapa nyata sosok sempurna itu....
...PLAK..!...
...Dengan tenang Lyra menampar pantat Drexler yang terasa empuk namun keras. Lalu meremas-remas dengan penuh kecewa....
..."Gue kira di balik handuk yang Lo lempar tadi... tidak terbungkus apa-apa lagi." Gerutu-nya manyun. "Ternyata Lo pakai boxer, gagal dong niatan gue untuk ngintip."...
...Drexler mengeraskan rahangnya, menahan diri agar tidak tersulut oleh tingkah gila Lyra. Dalam hati ia mengumpat akan tingkah gadis itu yang selalu berhasil memancingnya....
..."Lyra" Katanya datar penuh peringatan....
...“Gue kira lo bakal panik,” ucap Lyra dengan nada menggoda. “Ternyata malah santai banget, kayak patung hidup.”...
...Drexler mendengus pelan. “Lo emang selalu berani, Yra ?”...
...Lyra terseyum tipis. “Yes, Iam." Beberapa detik kemudian senyum-nya luntur, di gantikan oleh wajah masam. "Gue pikir tadi bisa lihat dikit... Isi di balik boxer Lo.”...
...Cetak..!...
...Tanpa banyak bicara, Drexler menyentil bibir Lyra — tidak keras, tapi cukup membuat gadis itu melotot....
...“Xler!” geram Lyra sambil mengusap bibirnya. “Ngapain nyentil segala, sih ?”...
...Drexler hanya menarik napas berat, lalu menggulingkan tubuhnya di samping Lyra. Dengan satu gerakan cepat, ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya — erat, hangat, tapi juga mengandung peringatan....
...“Tidur,” perintahnya pelan namun tegas. “Sebelum gue benar-benar nerkam Lo.”...
...Lyra mendengus kecil, memeluk balik tubuh Drexler dengan wajah manyun. “Galak banget. Gue cuma bercanda.”...
...“Lyra…” suara Drexler merendah, nyaris seperti desis. “Satu kata lagi, gue pastikan lo nggak bisa tidur semalaman.”...
...Mata Lyra membulat. Ia menelan ludah, lalu perlahan menutup mulutnya sambil tersenyum kecil....
...“Noted, My Ice Boy.”...
...Tak lama kemudian, Lyra memejamkan matanya, larut dalam pelukan hangat Drexler — pelukan pertama yang benar-benar membuatnya merasa aman....
...“Xler,” ucapnya manja. “Elusin kepala gue.” bisiknya lembut....
...Tanpa banyak kata, Drexler menuruti permintaan-nya. Jari-jari dinginnya bergerak perlahan menyusuri helaian rambut Lyra, lembut, tenang, seolah takut merusak kedamaian kecil di antara mereka....
...Drexler memejamkan mata sesaat, menikmati keheningan yang hanya di isi oleh napas Lyra di dadanya....
...“Gue suka denger irama detak jantung lo,” gumam Lyra pelan, separuh sadar. “Cepat… tapi tetap teratur.”...
...Beberapa detik kemudian, napas Lyra mulai teratur, menandakan ia sudah benar-benar tertidur....
...Drexler menunduk, menatap wajah Lyra yang terlelap dengan damai....
...Cup..!...
...Kecupan singkat mendarat di puncak kepalanya, penuh makna. ...
...Drexler mendekap tubuh ramping itu lebih erat, seolah tak ingin di lepaskan....
...“Dan cuma lo…” bisiknya pelan, “…yang bisa bikin jantung gue berirama secepat ini.”...
...0o0__0o0...
...Suara tv dan tawa ringan terdengar di lantai bawah apartemen mewah itu....
...Mogi duduk santai di sofa panjang, kaki di silangkan, memainkan ponselnya sambil menyeruput latte. Di sampingnya, Vika bersandar manja...sibuk men-scroll media sosial dengan ekspresi penuh gosip....
...“Gue bilang juga apa, Lyra tuh bukan tipe cewek yang gampang di taklukin,” ucap Vika tiba-tiba, nada suaranya setengah kagum, setengah nyindir....
...Regal, yang duduk di kursi seberang, langsung menoleh dengan minat. “Tapi tetap aja, lihat siapa yang akhirnya tidur di atas, bukan di sofa.” Ia menyeringai, mengangkat alis penuh arti....
...Mogi mendengus pelan. “Ya elah, jangan sotoy lo, Gal. Lo pikir Drexler segitu gampangnya ? Dia tuh… dingin banget sama cewek biasanya.”...
...“Biasanya, iya,” potong Vika cepat. “Tapi Lyra tuh beda. Dari awal keliatan, cara dia mandang Drexler tuh bukan kayak cewek yang mau ngedeketin cowok. Lebih ke… tantangan.”...
...Regal terkekeh. “Tantangan ? Lebih kayak duel maut sih. Gue aja liat mereka bisa saling adu skill tiap ketemu, tapi tetep aja gak pernah kapok.”...
...Mogi mencondongkan tubuhnya, menatap keduanya dengan wajah serius. “Gue sih nggak heran kalau akhirnya Drexler beneran jatuh cinta. Tapi kalau Lyra… dia tuh unpredictable. Bisa aja besok bangun, terus ninggalin cowok itu kayak nggak ada apa-apa.”...
...Vika menatap Mogi, separuh kagum, separuh gemas. “Jadi lo bela Lyra apa Drexler, sih ?”...
...“Gue bela akal sehat,” jawab Mogi santai, membuat Regal ngakak keras....
...Tawa mereka menggema ringan di ruangan itu, hingga pintu lift berbunyi...
...Ting..!...
...Pintu terbuka perlahan....
...Semua kepala otomatis menoleh....
...Dari balik pintu lift, muncul sosok Drexler dengan hoodie hitam dan rambut sedikit berantakan. Di belakangnya, Lyra melangkah santai dengan wajah cerah, mengenakan kaos kebesaran milik Drexler....
...Vika menutup mulutnya, menahan teriakan kecil. ...
...Regal langsung berbisik cepat, “Anjir, walk of shame versi elegan.”...
...Drexler hanya melirik dingin ke arah mereka, jelas mendengar komentar itu, sementara Lyra tersenyum tipis tanpa rasa bersalah....
...“Hay, Guys..!” ucap Lyra pelan, lalu berjalan menuju coffee bar tanpa menatap siapa pun....
...Regal menyandarkan tubuhnya, menyembunyikan tawa. “Gue udah bilang kan, ini baru permulaan.”...
..."Dan semoga kapal mereka berdua cepat berlayar." Saut Vika dan Mogi berbarengan. Lalu mereka tertawa bersama....
...0o0__0o0...
...Lyra duduk di coffee bar apartemen, memainkan sendok di gelas es kopinya. Rambutnya masih sedikit berantakan, tapi entah bagaimana tetap terlihat menawan....
...Drexler berdiri di samping meja, menatapnya dalam diam sambil menunggu makanan dari pelayan. Lebih tepatnya makanan yang Drexler suruh siapkan khusus Lyra....
...Mogi, Vika, dan Regal masih memperhatikan dari jauh, pura-pura sibuk dengan ponsel masing-masing padahal jelas-jelas mengintip kepo....
...“Lo makan dulu sebelum pulang,” suara Drexler terdengar datar, tapi tegas....
...Lyra mengangkat wajahnya, tersenyum tipis. “Gue lagi diet, Xler.”...
...“Diet ?” Drexler menaikkan satu alis, nadanya dingin. “Lo tadi makan terakhir jam berapa ?”...
...Lyra berpikir sebentar. “…Kemarin malam.”...
...Tatapan Drexler langsung mengeras. Ia mencondongkan tubuh sedikit, suaranya turun satu oktaf — datar tapi penuh tekanan....
...“Badan Lo udah kurus , Lyra. Dan sudahi Diet tidak berguna Lo itu.”...
...Lyra menatapnya dengan ekspresi menantang, tapi cepat beralih ke arah barista. ...
...“No..no, Xler. Kopi aja cukup, kok.”...
...Drexler menarik napas panjang, menahan diri. Lalu dengan sangat tenang, ia memanggil pelayan....
...“Tambahin satu sandwich ayam panggang, tanpa saus.”...
...Lyra langsung menatapnya tajam. “Drexler!”...
...“Gue nggak suka ngobrol sama orang kurus,” balas Drexler datar, menatap layar ponselnya seolah hal itu sepele....
...Nada suaranya tenang, tapi setiap katanya terasa seperti perintah yang tak bisa di bantah....
...Lyra berdecak pelan. “Lo tuh nyebelin banget.”...
...“Gue tahu.” Drexler menatapnya sekilas, bibirnya terangkat tipis. “Makanya gue cocok ngadepin lo.”...
...Sandwich datang beberapa menit kemudian....
...Lyra menatap piringnya, lalu menatap Drexler yang masih sibuk dengan ponselnya....
...“Gue beneran nggak mau makan.”...
...Tanpa menatap, Drexler hanya menjawab singkat, “Lo punya dua pilihan: makan sendiri, atau gue yang suapin.”...
...Lyra membeku. Pipinya memanas, apalagi mendengar tawa tertahan dari meja Mogi, Vika dan Regal di belakang....
...“Gue makan sendiri!” katanya cepat, langsung meraih sandwich itu dengan wajah kesal tapi pasrah....
...Drexler akhirnya menatap, seulas senyum samar muncul di wajah dinginnya. “Pintar.”...
...Mogi bersiul pelan dari kejauhan. “Primadona jinak juga akhirnya.”...
...Lyra melotot ke arah mereka, tapi Drexler sudah berdiri, memberikan tatapan tajam, penuh peringatan....
...Lyra menggigit sandwich-nya pelan, masih dengan wajah cemberut. Setiap kali matanya melirik ke arah Drexler, cowok itu tampak santai, seolah tak peduli....
...Padahal dari pantulan kaca di sisi bar, Lyra tahu — Drexler diam-diam memperhatikan-nya....
...“Berhenti ngeliatin gue kayak gitu,” gumam Lyra, tanpa menoleh....
...“Siapa yang ngeliatin ?” Drexler tetap tenang, menatap layar ponselnya....
...Lyra menyeringai tipis. “Cermin nggak pernah bohong, Xler. Tatapan lo tuh kayak CCTV. Ngeri.”...
...Drexler mendengus pelan, nyaris tersenyum. “Gue cuma pastiin lo makan, bukan ngeliatin.”...
...“Ya tapi lo bisa pastiin tanpa natap kayak mau nelen orang juga kali.”...
...Lyra menaruh sandwich-nya ke piring, menatap Drexler balik dengan mata menyipit tajam....
...“Gue makan bukan karena mau, tapi karena lo…” ia jeda sebentar, mencondongkan tubuh sedikit ke depan — “body shaming gue.”...
...Mogi yang mendengar dari meja sebelah langsung hampir tersedak minumannya. Vika menahan tawa sambil menepuk bahu kekasihnya....
...Sementara Regal menatap ke arah Drexler dengan ekspresi ‘gila, berani banget nih tuan muda’....
...Drexler menatap Lyra beberapa detik tanpa ekspresi. Tatapan matanya dingin, tapi sorotnya tajam — kayak sedang menimbang mau marah atau malah ketawa....
...“Body shaming ?” ulangnya pelan, nada suaranya dalam dan nyaris tanpa emosi....
...“Ya,” balas Lyra cepat, tersinggung. “Lo nyuruh gue makan terus, kayak gue kekurangan berat badan. Padahal gue cuma… petite.”...
...Drexler mencondongkan tubuh ke depan, jarak wajah mereka kini cuma beberapa jengkal....
...“Gue nggak pernah bilang lo kekurangan berat badan.” suaranya rendah tapi tegas. “Gue cuma nggak suka liat lo lemes karena kelaperan.”...
...Lyra sempat terdiam, tapi cepat menutupinya dengan senyum genit. “Oh, jadi lo perhatian, bukan ngatur ?”...
...“Anggep aja dua-duanya.” Drexler bersandar lagi di kursinya, nada suaranya dingin tapi senyum tipis di ujung bibirnya jelas kelihatan....
...“Karena lo bandel, Lyra. Kalau nggak gue atur, lo bisa nyusahin diri sendiri.”...
...Lyra mendecak pelan, tapi matanya berbinar. “Nyebelin banget, tapi… bener juga, sih.”...
...“Pasti.” jawab Drexler singkat, datar. “Gue selalu bener.”...
...“Diiiih...” Lyra menyilangkan tangan di dada, tapi tawa kecil lolos dari bibirnya....
...“Next time lo body shaming gue lagi, gue mogok makan satu Minggu.”...
...Drexler melirik tajam tanpa benar-benar marah. “Coba aja.”...
...Nada suaranya datar, tapi senyumnya—tipis, berbahaya, dan anehnya, bikin Lyra malah tersipu....
...Suasana jadi hening sejenak. ...
...Lalu Drexler mencondongkan tubuh ke arahnya, suara rendahnya terdengar jelas di antara riuh lobi yang mulai sepi....
..."Habiskan makanan, Lo. Dan berhenti nantangin gue.”...
...Lyra menatapnya balik, tersenyum manis dengan nada menggoda. “Tapi kalau gue berhenti, nanti lo bosen.”...
...Drexler diam. Sekilas, bibirnya terangkat membentuk senyum tipis — senyum yang jarang muncul....
...“Lo pikir gue semudah itu bosen ?”...
...“Enggak,” balas Lyra cepat. “Makanya gue tetep di sini.”...
...Mogi, Vika, dan Regal langsung saling pandang, setengah kaget setengah kagum....
...Sementara Drexler hanya mendesah pelan, berdiri sambil meraih kunci mobilnya....
...“Lo menang hari ini,” katanya singkat. “Tapi gue pastiin besok giliran gue.”...
...Lyra tersenyum lebar, menggigit sisa sandwich-nya sambil menjawab pelan,...
...“Gue tunggu, My Ice Boy.”...
...0o0__0o0...
😌
dexler udh dateng tuh matilah kau bagas 😂😂
😉🤭😅